LimaPuluhLima

10 3 0
                                    

Hari perpisahan terakhir anak kelas dua belas akhirnya tiba. Aulia tetap datang atas permintaan Mario yang ingin mereka semua hadir, Aulia juga sudah mengundurkan diri dari jabatannya sebagai wakil ketua OSIS. Belajar dari pengalaman, Aulia tidak ingin terlalu memikirkan kejadian yang sudah berlalu. Dan dia akan tetap menjalani hidup. Menurutnya pendapat orang lain tidak penting selagi teman-temannya masih berada di sekitarnya.

Agil selalu memberinya semangat dengan mengatakan untuk tidak mendengarkan orang lain. Itu bukan tugas kita untuk membuat semua orang menyukai kita, kita tidak perlu berubah menjadi manis hanya karna orang tidak menyukai pedas. Cukup jadi diri sendiri dan pasti akan ada selera  sama yang menyukai kita apa adanya.

Agil dan Aulia memilih menunggu dibelakang layar hingga acara selesai. Niatnya setelah Mario tampil mereka ingin membuat kenangan dan berfoto bersama. Semua berteriak saat Mario menyelesaikan lagunya dengan sempurna.  Tiba-tiba jadi sunyi karena suara Mario terdengar dari mikrofon.

"Satu lagi, saya ingin menyampaikan sesuatu kepada seseorang. Aulia, aku minta maaf, kamu cewek dewasa yang baik. Permintaan maaf ini nggak cukup, tapi aku harap kedepannya hidupmu bahagia."

Dari panggung belakang terlihat Seno menarik Mario dengan paksa untuk turun, Aulia melirik ke sebelah dan ternyata Agil sudah tidak ada di tempatnya. Aulia segera menghampiri Mario dan melihat pria itu sudah terjatuh babak belur di habisi Seno. Aulia semakin bingung dengan situasi yang semakin memburuk. Seno terus memukul Mario dan Mario yang terima saja dipukuli dengan sadis. Barulah Seno berhenti setelah dilerai beberapa anak lain.

Mario bangkit dengan susah payah dan terengah-engah. Dia menatap Aulia sambil tersenyum dan memberi kode untuk mendengarkan suara yang tengah terdengar dari mikrofon. Aulia kemudian baru menyadari ada suara dua orang yang tengah berdebat.

"Jawab apa? Kasih tau ke orang bego itu kalo semua ini rencana gue?" Aulia dapat mengenali suara yang sepertinya sedang marah dari nada bicaranya yang sulit untuk di keluarkan.

"Di ruang ganti." Mario memberi tahu tentang keberadaan dua orang dari balik mikrofon yang terdengar, mendengar ujaran Mario dia lansung berlari menuju ruang ganti yang di maksud.

Di dalam sudah ada Amel, Agil, Laras, dan Danial mereka terdiam saat Aulia masuk disusul Mario dan Seno. Mikrofon masih hidup tanpa mereka sadari dan didengar oleh banyak orang.

"Kalian kenapa?" tanya Aulia melihat mereka semua masih diam tak bergerak.

Lalu tiba-tiba saja semua tercengang dengan apa yang mereka lihat, Laras memeluk Agil membuat Aulia membulatkan mata tidak percaya, mulutnya setengah terbuka melihat perlakuan sahabatnya.

"Lepas!" Agil menarik paksa Laras dari pelukannya.

"Kalian kenapa, sih?!" Aulia tambah bingung dengan situasi aneh sekarang.

Orang-orang masih terdiam di tempat duduk masing-masing masih mendengarkan drama yang sedang berlangsung menunggu kelanjutan dari cerita yang berjalan.

Aulia kembali melirik yang lain bergantian. Semua masih diam, tidak ada yang berbicara bahkan menatap Aulia saja tidak.

"JAWAB." tekan Agil.

Aulia melirik sahabatnya, Laras. Dia mendekat dan bertanya pada Laras, bukannya menjawab Laras malah menepis tangan Aulia dengan kasar dan menatap Aulia penuh amarah.

"Jawab? Jawab apa? Jawab kalo ternyata gue yang tukar nilai ulangan gue sama dia? Kalo ternyata gue yang masukin hp dan dompet Halma ke tas dia?" Laras menunjuk Aulia.

Aulia mematung, berusaha mencerna situasi. Aulia semakin tidak mengerti dengan apa yang Laras bicarakan. Apa maksudnya berkata demikian, apakah mereka sedang mengerjai Aulia? Aulia terlihat tertawa renyah, rencana mereka terlalu mudah sehingga dia dapat menebak dengan cepat.

Agil SaputraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang