Sepuluh

24 5 0
                                    

Yang perlu diketahui adalah Aulia membenci Agil, semua tentang Agil membuat Aulia risih. Sama halnya dengan Agil, hobi pria itu kini menjadi pengganggunya dimana pun. Ya meskipun kali ini bukan masalah bagi Aulia tapi ini menjadi masalah teman disebelahnya. Aulia sih bodoh amat.

Sama seperti sekarang, laki-laki itu kini sedang berjalan menuju gerbang sekolah dengan gandengan seorang cewe disebelahnya. Mereka memang tidak pacaran, itu simpulan Aulia. Agil tidak menembaknya dan dia tidak menerima tawaran Agil waktu itu. Lebih tepatnya hanya ucapan Agil saja yang ngawur. Jadi tidak ada alasan untuk cemburu.

Aulia tidak cemburu. Senyumnya melebar kala Agil melihatnya. "Agil, gebetan baru ya?" kata Aulia tersenyum hangat, senyuman itu seperti sebuah ancaman bagi Agil yang kapan saja bisa Aulia kalahkan dengan membalas pria itu, laki-laki itu memilih tersenyum membalas, mencoba membaca apa yang wanita itu rencanakan untuk membalasnya.

"Bukannya lo pacar Agil, Au?" tanya Laras disebelahnya.

"Apa?" tanya wanita itu sambil melepas tangannya dari lengan Agil.

"Iya, dia pacar Agil, lo? Lo paling cuma pelampiasan doang." Laras menunjuk gadis itu.

"Jangan gitu dong, Ras. Kasian deh ketauan cuma badut,"

Telinga Tika terasa panas mendengarnya. "Maksud lo, Gil? Jadi lo nembak gue buat permalukan gue?" bentak Tika, murid-murid lain berhenti mendengar pertengkaran di pagi hari itu.

Ketua OSIS itu menatap Agil dalam. Ingin marah namun tertahan karna reputasinya. Jika dia melawan dan meladeni Laras mungkin saja jabatannya itu akan terancam.

Tika memilih pergi dari sana sebelum pergi dia sempat berkata dengan nada tajam. "Kita putus."

Aulia tersenyum puas. Akhirnya dendamnya terbalaskan untuk mempermalukan Agil.

"Au!" Agil menatap Aulia geram. "Baru dua menit gue pacaran,"

"Gila ya lo, Gil!" Laras menatapnya sebal. "Pacar lo tuh Aulia, Auliaa!" bentaknya.

"Justru itu, gue sengaja deketin Tika biar dia ngundurin diri dari ketua OSIS, biar gue yang gantiin,"

"Supaya?"

"Supaya gue bisa di samping Aulia terus," Agil mengendus.

"Sekarang gagal, gara-gara lo bikin gue putus sama tuh cewek gatal."

***

Apa yang paling disukai anak-anak saat jam istirahat. Tidur dikelas? Baca buku di perpustakaan? Caper ke kelas lain? Atau malah makan di kantin sambil berghibah?

Sepertinya yang terakhir itu menjadi hal yang disukai Aulia dan ketiga temannya. Satu lagi teman, bernama Amelia. Gadis itu baru pulang dari kampung. Tapi bedanya kali ini Laras tidak ada, dia izin untuk ke toilet tadi.

"Woi!" teriak Laras mendekati meja yang terdapat ketiga temannya.

"Kok nggak nungguin gue, main cabut aja!" dongkolnya.

"Kirain lo nggak mau ikut," jawab Amel.

"Tadi bokap nelpon. Habis pulang suruh ke rumah nenek gue,"

"Tumben lo nurut," sambungnya.

"Nurut lah, nenek gue lagi sakit soalnya."

"APA RAS? NENEK LU MENINGGAL, INALILAHI WAINNAILAIHI RAJI'UN. SEMOGA DITERIMA DISISI--" Ega yang dari tadi sibuk berdandan tanpa memperhatikan arah percakapan temannya langsung berujar. Ucapannya terhenti ketika Laras sudah menyambar duluan.

Agil SaputraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang