38. Prik

4.5K 495 17
                                    



Sebuah tangan besar yang melingkar dibahunya mampu membuat Xe terlonjak kaget. Ia mendelik saat mengetahui sipelaku yang tidak lain adalah suaminya.

"Ngapain peluk-peluk?!"

"Diem ya tuyul! Lo gak nyadar mulai dari tadi lo diintai?"

"Gak! Ngadi-ngadi."

"Udahlah, lanjut belanja."

Tangan Xe mengambil beberapa roti sobek dan memasukkannya ditroli. Ia juga mengambil yogurt, ciki, minuman ringan dan banyak lagi sampai trolinya menggunung.

"Keknya ini udah deh." Gumam Xe pelan.

Deral yang berada disampingnya mencibir, "Sekalian aja indomaretnya beli."

"Sorry, gue gak ngomong sama lo."

"Idih, yang ngomong sama lo siape? Pede!"

"Sialan!"

Deral mendorong troli milik wanita itu kekasir, ia membantu abang indomaret untuk mengeluarkan belanjaan istrinya.

"Totalnya dua juta delapan ratus tiga puluh ribu kak. Ada yang mau ditambahin? Kebetulan ini oreonya beli dua diskon empat ribu kak."

"Enggak kak, itu aja udah cukup." Jawab Deral.

"Sabun nya ada paket hemat kak,"

"Enggak kak."

"Ini ada paket hemat kak, berisi susu, sari roti dan juga ada buahnya."

"Enggak kak, udah cukup itu aja." Jawab Deral dengan senyuman paksanya.

"Oh baiklah. Terimakasih telah berbelanja di Indomaret."

"Ya!"

"Ini nih yang buat gue males, udah dibilangin enggak malah ditawarin yang lain lagi."

"Udahlah, itu kan udah jadi pekerjaan mereka. Lo gak perlu sewot, kan lo bisa jawab enggak." Ketus Xe sambil memasuki mobil diikuti Deral disampingnya.

"Ya masalahnya gue kesal, dia nggak ngerti apa mimik wajah gue tadi?!"

"Maaf, Tuan. Bisa berangkat?" Tanya sopir itu dengan hati-hati.

"Maju Pak." Supir itu mengangguk kemudian mulai melajukan mobil sedan hitam itu.

Xe yang merasa kelelahan pun segera menyenderkan kepalanya pada kursi mobil. Ia mendongak kemudian mengambil oksigen. 

"Gue akhir-akhir ini mudah banget capek." Keluh Xe.

Deral yang melihat itu kemudian menggeser sedikit tubuhnya untuk lebih dekat lagi dengan Xe. Ia menarik tangan wanita itu kemudian memijitnya pelan.

"Gimana kalau lo enggak usah sekolah lagi, lo cukup perhatiin baby aja. Masalah uang nggak usah pikirin."

Xe menghembuskan nafasnya, ia tidak mau berhenti sekolah! Ia masih mau merasakan menjadi anak SMA dan mahasiswa.

"Deral... sekolah itu bukan hanya menuju sukses berbentuk harta. Tapi sekolah itu sukses membangun pola pikir. Gimana gue mau ajarin baby kalau pola pikir gue masih minus?!"

Deral terdiam. Benar juga apa yang dikatakan Xe, sekolah itu bukan hanya menuntut pendidikan. Tetapi karakter dan pola pikir yang matang.

"Yaudah, gue izinin lo sekolah dengan satu syarat. Jangan coba-coba lakuin hal yang buat lo dan baby bahaya. Paham?"

"Hmmm..." Jawab Xe malas.

"Kenapa sih mukanya masam kaya gitu?"

"Kurang kasih sayang."

Deral ingin tertawa mendengar jawaban Xe, rasanya ingin dirinya menenggelamkan Xe kerawa-rawa yang berisikan banyak buaya.

♡I'm Pregnant, Rel♡

"Hai Xe.." sapa Lara saat tidak sengaja berpapasan dengan Xe dikoridor.

"Ape?!"

Lara menggeleng kikuk, "Hehehe enggak, aku c-cuman nyapa doang."

"Oh." Xe ingin melanjutkan langkahnya, tetapi Lara lebih dulu mencekal tangannya.

Xe menghempaskan tangan Lara kemudian mengangkat sebelah alisnya menandakan pertanyaan dibenaknya.

"Em...kita boleh temanan nggak?" Tanya Lara takut-takut.

Xe berpikir singkat, "Boleh. Tapi punya syarat, lo nanti beli matrai dan tandatangi kontrak yang gue buat nanti. Paham?"

Lara mengangguk.

Xe tersenyum puas, dengan angkuh ia berjalan menuju kelasnya. "Morning!" Sapanya.

"Wuih... sepatu lo Jordan?!!" Heboh Chilla saat melihat sepatu yang dikenakan Xe.

"Anjir!! Ini beneran Christian Dior?!! Tas lo Dior?!!"

"Lo mau? Biar gue beliin." Kata Xe sembari duduk pada bangkunya.

"Bukannya nggak mau ya, Xe. Tapi gue merinding, lo dapetin uang segitu banyak darimana?! Dan lo sekarang tinggal dimana?"

Xe memutar bola matanya jengah, "Selalu aja lo tanya gitu. Gue udah tenang and bahagia, jadi jangan khawatir ya."

Chilla tetap menggeleng kukuh, "Gue gak yakin! Kalau gitu ayo tunjukin dimana tempat tinggal lo sekarang?"

Mampus!

Mana mungkin Xe katakan bahwa dirinya sedang hamil dan sudah memilki rumah tangga dan parahnya suaminya adalah Deral.  Dan uang yang didapatkan nya selama ini dari Deral yang berasal dari kakeknya yang kaya. Selain itu,  Deral juga sudah menguasai harta Kakeknya.

Dengan marga Pra Hasequil sudah membuat Nama Deral langsung naik drastis sehingga menjadi media pusat Asia.

"Pokoknya lo gak perlu tau. Yang penting seperti yang lo liat, gue baik-baik aja. Sehat dan gak kekurangan apapun."

"Lo kira gue percaya gitu aja sama lo?! Gak! Kalau lo gak mau kasih tau sama gue, gue bakal cari tau sendiri."

"Iya udah, cari tau sendiri aja sampai kiamat."

"Axelyn.." panggil Deral sambil memasuki kelas.

Xe menoleh kemudian mengerutkan keningnya bingung.

"Apa?"

"Gue lupa kasih uang jajan. Nih," Deral memberi beberapa lembar uang berwarna merah yang langsung disambut Xe dengan senyuman manisnya.

"Makasih Ayang!!"

"Sama-sama Yang..."

"Iyuhh!!" Serempak Deral dan Xe bergidik ngeri. Sama-sama mereka melemparkan tatapan permusuhan.

Tetapi siapa sangka dalam hati mereka berdua ada perasan senang yang bergejolak.

"Prik banget!" Ketus Chilla.







♡♡♡

Pls, maafin aku...

Jnnji nanti up bkln pnjng

-Rffka stp


Titik MulaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang