TigaPuluhEnam

24 3 0
                                    

Seno berjalan dengan wajah berseri hari ini. Benar, ini adalah hari berlagak untuknya karna sekarang ia sudah resmi menjadi murid SMA Perdana 1. Pria itu sengaja datang awal untuk menunggu kedatangan Aulia. Sudah pasti jika ia menjemput gadis itu, Aulia tidak akan ingin berangkat bersamanya.

Pagi ini sekolah masih sepi. Hanya beberapa murid saja yang sengaja datang awal untuk menjalankan tugas piket kelas. Seno memperhatikan seluruh isi kelas. Hampir sama dengan sekolahnya yang dulu yang berbeda hanya beberapa.

"Loh, tas siapa nih?" tanya Laras keheranan melihat meja miliknya sudah terisi dengan tas asing.

"Gue duduk disini ya." Seno datang dan langsung duduk di kursi miliknya sambil menggeser tubuh Laras untuk mempersilahkan ia duduk.

Akhirnya gadis yang ia tunggu-tunggu kini datang bersama teman-temannya yang lain.

"Seno? Ngapain lo disini?"

"Lo lupa? Gue kan murid baru disini." Seno memainkan alisnya turun naik.

"Gak bisa dong, ini kan meja gue lo cari aja meja yang kosong!"

"Gue liat tadi meja ini kosong, jadi gue duduk disini, di sebelah cewe gue!"

"Lambe mu mas! Cewe gue cewe gue, Aulia itu punya pacar namanya Agil!" serbu Ega tidak terima mendengar pengakuan Seno.

"Agil?" Seno sedikit tercengang. "Lo pacar Agil?" kali ini laki-laki itu menatap wajah Aulia.

"Bukan urusan lo, minggir!" usir Aulia.

"Good morning honey!" Agil masuk ke kelas. Seketika wajah Agil berubah seratus delapan puluh derajat menjadi wajah yang datar.

"Hai tetangga lama!" sapa Seno melambai tersenyum. 

Tanpa bersuara Agil keluar begitu saja.

"Mikirin gue tuh butuh tenaga karna gue orangnya ngangenin, belum makan kan? Ayo makan dulu, dan lo semua juga belum kan?"

"Belum!" jawab Amel.

"Mel, apaan sih!" Ega menyenggol lengan Amel.

"Udah, mumpung gratis!"

Mereka berempat menunggu di meja makan selagi Seno memesan. Semuanya larut dalam pikiran masing-masing karna takut melihat ekspresi wajah Aulia yang berubah menjadi datar.

Mereka di traktir makan siang oleh Seno karna tadi pagi sudah keburu lonceng berbunyi.

"Lo kenapa?" Laras memegang bahu Aulia pelan.

"Gue kepikiran Agil,"

"Menurut gue sih ya, bagusan Seno perhatian, baik lagi gak kayak Agil ngeselin!" Amel mengambil sendok dan garpu bersiap untuk makan.

Aulia menggebrak meja. "Lo bisa gak sih gak usah bandingin orang lain, muak gue!"

"Lo kenapa sensian, kan menurut gue Au,"

Aulia berdiri menghampiri Seno dan menarik kerah baju laki-laki, hampir saja nampan yang dibawanya tumpah karna harus merendah dengan tinggi badan Aulia yang lebih rendah darinya.

Aulia sudah muak, bukan hanya tentang Agil yang di bandingkan tapi, Aulia sudah risih dengan semua ini, tidak dirumah tidak disekolah semua membandingkan. Tidakkah semua orang tahu luka apa yang diderita Agil? Tidak, mereka tidak tahu. Aulia juga punya luka jadi jangan tambah dengan luka baru.

"Gak usah sok baik depan gue! Gue jijik liat kelakuan sampah lo!" bisik Aulia ditelinga Seno.

Seno balas tersenyum. "Lo bela Agil karna temen-temen lo banggain gue ya?" tebak Seno asal, kenapa tidak? Baru masuk harus mencari nama baik dulu.

Agil SaputraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang