"Anak haram apa yang anda maksud?"Imanuel diam, ikut mencerna kalimat yang baru saja keluar dari mulutnya tadi. Matanya melirik sekilas kepada Xe yang juga sedang menatapnya dengan tatapan kecewa. Imanuel menggeleng pelan.
"Sekali lagi saya tanya, anak haram apa yang anda maksud?!" Deral berdiri dengan Jesslyn yang ada dipangkuannya.
"Putriku yang anda maksud? apakah hati anda telah tertutup oleh kebencian semata sehingga tanpa sadar anda telah memberikan luka kepada putrimu selama, ini?!"
Imanuel sebenarnya sedikit bersalah, namun sudahlah, ia sudah terlanjur mengatakan hal itu. "Ini fakta bukan?! Anak yang lahir diluar pernikahan yang sah dimata hukum dan agama itu disebut anak haram!!"
"Jaga omongan anda!!" Ujar Deral dengan suara yang sedikit meninggi.
"Putriku bukan anak haram! Tuhan percaya kepada kami sehingga ia hadir ditengah kami!"
Imanuel terkekeh sinis merasa ucapan Deral hanya sebuah kata pemanis dari aib yang ada pada mereka.
"Saya tidak yakin anak ini akan hidup bahagia ditengah kalian." tutur Pria baya itu sambil menatap Deral remeh.
"Itu urusan kami! Jadi, anda tidak ada hak untuk angkat suara disini!!" tegas Deral dengan wajah yang memerah lantaran kesal.
"Satu lagi, Axelyn bukan putrimu lagi! Ia sudah menjadi milikku dan hidupku. Namanya bukan lagi Cyella Axelyn Alexandra. Namun ia sudah menjadi Cyella Axelyn Pra Hasequil." Tekan Deral disetiap kata yang dilontarkannya.
Wajah Imanuel sedikit terkejut mendengar nama akhir dari putrinya. ia menatap tidak percaya Xe yang tengah duduk sambil menundukkan kepalanya.
"Apa maksudmu?"
Deral tersenyum miring, "Kurasa anda tidak terlalu bodoh untuk mengerti tuan Imanuel Alexandra."
Deral berbalik lalu meletakkan uang bewarna merah beberapa lembar yang tadi sudah ia siapkan dimeja, kemudian menggenggam Xe dengan sebelah tangannya untuk membawa wanita itu pergi dari sana. Namun sebelum itu, Deral berhenti sejenak sebelum mengucapkan satu kalimat yang mampu membuat hati Imanuel berdesir.
"Selamat! Kau telah kehilangan putrimu karena keegoisanmu!"
***
Deral melirik Xe yang sedang melamun dari ekor matanya, wanita itu tampak diam dengan tatapan lurus kedepan.
"You okay?" tanya Deral mencoba mengubah suasana hati Xe.
Xe menoleh dengan pelan, matanya yang kosong menatap Deral kemudian mengangguk. "I'm okay." jawabnya dengan suara serak. Memang tadi di Cafe Xe sempat menangis karena pertemuan yang tidak mengenakan dengan sang papa.
"Bohong! Lo gak baik baik aja, jangan bohongin diri lo sendiri." Kata Deral sambil menatap jalan didepannya.
"Gue fine fine aja, Ral. Lagian gue juga udah gak punya orang tua sejak sembilan bulan yang lalu. Jadi biasa aja." Kata Xe mengelak. Namun, hati nya berkata lain. Hatinya tetap merindukan kedua orang tuanya itu, ia tetap ingin tinggal ditengah mereka dan menjadi anak gadis yang sesungguhnya.
Deral terdiam dengan fikirannya sendiri, tanpa sadar, tangannya menggenggam erat stir mobilnya dengan mata yang memerah.
"Ral?" Panggil Xe ketika melihat perubahan Deral, seketika atmosfer dalam mobil berubah drastis menjadi lebih dingin dan mencekam.
Deral menelan ludahnya sendiri ketika mendengar suara lembut itu.
"Lo gapapa?" tanya Xe hati-hati.
Deral menghela nafas kemudian menggeleng, "Perasaan gue gelisah, antara emosi karena ucapan Papa lo dan juga takut lo pergi ninggalin gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Mula
Teen FictionPositif. Ah, tidak. Lelaki humor penyimpan sejuta luka itu sebentar lagi akan menjadi seorang ayah. Dimana, malam itu adalah malam tersial untuk kedua insan itu. Penasaran dengan kisahnya? Maka, marilah kita ikuti alurnya dan juga ambil pelajaran d...