55. Jealous

2.1K 194 18
                                    

Setelah dirawat 3 hari, kini Xe dan jesslyn sudah membaik dan dapat pulang. Karena hal ini lah Deral semakin repot untuk mengurusi istri dan anaknya itu pasca pulang dari rumah sakit.

Setelah setengah jam untuk membuat Jesslyn tidur, kini lelaki itu baru bisa bernafas lega karena penderitaan nya sudah selesai. Deral, duduk di kepala ranjang dengan badan yang lemas lantaran capek.

Namun, tidak apa-apa. Itu semua dilakukannya hanya untuk membahagiakan sang istri tercinta dan anak tersayangnya. Dilain sisi juga ia sangat beruntung dalam posisi ini sekarang. Bisa memiliki semua yang ia mau. Dari harta, Axelyn, bahkan anak yang Tuhan anugerahkan untuk nya.

Namun, satu kekurangan nya. Walau sebanyak apapun hartanya saat ini, namun itu tidak bisa membeli kasih sayang kedua orang tuanya yang sudah sangat lama hilang ditelan oleh keadaan.

Deral melirik handphone nya yang bergetar disampingnya. Ia mengerutkan dahinya saat melihat panggilan dari seseorang yang telah mengubah hidupnya. Dengan cepat, ia langsung menekan icon hijau dan menempelkan pada telinganya.

"Kenapa, Kek?"

"Yaampunnn!! Apakah cicit ku sudah lahir?!"

Deral segera menjauhkan handphonenya dari telinganya karena suara Kakeknya yang sangat membahana.

"Biasa aja sih, Kek! Gak usah teriak gitu, telinga gue sakit."

"Gimana sih kamu! Kakek kan lagi bahagia, karena penerus ketiga akan hadir!!"

Deral meringis, penerus ketiga katanya? Sedangkan dirinya saja masih bekerja setengah hari dari seminggu yang lalu. Bahkan Kakeknya menyuruh asisten nya untuk mengajari nya cara cara dalam berbisnis. Itu semua membuatnya malu, bagaimana bisa ia diajari bawahannya sedangkan ia sekarang sudah resmi menjadi pemilik perusahaan dengan jumlah nominal banyak itu.

"Iya-iya!"

"Tumbenan kakek telfon,  ada perlu apa?"

Terdengar helaian nafas dari seberang, "sebenarnya kakek mau pulang saat ini, namun karena cuaca buruk jadi tidak dapat langsung pulang. Kamu hanya perlu titip salam aja untuk cicit saya."

"Ohh, baguslah!"

"Tidak tau untung kamu cucuku yang paling durhaka! Kakek tutup!"

Lagi dan lagi Deral bernafas lega setelah penderitaan keduanya selesai. Ia menoleh kesamping. Melihat betapa terlelapnya istrinya tidur. Bahkan, wajah damai Xe saat ini mampu menghilangkan rasa lelah yang Ia rasakan sekarang. Entah kenapa, hari demi hari, ia semakin jatuh hati dengan istri kecil nya itu.

Deral tersenyum kecil melihat wajah Xe yang lucu saat tidur, dengan jahil ia membuka ponselnya dan membidik wanita itu dengan kamera ponselnya. Ia melakukan itu berkali kali, sesekali tertawa melihat Xe yang menggeliat lucu karena flash yang dikeluarkan oleh ponselnya.

Namun saat melihat sekilas pada ponselnya, Matanya membulat saat melihat jam yang tertera pada layar ponsel. Ia menepuk jidatnya pelan,  kemudian beralih untuk membangunkan Axelyn.

Sekarang jam sudah menunjukkan jam setengah tiga. Tadi setelah habis makan, Xe langsung tidur tanpa meminum obat dan vitaminnya. Alasan nya sih, mengantuk. Lantaran Deral orang nya tidak tegaan, jadilah ia hanya mengiyakan saja.

"Xe..bangun dulu, yuk! Minum vitamin dulu." Deral mengelus pipi Xe pelan. Sesekali juga ia meniup-niup wajah wanita itu dengan pelan.

"Apasih!" Sungut Xe tanpa membuka kedua matanya.

"Makan vitamin dulu, baru siap itu tidur lagi."

"Males..." rengek Xe dengan wajah batalnya.

Dengan amat terpaksa, Deral menarik tubuh wanita itu untuk bersandar di kepala ranjang. Ia merapikan rambut Xe yang berantakan dengan ruas jari jarinya.

"Buka mulutnya, aaaaaa"

Deral segera memasukkan dua butir obat bewarna putih kedalam mulut Xe diikuti dengan air putih. Begitu juga vitamin yang dilakukan dengan hal yang sama.

"Cepat pulih, cinta!"

***

Deral menatap malas kearah seorang gadis yang duduk tepat didepannya. "Seharusnya lo gak usah pulang lagi, gue gak mengharapkan dan gak peduli lo lagi setelah lo ninggalin gue empat tahun yang lalu."

Wajah gadis itu sangat dominan dengan rasa bersalah dan sedikit kecewa, karena Deral sudah tidak menganggapnya bahkan tidak menyambutnya lagi.

"Kak? Gue sekarang udah pulang."

"Gue gak peduli, Ren" ya gadis itu adalah Rentania.

"Gue udah gak care lagi. Gue sekarang udah bisa ngejalaninnya tanpa lo, bahkan gue sekarang punya segalanya tanpa bantuan lo! Gue masih ingat dulu lo janji sama  gue bakal nemenin dan suport gue sampe gue sukses dan nemuin seseorang yang bisa benar benar tulus sama gue. Nyatanya, lo yang ninggalin gue." Deral mengatur nafasnya yang terasa sangat cepat.

"Kak! Gue kan udah bilang kalau gue dipaksa sama Papa! Plis, jangan egois kayak gini!"

Wajah Deral memerah menahan amarah ketika mendengar suara dengan nada tinggi itu. "Dulu pas gue di pukulin sama Papa, lo selalu nolongin dan temenin gue. Sedangkan itu?! Papa kasih pilihan! Bukan papa yang nentuin!"

"K-kak... gue ada alasan lain"

Rentania adalah adik dari Deral, mereka sangat dekat bahkan tidak dapat terpisahkan. Jikalau Deral dikasari dan dipukuli oleh Rony, maka Rentania lah yang akan maju menolong Deral. Gadis itu sangat menyayangi Deral, ia akan melakukan apapun agar Deral baik baik saja. Namun, suatu hari ia lebih memutuskan untuk pergi dari Indonesia ke Jerman untuk melanjutkan sekolahnya. Karena memang cita citanya adalah menjadi seorang dokter dengan lulusan luar negeri. Karena cita cita yang sangat besar dan tekadnya yang sangat kuat, ia pergi ke jerman dan meninggalkan Deral dengan seluruh luka nya.

"Pulang!"

Rentania menggeleng, "Gue gak mau sebelum kakak peluk gue,"

"Gak akan! Sekarang gue bilang, pulang!"

"Enggak mau!"

Deral menghela nafas pelan, sebelum berucap "gue udah maafin lo. Sekarang lo, pulang!"

Wajah Rentania langsung berubah, ia menatap deral tidak percaya. "Benarkah?!!"

"Pulang!"

Rentania kembali lesu, ia menatap Deral sedikit lama sebelum ia berdiri dan pergi meninggalkan tempat tinggal kakak tersayang nya itu.

Setelah memastikan bahwa Rentania sudah pergi, Deral langsung menunduk dengan air mata yang mengalir di pipinya. "Gue udah maafin lo, Ren. G-gue juga kangen sama lo." Deral mengusap air matanya, ia berdiri kemudian kembali menaiki anak tangga menuju lantai atas, atau lebih tepatnya pada kamarnya.

Tanpa disadari oleh lelaki itu, sedari tadi Xe sudah berdiri di ambang dapur,  dekat meja makan. Mendengar semuanya interaksi antara adek kakak itu. Xe sedikit tersenyum bahwa gadis yang selama ini ia cemburui ternyata adik dari suaminya.

Salahkan saja Deral! Mengapa lelaki itu membuat nama Rentania sangat banyak pada buku diarynya. Bahkan disatu lembar Deral menulis 'Love Renta' dengan sebuah foto. Dimana di dalam foto tersebut terdapat Deral dan Renta yang berpelukan sewaktu kecil.

Itu semua membuatnya cemburu! Namun,kemarin Ia sangat gengsi mengungkapkannya.

***

CONTINUE

Titik MulaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang