09. Sadar

7.6K 717 40
                                    



Dokter itu menghela nafas pelan. "Belum ada perubahan sama sekali."

"Hiks, Deral!" Xe menggeleng keras, air matanya terus berjatuhan.

"Pegangin Xe dulu, Gue mau ngomong sama dokternya."

Ayyara mengangguk patuh, kemudian mengambil alih Xe kedalam pelukannya. "Sabar Xe, gue yakin Deral pasti bakal sembuh."

"Ra... Deral pasti sembuh kan?" Xe mendongak dengan mata sembam nya.

Ayyara mengangguk, "Itu pasti! Deral 'kan cowok kuat. Masa gitu aja ga sanggup."

"T-tapi gue mau sama Deral,"

"Yaudah, kita masuk."

Ayyara segera mengiring Xe memasuki ruangan Deral.

"Deral!!"

"Astaga! Xe! Jangan ribut!"

"Eh?! Jangan peluk! Itu nanti selangnya lepas." Ayyara segera berlari menghampiri Xe yang tengah memeluk Deral dengan menangis tersedu-sedu.

"Lepas! Gue mau sama dia!"

"Oke-oke, lo boleh peluk dia, tapi jangan kenceng-kenceng. Nanti selangnya lepas." Ayyara memperingati.

Xe mengangguk seperti anak kecil, kemudian kembali memeluk Deral. Namun kali ini, wanita itu memeluknya lebih berhati-hati.

Ayyara yang mengerti situasipun langsung pergi keluar dari ruangan itu. Ia tau jika Xe perlu memiliki ruang waktu untuk mengungkapkan seluruh isi hatinya kepada Deral yang masih belum sadarkan diri.

"Ral, mau seblak."

"Kemarin lo bilang, apapun yang gue pengen, lo bakal penuhin." Xe mengerucutkan bibirnya kesal.

"Ish, kok gue jadi manja gini, sih?! Pake acara nangis lagi,"

"Gue malu, ih. Gimana kalau Lo tau gue nangis kejer cuman gara-gara nangisin lo?"

"Iuwww!! Gue udah bisa bayangin ketawa lo yang bisa buat gue darah tinggi." Xe menggerutu sendiri. Ia merinding, dalam otaknya dipenuhi dengan suara tawa Deral yang sangat menyebalkan.

"Jauh-jauh sana!"

Plak

Xe menampar pipi Deral lumayan kuat, "Astaga! Tapi gue juga kangen sama lo." Wanita itu beralih mengelus pipi Deral pelan.

"Ck 'kan! Gue kambuh lagi nih. Gue bingung, anak lo kenapa sih?! Kenapa suka banget buat gue uring-uringan kalau nggak liat lo?"

"Pasti lo buatnya penuh dengan perasaan cinta kan? Eakkk!" Xe tergelak. Ia tertawa terbahak-bahak.

"Ish, garing! Gak usah ketawa, Xe! Orang Deral perkosa Lo juga!" Xe memperingati dirinya sendiri. Persis sekali seperti orang gila yang menangis dan tertawa sendiri.

Xe terdiam sesaat, ia meletakkan kepalanya disisi brankar dekat dengan lengan Deral. "Ngantuk." Kemudian wanita itu memejamkan matanya, dan tak lama  pun kesadarannya mulai hilang.

Chilla dan Ayyara geleng-geleng kepala melihat tingkah Axelyn. "Ternyata bukan kaya orang gila lagi, tapi--"

"Beneran gila!"

***

"Ral? Lo nggak kangen sama, gue?"

Deral mengernyitkan keningnya bingung, "Lo siapa?"

Deg

Pertanyaan itu berhasil membuat hati Xe mencelos. Rasanya sangat sakit, seperti ada bongkahan batu besar yang menimpa hatinya.

Titik MulaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang