08. Kangen

8.1K 756 25
                                    


"Makan dulu!"

Xe menggeleng keras, tatapannya tetap lurus kedepan.

Chilla menghela nafas pelan, "Lo belum makan apa-apa, entar lo masuk angin."

"Gak mau."

"Makan gue bilang! Kalau Lo sakit gue juga yang repot."

Xe sama sekali tidak menanggapinya, pikirannya terus melayang kepada Deral yang masih setia terbaring lemah di brankar rumah sakit.

Brak

Chilla meletakkan piring dengan kasar pada meja, ia berdiri dengan mata melotot ke arah Xe yang diam sedari tadi.

"Gue bingung sama Lo, kenapa lo bisa sekhawatir gitu sama dia. Lo 'kan sukanya sama Geral. Sampai gak mau makan lagi!"

Xe menghela nafas pelan, kemudian menelungkupkan wajahnya pada lipatan tangannya di meja.

"Gue gak tau."

"Gimana sih?! Gimana lo nggak tau? Gue yakin ada apa-apa antara Lo sama Deral." Chilla tetap kekeuh. Gadis itu sangat yakin, ada sesuatu diantara Deral dan Xe.

Xe diam membeku, perlahan ia mengangkat kepalanya menatap Chilla. "G-gue-- nggak ada apa-apa sama, Deral."

"Gue nggak percaya!"

"Gue nggak ada apa-apa sama dia! Jangan asal ngomong, gue kaya gini karena gue khawatir sama dia. Bukan berarti ada apa-apa antara gue sama Deral." Nafas Xe memburu, wanita itu berteriak hanya dengan sekali tarikan nafas.

"Trus? Kenapa Lo bisa khawatir gitu?" Chilla mengangkat sebelah alisnya, seolah tengah menantang.

"GUE NYAMAN DEKET SAMA DIA!!"

Chilla terkekeh pelan, "Jadi... Lo suka sama siapa? Deral atau Geral? Jangan egois, Xe."

Xe diam dengan tangan terkepal. Jujur, ia sendiri juga masih bingung akan perasaan ini. Dirinya sangat suka dan kagum akan Geral, tetapi di lain sisi juga, ia sangat menyayangi Deral.

"Lo nggak bisa milih 'kan? Gue saranin, jangan berdiri di antara dua hati. Rasanya itu sakit."

Xe menggeleng, kenapa saat ini dirinya seperti prasangka utama yang memainkan peran antagonis dalam sebuah cerita?

"Lah nangis? Gue nggak ada ngapa-ngapain, anjir!"

"G-gue mau sama Deral," cicit Xe dengan isakannya.

Oke, cukup kalian tau, Chilla saat ini sangat pusing akan tingkah adiknya tersebut. Ya memang, Xe adalah wanita manja. Namun, mengapa saat ini Xe sangat berbeda?

Chilla menggaruk tengkuknya bingung, "Gue bingung."

"D-deral, hiks. Mau sama Deral!"

"Gue--"

"MAU SAMA DERAL!!"

***

Hoek

Hoek

"Kayaknya, Lo lagi masuk angin deh," kata Chilla sembari memijit tengkuk Xe.

Chilla meraih tisu, kemudian memberikannya kepada wanita itu.

"Badan gue lemas banget." Xe menegakkan tubuhnya, kemudian memeluk Chilla agar dapat menopang tubuhnya.

"Anjir! Lepas, Ih!"

"Gue gak sanggup diri, sebentar aja."

Chilla sebenarnya sedikit khawatir akan kondisi adiknya ini, apalagi kening dan pipi Xe terasa sangat panas.

Titik MulaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang