LimaPuluhEmpat

6 3 0
                                    

Hari demi hari berlalu tanpa terasa anak kelas dua belas sebentar lagi akan meninggalkan sekolah dan melanjutkan perjalanan, entah kuliah, bekerja atau malah ada yang ingin menikah. Para OSIS juga dibuat sibuk untuk urusan perpisahan. Aulia sebagai wakil OSIS juga ikutan dibuat sibuk sampai melupakan kejadian beberapa waktu silam. Sudah sebulan dan nampaknya si pelaku sudah lelah dan tidak memiliki niat untuk membuat kegaduhan lagi.

Awalnya banyak yang menentang dirinya untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan OSIS, untung saja Milka, sang ketua OSIS yang meminta mereka untuk menerima Aulia. Sebelum acara perpisahan sekolah tentu acara pertama mereka adalah perpisahan sesama OSIS. Apalagi Milka si ketua adalah anak kelas dua belas.

Beberapa sudah siap, tinggal tiga puluh persen untuk menyelesaikannya. Mereka tinggal menyisakan beberapa keperluan dan mengecek kembali barang yang dirasa kurang. Harus menyelesaikan dengan segera karna besoklah acara dimulai.

Aulia ditugaskan untuk menjaga area panggung, menyiapkan beberapa alat untuk penampilan besok. Aulia harus menjaga dan mengatur di area belakang panggung.

"Udah semua? Kabel-kabel nya jangan sampe kena orang." Amel mengingat Aulia kembali, teringat dengan tali kabel yang masih berserakan.

"Udah semua, udah." Aulia menunjukkan jari jempolnya.

Aulia melirik jam dinding, satu hari penuh mereka menyusun dan merapikan kembali semua barang membuat tubuhnya terasa remuk, dan mereka mengerjakan ini semua hanya berenam orang tadi sore dua lainnya sudah izin pulang tersisa hanya empat orang, memang sudah hampir selesai tapi, mengerjakan ruangan sebesar ini hanya empat orang sangat membuat mereka kewalahan.

Aulia kembali mengecek ke dalam sebelum pintu ditutup rapat. Akhirnya mereka bisa menghirup udara segar saat keluar dari ruangan yang cukup pengap itu. Aulia dan Amel berada di halte menunggu jemputan datang. Jemputan pertama datang Mario untuk menjemput pacarnya.

"Gapapa nih kita tinggal?" Amel mengulang kembali pertanyaan, di malam seperti ini tidak baik menunggu sendirian.

Gelengan kembali dia perlihatkan, tidak enak juga menganggu pasangan yang baru merayakan anniversary ke satu bulan mereka. Tidak usah merasa geli karna mereka sendiri yang bilang ingin merayakan tiap bulan.

Awalnya Amel menawarkan untuk bonceng bertiga saja, tapi Aulia yang merasa segan harus merusak situasi, belum naik saja Aulia sudah merasakan rasa canggung saat berada di ujung motor. Apalagi kedua orang ini tipe orang malu-malu, tidak ingin bicara dan kelihatan romantis di depan orang lain. Katanya itu alay, tapi tanpa berbuat alay pun mereka sudah menunjukkan mereka itu tipe pasangan alay. Aulia tidak berbicara begitu, biar sajalah pasangan ini menikmati kehidupan mereka, Aulia tidak ingin ikut campur.

Dengan berat hati Mario menjalankan motor, beberapa jarak pun mereka masih sempat untuk melambaikan tangan sampai suara motor Mario hilang.

Beberapa menit menunggu orang yang ditunggunya datang. Jangan berharap itu adalah Agil karna pria itu sedang berjualan sekarang.

"Ketiduran kan lo?" Aulia naik ke atas motor dengan kesal, hari terlihat akan turun hujan karna tidak ada bintang yang muncul satu pun. Untung saja selama sepuluh menit menunggu aman-aman saja.

Wildan tidak menjawab, setelah Aulia naik motor mulai jalan untuk pulang. Seperti yang selalu Aulia lakukan, hanya diam menikmati udara malam dengan tenang.

"Lo baik-baik aja, kan?"

"Apa?" Aulia memajukan sedikit wajahnya, tidak mendengar apa yang Wildan ucapkan barusan.

"Gue jarang punya waktu buat lo. Gue gak ada disaat lo butuh gue. Ah, gue harap setelah ini lo lebih ngandelin gue daripada Agil." Wildan terlihat menggemaskan napas berat dia masih fokus pada jalan.

Agil SaputraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang