Jesslyn sudah mandi, jadi sekarang waktu dirinya yang akan mandi. Deral meregangkan otot otot tangannya yang sedikit keram. Memandikan Jesslyn bukanlah suatu yang sulit. Namun, tadi sebelum itu ia sempat membersihkan rumah serta memasak bubur untuk Xe. Pekerjaan yang tidak biasa baginya itu sungguh sangat membuat tubuhnya remuk. Ternyata seperti itu rasanya mengerjakan pekerjaan wanita.
"Nanti bajunya gue ambilin" kata Xe yang melihat Deral sedang meraih sebuah handuk putih. Deral menoleh sebentar kemudian mengangguk dan berjalan memasuki kamar mandi.
Xe segera beranjak dari tempat duduk nya ketika melihat jesslyn sudah anteng bermain sendiri. Wanita itu mengambil baju dan celana yang akan dikenakan Deral. Kemudian menaruhnya di walk in closet.
"Ahhhh gabut banget gueee" desah Xe sambil ikut merebahkan dirinya disamping anaknya Jesslyn yang tertawa melihat Xe yang Frustasi akibat tidak tau ingin melakukan apa.
Xe sedang berpikir keras akan kemana ia nanti, untuk sekedar menghilangkan kebosanannya. Apakah timezone? Mana mungkin, anaknya masih belum genap sebulan, bagaimana ia membawanya ketempat wahana tersebut. Atau mungkin ke pasar malam? Sama saja!
Oh, ya! Apa mungkin kafe?? Sepertinya asik. Xe tersenyum cerah ketika menemukan ide yang sangat cemerlang itu. Ia menoleh menatap pintu kamar mandi yang masih tertutup, dan suara gemericik air pun masih terdengar pertanda bahwa Deral belum selesai mandi.
"Papa lama banget ya sayang,"
Jesslyn hanya terdiam sambil memainkan lidahnya. Syukur saja bahwa Jesslyn tidak terlalu rewel, dan mau bermain sendiri. Namun, yang kadang membuat Deral pusing adalah, bayi kecilnya itu rewelnya tengah malam. Itu membuat Deral tersiksa karena terjaga sepanjang malam.
Xe tersenyum mengingat bagaimana romantisnya Deral yang setia menemani anaknya sampai pagi, sedangkan dirinya enak tidak terganggu dan bisa tidur dengan nyenyak.
Ceklek
Suara pintu terbuka mengalihkan pemikiran Xe, wanita itu segera duduk dan menghadap Deral dengan pandangan seolah sedang meminta sesuatu. Lelaki yang hanya memakai handuk itu menyerngit menatap tatapan Xe yang tidak biasanya.
"Apa?" Tanya nya.
"Kita boleh keluar nggak?"
"Apanya?" Tanya Deral masih belum paham. Deral sebenarnya ingin sekali menggigit pipi Xe yang semakin gembul itu, apalagi melihat ekspresi Xe yang sangat lucu.
"Kita boleh keluar nggak? Gue pengen ke Cafe."
"Boleh." Jawab Deral setelah berpikir sejenak.
Xe tersenyum senang, ia kembali merebahkan dirinya disamping Jesslyn. "Yey...kita ke Cafe," seru Xe sambil mencium pipi anaknya berulangkali. Jesslyn bukannya marah, malah tertawa senang menerima ciuman bertubi-tubi tersebut.
Deral yang melihat itu menyunggingkan senyumnya, sungguh pemandangan yang ia nantikan.
Xe yang merasa diperhatikan pun, menoleh menatap Deral yang masih setia berdiri di tempatnya tadi. Sebenarnya, Xe sedikit salah fokus saat melihat perut Deral yang telanjang. Itu adalah kesukaannya!
"Ngapain masih berdiri disitu?! Sana ganti baju." Suruh Xe dengan wajah yang dibuat segarang mungkin.
"Iya sayang," jawab Deral sambil melenggang dari sana dan memasuki walk in closet.
"Apaan sih! Gajelas banget!"
"Keknya ke mall juga enak kan, sayang?" Tanya Xe kepada Jesslyn yang tentunya tidak akan dijawab. Jesslyn hanya terus memainkan lidah mya dibibirnya.
"Oh, atau cafenya nanti di dalam mall aja kali, ya?" Xe menggeleng pelan, "Enggak deh, pisah aja"
"Siap itu ke indomaret."
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Mula
Teen FictionPositif. Ah, tidak. Lelaki humor penyimpan sejuta luka itu sebentar lagi akan menjadi seorang ayah. Dimana, malam itu adalah malam tersial untuk kedua insan itu. Penasaran dengan kisahnya? Maka, marilah kita ikuti alurnya dan juga ambil pelajaran d...