"Apes dah hidup gue" Deral memijit keningnya pusing, sungguh teramat pusing saat melihat tingkah laku istrinya itu.
"Jahat banget lo gak bilang-bilang kalau lagi makan, gue slebew mau?!"
"Ck! Diam, duduk, pesen! Jangan banyak bacot, pusing gue."
"Pising gue!" Cibir Xe kemudian duduk dengan kasar. Ia mengambil buku menu dan memanggil seorang pelayan.
"Ehm, mbak aku mau pesen fried chicken nya 2, terus ini bakso lavanya 1, udang goreng 3, nasi goreng 1, salad 2, Soup sapi nih 1. Steaknya 1 juga."
Pelayan itu dengan cekatan menuliskan pesanan Xe, "Minumannya, kak?"
"Es teh manis 1."
"Hanya itu saja, kak?"
Xe mengangguk setelah dirasa tidak ada yang kurang.
"Baiklah, pesanannya segera datang. Permisi"
"Mau mukbang apa simulasi orang gak makan setahun." Sinis Deral tanpa menatap wanita itu.
"Suka-suka gue, kalau lo mau ya beli! Suka banget ngurusin urusan orang." Jawab Xe tak kalah Sinis.
"Bukan apa-apa, ya. Tapi Kakek udah pesen koki terbaik dirumah biar bisa jaga menu makanan lo. Karena lo itu lagi ngandung, ini malah makan sembarangan." Memang benar adanya, Kakeknya sudah mempekerjakan seorang Koki handal yang berasal dari Swiss.
"Sekali setahun juga."
"Semalam juga lo makan dikantin dekat sekolah, ya!"
"Y-ya udah lah, ah! Kan gue terus minum vitamin."
Deral merotasikan bola matanya malas, "Terserah, asal anak gue jangan kenapa-kenapa."
"Hm" Xe berdehem.
"Paham gak?"
"Iya!" Ketus wanita itu.
Deral begitu bukan karena ia tidak sayang kepada Xe, malah sebaliknya, ia sangat menyayangi gadis itu. Lebih dari apapun, mungkin kalian berpikir bahwa Deral tidak menyayangi Xe dari sikapnya. Tapi menurut Deral, untuk apa manis diawal jika berakhir perpisahan. Lebih baik jalanin saja seperti biasa tapi awet sampai mati.
"Pesanan datang."
Mata Xe berbinar kala melihat banyaknya menu makanan sudah tersaji didepannya. Ia menjilat bibirnya yang terasa kering. Rasa laparnya semakin menjadi-jadi melihat makanan itu semua.
"Selamat menikmati."
"Makasih!"
Setelah para pelayan itu pergi, Xe segera melahap makanannya setelah berdoa sebentar. Ia bahkan tidak menggunakan sendok, padahal ia sekarang berada diarea restorant bernama yang banyak dikunjungi orang berstatus atas.
Namanya juga Axelyn, tidak heran dengan wanita tidak malu itu.
"Dimana-mana orang makan steak itu pakai garpu sama pisau, ini lo makannya pake tangan. Ish kotor Xe!"
"Ini mulutnya blepotan banget sih! Gak tau makan ya lo."
"Diewm" dengan mulut yang penuh, Xe menatap Deral garang.
"Nyenye, cepetan makan. Kita pulang!"
"Bwaru juga mwakanwan nya sampai!"
"Makan dulu, jangan ngomong."
Xe tidak menjawab, ia lanjut melahap makanan yang menurutnya sangat lezat itu. Maaf ya, makanan itu lebih menggoda daripada lelaki didepannya.
Steak dan bakso lava yang dipesan wanita itu sudah ludes habis, bibir Xe bahkan sudah memerah akibat cabai yang menguar ganas dari bakso lavanya. Tapi entah kenapa itu bahkan sangat lezat menurutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Mula
Teen FictionPositif. Ah, tidak. Lelaki humor penyimpan sejuta luka itu sebentar lagi akan menjadi seorang ayah. Dimana, malam itu adalah malam tersial untuk kedua insan itu. Penasaran dengan kisahnya? Maka, marilah kita ikuti alurnya dan juga ambil pelajaran d...