Entah kenapa akhir-akhir ini Ayyara merasa ada yang berbeda dengan Axelyn. Ia merasa jika Xe semakin menjauh dan mencoba menghindarinya.
"Gue beliin bakso aja?" Tanya Ayyara mencoba untuk mencari topik.
"Nggak, makasih." Sangat singkat. Xe kembali memainkan ponselnya.
"Xe--"
"Gue pegi dulu." Wanita itu segera bangkit dan pergi meninggalkan kelas, tujuannya saat ini adalah kantin.
Xe merapatkan jacket tebalnya saat angin berembus kencang menerpa kulit wajah, sehingga sebagian anak rambutnya beterbangan.
Wanita itu segera menghentikan langkahnya ketika ia dan Deral berpapasan dikoridor, bahkan Theresia juga ada disamping lelaki itu.
"Xe.."
"Ral bagi duit." Kata Xe sambil mengadahkan telapak tangannya.
"Maksud--"
"Gue lupa bawa duit."
"Gue juga lupa." Ujar Deral pelan.
Theresia segera merogoh sakunya, ia mengeluarkan uang senilai 50 ribu dan menyodorkannya kepada Xe.
"Kakak boleh pakai uang aku, dulu."
Xe mendengus, "Enggak usah, makasih." Setelahnya, barulah Xe kembali melangkahkan kakinya. Tujuannya sekarang tidak lagi kekantin, namun ketaman belakangan sekolah.
"Xe tunggu!"
"Xe!!"
Deral berlari mengejar Xe yang jauh didepannya.
"Kak!"
"Ih, kak Deral. Katanya tadi mau nemenin kekantin. Kenapa malah tinggalin aku?" Theresia menghentak-hentakkan kakinya dengan kesal.
***
"Cewek tunggu!"
Deral mengimbangi langkah kaki Xe, mereka berjalan beriringan menuju kursi panjang yang ada ditaman belakang sekolah.
"Pucet banget muka, lo. Gak ada beras dirumah?"
"Sembarangan."
"Kenapa lo? Sok cuek lagi."
Xe menoleh menatap Deral, "Gue kangen sama Mami, sama Papi juga."
"Kenapa?"
"Lo nanya kenapa? Coba kalau lo kangen sama ortu lo, apanya yang kenapa? Lo pasti pengen peluk mereka 'kan?"
"Jadi... lo kangen dipeluk sama Papi lo?"
Xe menunduk sembari meremas jari-jarinya, "Iya."
Deral menghela nafas pelan, ia segera menarik tubuh Xe untuk masuk dalam dekapan hangatnya. Andai Xe tau bahwa dirinya juga sangat rindu dan ingin dipeluk oleh kedua orang tuanya. Namun apa? Bahkan melirik saja orang tuanya tidak sudi.
Mereka seatap, tapi Deral merasa dirinya dan orang tuanya mempunyai jarak yang sangat jauh.
"Sabar, orang tau lo juga pasti lagi capek kerja." Kata Deral sambil mengelus rambut Xe pelan.
"Tapi sampai kapan? Sampai kapan mereka kerja terus?"
Deral tidak menjawab, tetapi tangannya terus mengelus rambut Xe sayang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Mula
Novela JuvenilPositif. Ah, tidak. Lelaki humor penyimpan sejuta luka itu sebentar lagi akan menjadi seorang ayah. Dimana, malam itu adalah malam tersial untuk kedua insan itu. Penasaran dengan kisahnya? Maka, marilah kita ikuti alurnya dan juga ambil pelajaran d...