Xe menggeliat, mata indahnya perlahan terbuka. Mengedarkan pandangan untuk menyapu seluruh sudut ruangan, sepertinya ini bukan kamarnya. Ah, Xe lupa. Ini 'kan Apartemen milik Deral.
Tapi, kemana lelaki jangkung itu?
"Ral?"
Tidak ada jawaban, hanya hening yang menyelimuti kamar bernuansa hitam putih itu.
"Ral!" Xe mencoba untuk memanggil untuk yang kedua kalinya. Namun nihil, hasilnya tetap sama.
"Dia kemana, sih! Malah kamarnya angker banget lagi."
Xe merubah posisinya menjadi duduk, ia mengelus kedua lengannya. Rasanya bulu kuduknya tiba-tiba saja berdiri ketika cuplikan film horor hinggap di otaknya.
"Aduh! Kenapa lo harus hinggap sih di otak gue!"
"Pergi! Pergi!" Xe memukul kepalanya sendiri.
"G-gue takut." Cicitnya pelan. Tangannya meraih handphone ungu yang ada di atas nakas, kemudian membuka salah satu kontak dan menekan gambar telepon untuk menghubungi lelaki itu.
Tut... tut...
"Nggak aktif."
"Ihh... hantu! Pergi gak lo dari otak, gue!!"
Dari pada pusing, Xe lebih baik membaringkan tubuhnya yang bergetar ketakutan karena bayangan film horor memenuhi memori otaknya.
Xe memegang erat selimut yang menutupi seluruh badannya, keringat dingin mulai mengalir didahi. Demi apapun, Xe merutuki otaknya yang tidak dapat diajak bekerja sama.
"Ral... lo dimana sih, gue takut."
"Gue baca doa aja, biar hantunya jangan gangguin gue lagi."
"Ya Tuhan... tolongin, Xe. Xe takut, hantunya datang terus di pikiran, Xe. Xe mohon, jauhkan lah dia. Xe tau kok, kalau Xe cantik. Tapi, hantunya jangan sampai naksir sama, Xe. Karena Axelyn udah dapet cowok, Xe tau ya, Tuhan. Kan Xe cantik, manis, ramah, rajin menabung, ya walaupun Xe sedikit goblok sama lemot. Tapi, Xe cakep. Kan gud luking nomor satu. Tuhan... Xe--"
"AAAAA!!! AMPUN! IYA, XE CANTIK. TAPI GAK MAU SAMA HANTU, HUAAA!" Xe menjerit nyaring ketika merasakan kepalanya di pegang seseorang.
Srak
Deral membuka selimut dengan kasar, ia mendengus kesal karena dirinya juga ikut terkejut akan teriakan wanita itu.
"Woi!"
"Gak mau! Xe nggak jomblo lagi! Pergi gak lo!"
"Woi sadar!! Gue Deral!"
Dengan rasa takut yang sungguh luar biasa, Xe membuka matanya untuk memastikan. Nafasnya seketika sedikit membaik ketika melihat Deral berdiri tepat disamping kasur.
"Gue takut, hiks. Lo dari mana aja?"
"Lo kenapa?" Bukannya menjawab, Deral malah bertanya.
"Hiks.."
Deral menghembuskan nafasnya pasrah, ia merangkak ikut menaiki kasur. "Gue disini."
Xe semakin menguatkan tangisnya.
"Gue habis pulang kerja, gue capek. Mau tidur."
Wanita itu melirik sekilas dengan dengusannya, bukannya membujuk malah ditinggal tidur.
"Ral, gue ngantuk. Tapi laper juga,"
"Di dapur kan masih ada nasgor, itu aja makan." Nasgor adalah singkatan dari nasi goreng.
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Mula
Teen FictionPositif. Ah, tidak. Lelaki humor penyimpan sejuta luka itu sebentar lagi akan menjadi seorang ayah. Dimana, malam itu adalah malam tersial untuk kedua insan itu. Penasaran dengan kisahnya? Maka, marilah kita ikuti alurnya dan juga ambil pelajaran d...