50. Hidup Abadi

3.5K 394 61
                                    



Deral menghembuskan nafasnya lega, ia merenggangkan otot-ototnya. Setelah berjam-jam, akhirnya ujian pun selesai. Dengan hati gembira, ia merapikan buku-bukunya dan memasukkan semuanya kedalam tasnya.

Dengan bersiul, Deral berjalan keluar dari kelas menuju parkiran. Kali ini ia tidak pulang bersama yang lain, dikarenakan banyak urusan yang harus diurusnya. Tadi Xe mengirimkan dirinya pesan, untuk dibelikan bunga, cokelat dan juga kue brownis.

Entahlah, mengapa wanita itu tiba-tiba saja meminta hal aneh seperti itu. Mungkin kah Xe sedang mengidam? Asal kalian tahu, Xe adalah tipe manusia yang sangat gengsi untuk meminta sesuatu kepada dirinya. Apalagi wanita itu meminta bunga??

Deral menaiki motornya kemudian menghidupkan mesinnya, perlahan motor sport itu melaju keluar melewati gerbang sekolah. Dengan kecepatan sedang, motor itu membelah jalanan yang penuh dengan mobil dan motor lain.

Biasanya jika dalam keadaan macet seperti ini, Deral akan marah-marah tidak jelas. Lain dengan sekarang, kali ini moodnya sedang baik. Selain sudah selesai ujian, Deral juga senang lantaran  Xe meminta bunga padanya.

Tin

Tin

Suara klakson yang bersahutan membuat atensi Deral teralih, ia menatap sekeliling dan menemukan Turbo dan Chilla ada dibelakangnya.

"Cepet amat lo, cabut!" Turbo sedikit berseru, karena disekelilingnya sangat ribut dengan suara suara setan, maaf, maksudnya suara suara dari knalpot mobil dan motor.

Mereka kini tengah berhenti karena lampu merah didepan.

"Lah, lo juga ngapa cabut cepet??" Bukannya menjawab, Deral malah bertanya balik.

"Chilla laper katanya, jadi pengen makan."

"Tumben, biasanya juga makan diwarung belakang sekolah." Cibir Deral.

Turbo memajukan motornya tepat disamping motor Deral. "Tapi kali ini dia gak mau, anak-anak nongkrong disitu semua."

Deral mengangguk, sudah jelas. Sekarang kan terakhir ujian, jadi pasti mereka lagi merayakan hari lepasnya kepenatan mereka.

"Emang mau makan dimana?"

Turbo menyengir, "Ya...dipinggir jalan juga, sih."

Deral memutar kedua bola matanya malas, "Gak modal lo jadi cowok, bawa kek ke mall buat makan atau shoping gitu."

"Tau! Malmingan juga cuman diajak ketaman jalan, pegel kaki gue jalan." Chilla ikut menimpali. Entah kenapa hatinya seolah sudah jatuh digenggaman Turbo. Walaupun sifat lelaki itu pecicilan, tetapi Chilla tetap mencintainya. Jangan salah, banyak lelaki yang menyukai Chilla. Namun Chilla tetap stay untuk Turbo. Kurang beruntung apa lagi lelaki itu.

"Ya maap, Yang. Masa depan gak ada yang tau, mana tau aja gue dimasa depan jadi DPR." Kata Turbo sambil mengusap tangan Chilla yang melingkar dipinggangnya.

"Tapi gue mau punya suami CEO, bukan DPR!"

"DPR banyak uangnya loh.."

"Tapi CEO lebih banyak!"

"Nanti diusahain jadi CEO, makanya doain." Turbo mengakhiri perdebatan antara DPR dan CEO dengan mengatakan, "Asal kamu nanti jadi istri SoleHot aja,ya Yang. Aku siap kerja keras untuk menjadi CEO kayak Ken."

"Bacot!" Sahut Deral sambil melajukan motornya karena lampu merah sudah berubah menjadi hijau.

______________________________

Motor Deral memasuki gerbang mansion dan memasuki garasi. Ia membuka sepatunya sebelum masuk kedalam. Ditangannya sudah ada bucket bunga mawar putih dan juga kresek yang berisi cokelat dan kue brownis.

"Bi?? Xe, mana?" Tanya Deral kepada seorang pelayan yang kebetulan lewat dari depannya.

"Nyonya sedang dibelakang, Tuan. Di taman bunga," jawab Pelayan itu sambil menunduk hormat.

"Oh oke. Makasih."

Dengan langkah yang lebar, Deral berjalan menuju belakang mansion, lebih tepatnya ditaman bunga mansion itu.

Dari ambang pintu, ia bisa melihat Xe yang sedang duduk di gazebo taman, menikmati angin yang berhembus pelan.

"Pas banget." Gumam Deral sambil kembali melangkah mendekati Xe yang masih belum sadar akan kehadirannya.

"DOR!" Seru Deral sambil melompat mengejutkan Xe yang sedang duduk tentram.

Xe tentu saja terperanjat kaget, ia melempar Deral dengan buah naga ditangannya. "NGAGETIN TAU!"

Deral hanya membalas kekesalan wanita itu dengan menyengir. Ia menaiki gazebo itu dan duduk tepat disamping Xe. Tangan besarnya mengusap perut bulat Xe yang keras.

"Gimana nih?? Udah makan?" Tanya Deral sambil berbisik kepada perut wanita itu.

"Lama banget keluarnya, gak sesak apa didalam sana?"

"Nanti ceritain ke Gue ya, gimana rasanya didalam perut. Soalnya gue udah lupa."

"Nanti kalau udah brojol, jangan nyusahin."

"Gue salto, kalau lo lahirnya gak nangis." Deral tertawa kemudian kembali mengelus perut Xe.

"Mungkin lo udah depresi karena otak lo gak sanggup buat ujian, ya??" Tanya Xe curiga karena melihat tingkah lelaki itu yang mau senyum-senyum sendiri.

"Idih! Enggak, lah!"

"Yang bener?!"

"Tau ah!"

"Eh, bentar. Ini bunga yang lo minta." Deral menyodorkan bucket yang tadi dibelinya kepada Xe.

Xe menggeleng pelan, "Gak mau lagi, udah gak selera."

Deral menjatuhkan rahangnya pasrah, ia menatap bunga mawar putih itu kasihan. "Padahal mawar putih itu melambangkan keabadian. Emang lo gak mau hidup abadi sama, gue?" Deral menatap Xe dengan tatapan sendu dan seriusnya. Tidak ada tatapan bercanda disana.

Xe menatap mata itu intens, ia mengambil tangan Deral dan menggenggamnya. "Kalau gue gak sama, lo. Gue sama siapa?" Tanya Xe. Kemudian wanita itu terkekeh, "Lo tau kan, kalau Papa sama Mama udah gak anggap gue lagi. Dan sekarang yang spesialin gue itu, lo."

"Jadi?"

"Ya, gue mau hidup abadi sama lo. Asal Tuhan izinin."

Deral tersenyum puas mendengar jawaban Xe, ia menarik perempuan itu untuk masuk dalam dekapan hangatnya.

"Udah sering gue bilang sayang sama lo, tanpa gue utarain, lo tau perasaan gue gimana ke lo."

Xe mengangguk dalam pelukan Deral, ia membalas pelukan itu dan tersenyum disana.

____________________________






PPPPP? Gmna nieh ama part, ini??

Coba kita buat target// 😤😤😶

150 Vote
50 komen.

Gmnaa? Sanggup tidak?

Ngomong ngomong, masuk sekolah disana tgl brp? Tgl 11 juli apa tgl 18?

Okehehhhh

See u!

-Rifka Stepani

Titik MulaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang