DuaPuluhTiga

17 3 0
                                    

Upacara bendera akan segera dilaksanakan. Murid-murid sudah memenuhi lapangan dan berbaris. Hari ini yang menjadi petugas adalah kelas dua belas jadi Aulia bisa santai dulu sambil membenarkan seragam sekolahnya.

"Udah belom, Au? Bentar lagi mulai nih upacaranya." kesal Amel menunggu di luar kelas sambil melihat anak kelas lain.

"Udah, yuk." ajak Aulia keluar setelah berkaca.

Mereka mulai mengikuti barisan dan mulai mengikuti upacara. Tiga puluh menit kemudian upacara selesai dan pak Harto berdiri di depan lapangan sambil memegang mikrofon dan dibelakangnya terdapat guru-guru yang masih berdiri berjajar. 

"Perhatian!" suara pak Harto menggema di penjuru sekolah.

"Sebelum masuk kelas, hari ini razia. Bagi yang tidak memakai topi dan rambut panjang bagi cowok jangan masuk kelas." terdengar keluhan dari beberapa siswa yang tidak memakai topi.

Banyak juga anak laki-laki yang mundur ke belakang takut ketahuan. Aulia tersenyum mendapati Agil yang tidak memakai topi bersembunyi dibalik anak cewek yang memakai topi. Aulia lantas berjalan mendekati Agil dan memakaikan topinya.

"Kita impas." Aulia tersenyum sinis.

"Pak, saya nggak pake topi." Aulia mengangkat tangan.

Agil tertegun. Semenjak kejadian tiga hari yang lalu Aulia terlihat sangat sensi. Seketika senyum Agil muncul. Tentunya ia juga tidak mau kalah dari seorang gadis. 

"Aulia?" pak Harto terlihat tidak percaya melihat murid teladan nya tidak memakai topi.

"Gila kali si Aulia." gumam Ega tidak percaya setelah melihat perilaku Aulia yang memberikan topinya pada Agil lalu dengan santai berjalan mendekati pak Harto.

"Cinta memang buta," ujar Amel ikut terheran.

"Iya pak. Topi saya ketinggalan," kata Aulia. "Jadi, hukuman saya apa pak?"

"Hukuman kamu cukup membersihkan satu WC siswi," kata pak Harto meringankan hukuman Aulia karna baru pertama kalinya wanita ini tidak membawa topi.

"Gitu aja pak? Tambah ya, hormat tiang bendera." Aulia segera berdiri di depan tiang bendera lalu hormat. Pak Harto hanya geleng-geleng melihat tingkahnya.

"Pak!" teriak Agil sambil mengangkat tangan. "Rambut saya panjang." katanya membuka topi menampilkan rambutnya yang sudah menutupi mata.

"Sini kamu!" teriak pak Harto.

"Iya tau kali pak." Agil berjalan lalu hormat disebelah Aulia.

"Impas lagi," kata Agil.

Pak Harto berjalan mendekati Agil sambil membawa gunting. "kamu udah bapak kasi toleransi satu Minggu belum juga di potong." Pak Harto memotong rambut Agil asal.

"Aduh pak, jangan asalan dong." Agil berusaha mengelak tapi pak Harto sudah memegang rambutnya terlebih dulu otomatis jika dia bergerak kepalanya akan sakit.

"Yah, pak. Hilang dong ketampanan saya!" keluh Agil setelah melihat hasil potongan gratis dari pak Harto.

"Yang gini dong pak." Aulia memotong rambut Agil membuat rambutnya panjang sebelah.

"Aulia, lo---"

"Aulia." tegur pak Harto. "Keliling lapangan satu kali."

"Impas lagi." kata Aulia menjulurkan lidahnya lalu berlari keliling lapangan yang masih banyak siswa. Aulia sengaja memotong rambut Agil agar dapat hukuman dari pak Harto artinya sekarang mereka sudah impas. Mereka sekarang menjadi main balas budi.

Agil SaputraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang