49. Hari Terakhir

3.5K 343 15
                                    

Saat ini Deral dan anggota inti baru dari angkatan baru tengah berkumpul untuk sekedar berbincang ringan. Deral terlihat sangat akrab dengan mereka, ya walaupun masih baru bertemu beberapa jam yang lalu. Entahlah darimana Ken memungut keempat manusia tampan itu. Anggota yang lain tidak masalah jika Ken sendiri yang memilih. Padahal Ken sudah sangat tidak enak hati, tetapi karena mereka mengiyakan saja yasudah, pikirnya.

"Eh, bendahara diem mulu, lo. Ngomong dong!" Deral merangkul bahu Qillio gemas, lelaki berkulit putih itu sedari tadi hanya diam menyimak membuat Deral geram sendiri.

"Gak usah heran bang, Lio memang gitu." Sahut sang ketua yakni Raffaza dengan tawa kecilnya.

Biasanya jika jadi pemimpin maka akan memiliki sifat yang dingin dan sulit terbuka, maka lain dengan Raffaza. Lelaki tinggi nan kekar itu memiliki sifat yang ramah dan humor yang rendah. Namun walau begitu, Raffaza memiliki sifat yang dewasa dan mudah memaafkan.

"Sebelas dua belas sama si Boss," Cibir Deral, sedangkan Qillio sendiri hanya berdecak singkat.

"Makan mulu lo Cina!" Raffaza memukul singkat kepala Kihgofe, lelaki blasteran Cina itu. Jangan heran, Kihgofe memang pecinta indomie kuah. Jadi siapa yang ingin menjadi istri dari Kihgofe, maka harus menyiapkan indomie beberapa kardus dirumah.

"Apaan, gue lagi makan. Jangan ganggu!"

"Gue boss, lo sekarang! Jangan macem-macem."

Kihgofe memutar bola matanya malas, "Iye-iye."

Raffaza tersenyum manis sambil mengusap rambut Kihgofe, "Anjing penurut."

"Bapakmu!!" maki Kihgofe sembari melempar sendok garpunya tepat mengenai kepala Raffaza. Tingkah mereka berdua disaksikan oleh anggota KR lainnya, itu membuat mereka langsung tertawa disambut decakan malas dari Qillio.

♡IPR♡

"YANG!!! GUE PULANG NIH!" Deral berjalan menaiki tangga mansion. Sudah menjadi kebiasaannya jika pulang akan berteriak memanggil sang istri. Kata Deral sih, efek kangen yang berlebihan.

Deral membuka pintu kamarnya dan menlisik jika sang istri sedang tertidur lelap dikasur. Ia menepuk jidatnya pelan, mengapa dia berteriak keras tadi? Inikan sudah pukul setengah satu malam. Ya, Deral pulang sangat larut lantaran lupa waktu saat sudah bercengkerama bersama teman-temannya.

"Untung gak kebangun, kalau Xe sampai bangun, mampus gue!" 

Sebelum menaiki kasur, Deral mandi dan berganti pakaian. Kalian taulah, Xe sedang hamil. Maka kesehatan wanita itu harus menjadi yang pertama, karena Deral tau Xe sangat sensitif saat ini. Bahkan parfume yang baru dibeli kemarin pun harus dibuangnya lantaran wanita itu tidak menyukai wangi parfumenya.

Suara gemericik air terdengar kala Deral mulai membasuh tubuhnya, lelaki itu tidak merasakan dingin sekalipun, malah Deral merasakan panas ditubuhnya, dan ingin terus dibasuh dengan air dingin.

Deral mengusap rambutnya yang basah. Kali ini ia sudah selesai mandi dan siap untuk terjun kekasur bersama sang istri tercinta.

Dengan gerak yang sangat pelan, Deral menaiki kasur. Ia ikut masuk kedalam selimut yang dipakai Xe. Wanita itu tampak terusik akan kehadirannya. Xe membuka matanya perlahan, ia mengerjap saat melihat sesosok manusia disampingnya.

"Udah pulang?" tanya Xe dengan suara khas orang baru bangun tidur.

"Udah. Maaf udah ganggu tidurnya, tidur lagi."

Xe menggeleng pelan, "Gaak ngantuk. Pengen main hape aja." Baru saja Xe ingin meraih handphonenya dinakas, segera tangan besar menahan tangannya.

"Gak baik main hape malem-malem begini, mending lanjut tidur aja."

"Udah gak ngantuk, Ral."

"Tidur, Xe..."

Xe berdecak, ia berbalik memunggungi Deral dan kembali menutup matanya. Deral yang melihat tingkah Xe dibuat gemas, ia segera memeluk wanita itu dari belakang. "Selamat malam sayang, tidur yang nyeyak."

Xe yang mendengar itu mencoba menahan bibirnya yang berkedut untuk tersenyum, tenggorokannya terasa gatal dan perutnya terasa disi oleh banyak kupu-kupu yang bertebangan.

Baru saja Xe baper, tapi sebuah pukulan ringan mendarat dikepalanya. Dan kata-kata selanjutnya membuat darah Xe mendidih.

"Gak usah baper!"

Xe memejamkan matanya lelah, memang lebih baik Deral tidak usah pulang saja. "Terserah."

Deral tertawa, ia semakin mengeratkan pelukannya sembari mendusel dipunggung Xe. "Yhaahahahaa, baper ya?"

Xe mendengus, "Apaansih, gaje!"

♡IPR♡

Tidak terasa bahwa hari ini adalah hari kesenangan bagi kelas dua belas dikarenakan hari ini adalah hari terakhir kali mereka melihat soal-soal yang sangat rumit dan mampu membuat otak  mereka berpikir keras, mencoba mencari jawaban yang benar. Ya! Hari ini adalah hari terakhir ujian sekolah.

Tentunya wajah murid kelas dua belas sangat bersinar lantaran rasa senang dihati. Banyak juga dari mereka yang sudah membahas kemana mereka akan pergi untuk merayakan hari kelulusan mereka.

Deral berjalan bersama dengan Turbo, Geral dan juga sang ketua yaitu Ken. Mereka berjalan layaknya seorang artis, sangat banyak pasang mata yang menatap kearah mereka. Banyak juga yang berjerit karena tidak tahan melihat ketampanan keempat lelaki itu. Jangan tanyakan Zayen ada dimana. Dari empat bulan kemarin, lelaki itu pindah keluar negeri. Entah apa alasannya, mereka juga tidak tau.

Memang Zayen sangat tertutup, bahkan dengan mereka juga. Pria dengan sejuta misteri dan rahasianya.

Keempat lelaki itu duduk ditaman belakang sekolah, menunggu jam les pertama berbunyi.

"Gimana hubungan lo sama Ayyara?" Sebenarnya Turbo sudah tau jikalau Geral dan Ayyara sudah baik-baik saja, namun ia ingin tau lebih dalam lagi.

"Udah. Udah baik-baik aja, udah kayak dulu lagi"

Turbo mengangguk mengerti, "Heran deh sama Ayyara. Dia baik banget, mau nerima jelmaan setan kayak lo." Cibir Turbo yang mendapat tatapn tajam dari Geral.

Titik MulaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang