64.

1.2K 106 6
                                    


Deral mendengus kesal, sangat kesal saat Chilla dengan gampangnya berkata bahwa dia akan menginap di rumahnya. Oh Hell! satu lagi, bukan hanya gadis itu yang akan tinggal disini, teman teman nya yang lain juga ikut! Bajingan sekali, menambah kerjaan saja.

Dengan rasa kesal Deral melempar handphonenya keatas sofa yang ada di sudut dekat jendela kamarnya. Kaki jenjang nya membawa dirinya keluar dari kamar berjalan menuju kedapur untuk mengambil air putih, sekedar untuk menghilangkan rasa kesalnya.

"Oh Tuhan Tolong!" kaget Deral saat melihat Kakeknya sedang senam didapur. Namun bukan itu masalahnya, Bitama senam dengan menggunakan Celana pendek dengan tidak memakai atasan apapun, oh jangan lupakan dengan lagu senam yang diputar lelaki setengah abad tersebut, persis seperti lagu senam ibu ibu komplek.

"You crazy!" pekik Deral. Dengan tergesa Deral mengambil gelas dan mengisi dengan air putih dan meneguknya rakus. Mengapa manusia akhir-akhir ini begitu gila! sangat tidak waras.

"Calm boy! Kakek merasa pegal duduk dipesawat, jadi Kakek mencoba Yoga untuk sekedar memperkuat sendi dan tulang Kakek."

Deral berdecih, matanya memutar merasa geli saat melihat tubuh Bitama yang ada keriput dimana-mana. Dan perut yang dulunya Sixpack kini sudah kendor. oh, maafkan dirinya yang begitu durhaka.

"Kakek berasa Abege aja. Harusnya, sekarang itu Kakek tidur di kamar, istirahat, minum obat, ibadah, buat jaga jaga mana tau Tuhan tiba tiba aja jemput Kakek. Biar ada persiapan."

"Mentang-mentang namamu sudah tercatat sebagai ahli waris, Kau sudah tidak sabar akan kepergianku." Sinis Bitama sambil meminum jamu yang sudah dibawakan oleh Arman.

"Sure"

"Aku belum siap dijemput oleh Tuhan. Sebab dosaku masih banyak, aku belum meminta ampun. Sepertinya aku akan ke gereja hari Minggu."

Deral mengangkat sebelah alisnya, "Untuk apa?" Dalam hati Deral tertawa keras, seorang Bitama memasuki gereja. Hah sungguh lawak.

"Tentu saja meminta ampun! Aneh sekali kau!"

"Idih idih, dosa kakek itu besar banget. Bunuh orang dimana-mana, padahal udah aki-aki."

"Tuhan gak pandang seberapa besar dosa Kakek, Tuhan pandang ketulusan hati Kakek saat meminta ampun."

Deral bergidik mendengar kalimat yang Bitama perkatakan. Ia berbalik dan berjalan dengan cepat menuju kekamarnya. "Ngeri juga psycho ngomong begituan." gumam Deral.

***

"Ayolah.." Chilla memohon dengan menunjukkan puppy eyes nya.

Ayyara menggeleng tidak mau, "Gimana ya Chill, Xe kan gak bebas lagi kayak kita dulu. Dia udah punya suami. Gak sopan kita ganggu mereka dengan nginap disana."

Chilla mengerucutkan bibirnya, "Kan gue udah izin sama mereka. Deral juga izinin kok, dia gak protes sama sekali. Bahkan dia senang kita nginap disana, biar nanti Xe ada yang nemenin." kata Chilla berbohong demi mendapat anggukan dari Ayyara.

Ayyara berpikir sejenak, "Gue pikir-pikir dulu. Btw, berapa hari emang nginap disana? Emang Lo gak ngurus berkas-berkas mau masuk kuliah nanti?"

"Rencana gue seminggu, untuk berkas-berkas persiapan kuliah gue siapin dari rumah Xe aja."

Ayyara mengangguk paham, "Cowok lo ikut?"

Chilla mengangguk semangat, "Ikut dong, harus! bentar lagi mereka juga mau datang,"

"Mereka? Geral juga datang?" Chilla mengangguk mengiyakan.

"Ehm..bukannya Geral lagi ada masalah sama Papanya? Mungkin aja dia gak dibolehin."

"Maka dari itu gue suruh dia ikut, mana tau dia bisa curhat sama Deral. Biar dia jangan terlalu berat mendam masalahnya sendiri. Lo sebagai ceweknya gimana sih?! bukannya jadi pelarian dia, ini malah diam seolah olah gak peduli sama hidupnya." dengus Chilla.

Ayyara meringis, "Bukan gitu, Geral yang bilang sama gue kalau dia itu gapapa. Gak mungkin kan gue maksa dia buat cerita sama gue"

"Lo gak peka banget sih! Dia bilang gitu hanya omongan aja, aslinya dia butuh elo disampingnya Ra.." greget Chilla melihat Ayyara yang begitu polos tidak ada kepekaan sedikit pun.

ting

Suara pintu cafe yang terbuka mengalihkan atensi kedua gadis cantik yang sedang duduk di meja sudut Cafe. Dari tempatnya, Chilla dan Ayyara dapat melihat Geral, Turbo, Ken serta Rea yang sedang mendorong trol baby sedang berjalan kearah mereka. Jangan tanyakan keberadaan Zayen, lelaki itu sudah pindah keluar negeri untuk melanjutkan studynya disana. Padahal dulunya lelaki itu tidak ada niatan untuk berkuliah ke luar negeri. Namun, entah apa alasannya sehingga Zayen memilih kuliah disana.

"Sini duduk." kata Chilla mempersilahkan empat manusia yang sialnya sangat tampan dan cantik itu untuk duduk.

"Gimana, jadikan?" tanya Chilla dengan semangat, bahkan mereka baru saja duduk. Namun, gadis manis itu sudah tidak sabaran saja.

Turbo yang berada di samping Chilla hanya mengangguk pasrah. "Jadi sayang jadi, pengen banget kayaknya."

"Waiyadong! Gue udah pengen sepengen pengen nya tidur bareng Xe lagi."

Turbo mengulas senyum manisnya saat melihat sang kekasih begitu semangatnya untuk menginap dirumah kembarannya. "Nanti kita kesana aja langsung."

Mata Chilla langsung berbinar mendengar itu, dengan cepat Chilla langsung memeluk Turbo dengan erat. "Makasih ayang akuuuu.."

"Sama sama, sayang.."

Ayyara bergidik melihat pemandangan didepannya. Ia berdecih, merasa jijik sebelum sebuah tangan menyentuh tangannya. Ayyara menoleh menatap wajah Geral yang terlihat begitu lelah.

"Ikut?" tanya Geral sambil mengelus punggung tangan gadisnya dengan jari jempolnya. Ayyara mengangguk sebagai jawaban.

"Kamu ikut juga kan?" tanya Ayyara balik, senyum nya mengembang saat Geral mengangguk.

Tangan kecil nya terangkat untuk mengelus pipi Geral yang sedikit kotor akibat oli yang menempel disana. "Baru pulang kerja ? "

Sekali lagi Geral mengangguk seraya menikmati sapuan halus pada pipinya. Sangat beruntung rasanya memiliki Ayyara dihidupnya yang begitu rumit ini. walau gadis itu tidak terlalu peka, namun dirinya tetap saja begitu sayang kepada Ayyara.

Lain lagi dengan Ken dan Rea, sepasang suami istri itu sedang marahan karena Rea yang ingin ikut namun Ken melarang keras. Alasannya sangat klasik, dikarenakan mereka sudah mempunyai anak, jadi agak menyusahkan untuk bepergian apalagi sampai menginap.

"Ken jahat!"

Ken diam tidak mengubris Rea yang semakin membuat wanita itu kesal dan hampir menangis. "Mau ikut sama Chilla, Ken jahat banget sih?!"

"Nggak! Jangan bandel dibilangin."

"Tau ah! Lea ngambek gak mau makan, titik." Rea melipat tangannya didepan dada. Wanita menggemaskan itu menatap lurus kedepan, tidak mau menatap kesamping dimana ada Ken disana.

"Ngeselin! Padahal disana cuman nginap seminggu aja, itupun gak Ken bolehin. Sebenalnya, Ken sayang gak sih sama Lea?!" ucap Rea berdramatis. Rea mengusap air matanya yang mulai terjatuh.

Ken mendengus geli melihat Rea yang mulai menangis, sudah biasa baginya. Namun tetap saja Rea begitu menggemaskan dimatanya jika wanita itu sedang menangis, merajuk karena permintaannya tidak dituruti olehnya.

***

continue

Titik MulaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang