"Selamat datang Tuan..."
Sepanjang perjalanan memasuki Mansion, berdiri banyak pelayan berseragam menyambut mereka. Xe saja sampai capek untuk menghitung berapa pelayan itu.
"Apa Kakek yang akan mengantarkan kalian kekamar?" Tanya Bitama.
"Enggak!" Ketus Deral. Sepertinya lelaki itu masih kesal dengan sang kakek.
"Yasudahlah, tubuhku juga sangat lelah."
"Rav!" Panggil Bitama pada seorang pria bersetelan. Rava yang merasa namanya dipanggil segera berlari menghampiri Bitama.
"Iya Tuan?"
"Tolong antarkan cucuku kekamar nya, jangan sampai lecet. Jika ada yang terluka sedikitpun, kupastikan keluargamu akan hidup dipinggir jalan."
"Baik Tuan."
"Mari Tuan..."
Rava menuntun Deral dan Xe untuk menuju kamar barunya. Pasutri itu terus bergandengan tangan. Maklum, pengantin baru.
"Silahkan Tuan, saya permisi dulu."
"Oke."
Deral memasuki kamar baru mereka, sekejap matanya terbuka lebar melihat kamarnya yang begitu megah dan besar. Bahkan jika diperkirakan kamar itu setengah dari apartemen nya.
"Gila...keknya satu kelas boleh tidur disini."
"Huh! Dasar kakek gila!"
"Harusnya lo bersyukur punya kakek yang kaya tujuh turunan."
Deral mencebikkan bibirnya, "Matre."
"Biarin, selagi ada kok. Jadi dinikmatin."
Xe menghempaskan tubuhnya kekasur yang begitu empuk itu, ia menatap langit-langit kamar yang dihiasi lampu antik. Xe sendiri sangat yakin bahwa lampu itu sangat mahal.
Deral ikut berbaring dengan menghadap Xe, ia menatap wajah wanita itu penuh. "Makin berisi aja nih pipi." Tidak lupa Deral mencubit pipi istrinya itu dengan gemas.
"Ish, sakit tau!"
Deral menyengir.
"Em... elusin perut gue, boleh?" Pinta Xe sambil membalas tatapan Deral.
"Tumben minta, biasanya gengsi."
"Lo mau apa enggak? Kalau nggak mau yaudah." Wajah Xe berubah murung.
"Baperan." Deral memeluk Xe dan menyembunyikan kepalanya diceruk leher istrinya itu, ia menghirup dalam-dalam aroma yang sudah menjadi favoritnya. Tangan besarnya turun kebawah untuk mengelus perut yang sudah sedikit membuncit itu.
"Tidur!" Suruh Deral.
Xe menggeleng pelan, "Gak bisa tidur, pengen makan bakso."
"Tadi udah makan, sekarang makan bakso lagi?" Oh jangan bilang anaknya doyan bakso. Masalahnya tadi Xe suda memakan bakso, mulai dari pagi, siang, dan sekarang wanita itu meminta makanan itu lagi?
"Tidur!"
Xe mengerucutkan bibirnya kesal, ia langsung membelakangi Deral.
"Idih ngambek, entar gue makan teriak-teriak lo."
"Panas banget sih," Xe duduk. Ia membuka cardigan ungu yang dipakainya. Kemudian lanjut membuka kaos dan hanya meninggalkan tangtop Hitam.
Deral melotot, bahkan makanya hampir saja mau keluar. Ia meneguk salivanya berkali-kali.
"Pakai baju!" Deral melemparkan baju Xe yang sempat wanita itu buka tadi.
"Panas, lo aja sana." Xe kembali berbaring. Kali ini dengan posisi telentang. Wanita itu mencoba untuk menutup matanya berharap supaya cepat pergi kealam mimpi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Mula
Teen FictionPositif. Ah, tidak. Lelaki humor penyimpan sejuta luka itu sebentar lagi akan menjadi seorang ayah. Dimana, malam itu adalah malam tersial untuk kedua insan itu. Penasaran dengan kisahnya? Maka, marilah kita ikuti alurnya dan juga ambil pelajaran d...