~○0○~
Udara segar langsung menyeruak memasuki indera penciuman. Wanita manis itu merentangkan tangannya sambil menghirup udara yang masih bersih alami tanpa asap dan debu seperti dikota.
Ya, mereka sudah sampai pada kawasan puncak. Dimana sebentar lagi mereka akan mendaki dan membangun tenda disana. Tidak terlalu jauh untuk mendaki, hanya sekitar 100M dari kawasan puncak untuk sampai kepuncak dekat hutan.
"Gue ketoilet sebentar." Pamit Xe kepada Deral yang baru menuruni bus diikuti Theresia dibelakang. Ah, gadis itu! Ingin sekali rasanya Xe meremas dan menghancurkannya berkeping-keping. Semakin lama, Theresia semakin lengket bak upil kepada pac-- ah, maaf ralat sedikit. Kepada calon suaminya.
Dengan perasaan sedikit kesal, Xe berjalan pelan kearah toilet. Ia masuk kemudian berdiri didepan kaca.
"Ternyata gue cantik, gak jelek-jelek amat lah."
"Tapi There tuh nyebelin tau! Masa dia mau rebut Papa.."
"Idih, gelay banget." Xe bergidik sendiri akan ucapannya barusan. Tidak lama dari situ, ia juga terkekeh kecil, lucu rasanya ia memanggil Deral dengan sebutan Papa.
"Nanananana..." Xe menggeleng kan kepalanya sambil bersenandung kecil. Setelah selesai mencuci tangan, ia segera berjalan keluar. Suasana toilet itu sangat sepi, sehingga menambah tingkat kehororannya.
Xe semakin mempercepat langkahnya ketika hatinya seperti menyadari ada seseorang yang mengikutinya.
Xe sudah tidak tahan lagi. Dengan cepat, ia langsung berbalik untuk memeriksa keadaan. Tetapi nihil, tidak ada satu orang pun. Yang ada hanya suara daun pepohonan yang jatuh karena ditiup angin sepoi-sepoi.
Wanita itu mengelus dadanya, ia sedikit merinding. "Ih serem.."
Xe kembali melangkahkan kaki, tangannya saling meremat untuk menyalurkan rasa takutnya. Nafas lega keluar dari mulutnya ketika tidak jauh darinya, tempat parkiran Bus tadi sudah terlihat. Bahkan Deral ada disana sedang menunggunya.
"Mphhh..."
Entah kesialan dari mana, tiba-tiba sebuah tangan besar membekap mulut Xe dengan kain hitam yang sepertinya sudah diberi obat bius.
Sebelum mata indah itu benar-benar tertutup, Xe sempat melihat Deral yang dipeluk oleh Theresia.
~○0○~
"Lepasin!" Deral sedikit terkejut karena secara tiba-tiba Theresia memeluknya.
Gadis itu terisak pelan, ia menunduk dalam. "Kak, mereka nakutin aku." Katanya seperti mengadu kepada sang ayah.
Deral mendengus, "Kenapa?"
"Mereka lempar aku ular mainan. Aku 'kan phobia sama mahluk itu." Kali ini Theresia mendongak untuk menatap mata hitam gelap itu.
"Kenapa lo ngadu sama, gue?" Tanya Deral bingung.
"Papa 'kan udah titipin aku sama kakak. Lagian... k-kita 'kan masih pa-pacaran." Ujar Theresia dengan mengecilkan volume suara di akhir kalimat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Mula
Подростковая литератураPositif. Ah, tidak. Lelaki humor penyimpan sejuta luka itu sebentar lagi akan menjadi seorang ayah. Dimana, malam itu adalah malam tersial untuk kedua insan itu. Penasaran dengan kisahnya? Maka, marilah kita ikuti alurnya dan juga ambil pelajaran d...