48. Angkatan kedua

3.6K 373 24
                                    

⚠BACA 3 PART SEBELUM CHAPT INI BIAR AGAK NGERTI SIKIT⚠

____________________________________________




Ini adalah hari ketiga setelah dilaksanakannya ujian akhir sekolah untuk kelas 12. Baru hari ketiga saja sudah banyak yang mengeluh, padahal masih ada 3 hari kedepan lagi.

"Gimana sayang ujiannya?" Tanya Turbo saat melihat Chilla datang dan duduk disebelahnya.

"Ya cukup menguras otak gue yang pas-pasan." Chilla menidurkan kepalanya diatas meja kantin. Tubuhnya sangat lemas saat melihat soal Matematika yang amat mematikan itu.

"Gila, ya! Tadi gue panggil-panggil Rico mau nanya sesuatu, tapi Riconya mendadak tuli." Jadi ceritanya tadi Ayyara ingin menanyakan jawabannya kepada juara satu dikelasnya. Namun nihil, laki laki yang bernama Rico itu mendadak tuli.

"Kasihan banget pacar Geral." Geral mengelus pucuk kepala Ayyara mencoba memberikan semangat. Andai saja Geral dan Ayyara satu kelas, mungkin saja ia sudah membantu gadisnya itu. Tapi kata banyak orang jika berpacaran degan teman sekelas akan membuat hubungan semakin banyak masalah dan banya persoalan tentang sakit hati. Apakah benar?

Lain dengan Deral, lelaki itu tengah duduk dipojok kantin sembari melakukan video call bersama ayang. Ia tertawa sendiri seperti tidak memiliki beban hidup. Bahkan suara tawanya membuat seisi kantin sedikit melirik kearahnya.

"Hati-hati. Itu kakinya jangan digituin." Perintah Deral sambil terus memperhatikan Xe lewat dari layar handphonenya.

"Tadi hape gue jatuh, pas gue mau ambil, gue gak bisa. Perut gue udah besar." Xe cemberut, ia mengusap perut besarnya dan memperlihatkan kepada Deral bahwa saat ia mengusap sudah ada tendangan disana.

"Gemes banget sih, jadi pengen cepet pulang terus sapa dede bayinya." Mata Deral tentu saja berbinar melihat perubahan baik yang terjadi pada anak nya.

"Makanya kalau udah pulang sekolah langsung kerumah. Jangan keluyuran lagi!!"

"Iya mamah sayang." Lanjut dengan senyum Deral yang sangat menyebalkan.

"Deral!"

"Kenapa sih? 'Kan gak salah. Bentar lagi lahir juga lo bakalan jadi mamah loh"

Memang benar apa yang dikatakan Deral, tapi Xe masih belum terbiasa. Masih merasa aneh dengan panggilan Mama. Bayangkan saja ia yang masih manja dengan sang ibu tiba-tiba dipanggil Mamah. Sangat asing baginya.

"Gak mau dipanggil Mama." Wajah Xe terlihat tidak suka.

"Terus mau dipanggil apa??" Tanya Deral penasaran.

"Mau dipanggil Bunda, aja. Lebih trend dan gak tua-tua amat gue."

"Oh Bunda, ya? Asiappp Bunda cantik." Kata Deral menggoda. "Lebih asik dipanggil Mama muda gak sih, Yang?" Lanjutnya cengengesan sendiri.

"POKOKNYA GUE MALES NGOMONG SAMA LO!"

TUT

Sambungan telepon putus, itu membuat Deral semakin tertawa melihat tingkah laku istrinya itu. Ada-ada saja tapi itu membuatnya semakin jatuh hati dengan sikap lucu Xe.

"WOI!! SINI GABUNG NGAPAIN KETAWA-KETAWA GAK JELAS, LO! TAKUTNYA PENGHUNI NI KANTIN SINGGAH DI LO.' KAN GAK LUCU, RAL!"

Deral mendengus, baru saja ia bahagia tapi sudah hancur akibat teriakan Turbo. Dengan malas, ia berjalan mendekat dan ikut bergabung dengan mereka.

Titik MulaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang