18. Diusir

6.5K 649 38
                                    

Tok

Tok

Tok

Suara ketukan pintu itu sangat keras, seolah ingin menagih utang yang sudah lama sekali menunggak.

Xe merenggut kesal, makan malamnya jadi terganggu. Padahal bel dipintu apartement punya Deral masih berlaku.

Dengan perasaan kesal, Xe membukakan pintu itu. Setelah pintu terbuka, terpampang lah dua sosok paruh baya berdiri didepannya. Entah perasaan atau apa, Xe merasakan hawa yang tidak enak.

"Siapa kamu?" Tanya Pria paruh baya itu dengan ketus. Matanya menelisik penampilan Xe dari atas sampai bawah.

"Ck! Mau sekali kamu jadi mainan oleh anak ingusan seperti Deral. Dibayar berapa?"

Kening Xe mengerut bingung, "Ha? Maksud Om apa, ya?"

"Apa kamu pelacur? Atau jalangnya Deral?"

Plak

Xe sudah sadar, ternyata pria didepannya ini menganggap dirinya seorang wanita yang tidak benar. Dengan refleks tangannya pun ikut melayang menampar pria bermulut lemas di depannya.

"Jaga omongan itu perlu!" Ketus Xe.

Nika yang sedari tadi diam pun ikut angkat suara, ia tidak ingin suaminya direndahkan oleh anak remaja seperti Xe.

"Kurang ajar kamu!"

"Ya! Gue memang kurang ajar? Trus, mau tante apa? Mau teriak? Mau Nampar gue?"

Plak

Benar adanya, Nika menampar pipi kiri Xe dengan sekuat tenaga sehingga wajah Xe tertoleh kesamping. Tidak hanya itu, wanita paruh baya itu juga mendorong bahu Xe hingga tersungkur dilantai dingin.

Bruk

"Xe!" Jerit Deral panik. Ia berlari menghampiri Xe dan membantu wanita itu untuk berdiri.

"Lo gapapa?"

"Enggak."

"Kalian cocok, sama-sama anak yang tidak benar kelakuannya."

Deral beralih menatap kedua orang tuanya yang masih berdiri diambang pintu. "Lagian, ngapain Papa datang kesini? Ini tempat orang yang gak bener. Orang suci kaya Papa gak mungkin mau datang kan kesini??"

Ronni berdecih, "Saya juga gak sudi menginjakkan kaki disini. Yang saya butuh kan anak saya, dimana Geral?"

Deral menukikkan alisnya bingung, kemana Geral? Kenapa orang tuanya sampai mencari lelaki itu?

"Geral nggak ada disini."

"Dimana Geral?!"

"Gue nggak tau!"

"Kuran--"

"Kurang ajar, gak tau diri, pembawa sial, trus apa lagi?" Deral sudah sangat sangat hapal akan hinaan dari kedua orang tuanya.

"Saya sangat menyesal--"

"Gue juga gak mau dilahirin sama Mama!" Lagi dan lagi Deral memotong perkataan Nika.

Plak

Plak

Nika menampar pipi kiri dan pipi kanan Deral kuat, tetapi Deral sama sekali tidak mengeluarkan ekspresi. Dia tetap diam dengan mata lurus kedepan menatap Nika dengan tatapan kecewa.

"Sekarang kamu sudah berani melawan saya dan sudah bisa bermain jalang, saya beruntung mengusir kamu dari rumah."

"Xe bukan jalang."

Titik MulaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang