Setelah cukup lama menjenguk Xe, Ken dan yang lain memutuskan untuk pulang."Cabut ya, broo.."
"Yee. Kenapa gak dari tadi aja?" Jawab Deral malas.
"Sialan!" Umpat Turbo dengan kekehannya.
"Udah sono!" Usir Deral. Ketiga lelaki tampan itu langsung keluar dari ruang inap Xe dengan memakai jaket yang sama. Namun setelah mereka menghilang dari pintu, Turbo kembali muncul dengan wajah tengilnya.
"Jangan lupa buat adek untuk si baby, hahaha"
"Astaga!" Deral mengelus dada nya dengan helaan nafas.
"Tapi, kira-kira Xe mau gak, ya?" Gumam Deral pelan.
Oeekk...
Oeekk
Suara anaknya membuat lamunan Deral buyar, ia berjalan menuju box tempat bayinya kemudian mengangkat anaknya itu dengan hati-hati.
"Cup...cup.. anak Papa kenapa, hm? Sss... mamanya lagi bobo, sayang."
Wajah anaknya semakin memerah karena menangis, itu membuat Deral semakin khawatir. Dengan berat hati, ia harus membangunkan Xe yang tengah beristirahat.
"Yang, hei..bangun dulu yuk!" Sebelah tangan Deral menggendong anaknya, dan sebelah lagi ia pergunakan untuk mengelus pipi Xe agar bangun.
Xe membuka matanya yang msih terasa berat, ia menatap Deral dengan sayu. "Ngantuk.." lirihnya sangat pelan.
"Bentar dulu ya, kayaknya anak kita lagi haus deh. Kamu kasih dulu, gih."
Xe segera bergeser untuk memberikan ruang kepada anaknya, ia mulai menyampingkan tubuhnya. Saat tangannya ingin membuka kancing bajunya, Deral segera mencegah dengan memegang tangan wanita itu.
"Biar gue, tangannya gak boleh banyak gerak. Nanti infusnya lepas."
Xe mengangguk pasrah, dan membiarkan tangan Deral membuka kancing bajunya. Lelaki itu menelan salivanya kala melihat objek itu terpampang jelas didepan wajahnya.
"Awas!" Xe memukul tangan Deral, kemudian memberikan anaknya ASI. Mata Deral melotot melihat anaknya yang meminum ASI istrinya dengan lahap, pikirannya langsung tertuju kepada yang iya-iya. Eh?
"Matanya ngenes banget." Cibir Xe sambil mengusap punggung anaknya sayang.
"K-kok makin besar, Yang?"
"Heh! Mulutnya."
Deral menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, matanya terus menatap mulut anaknya yang sedang asik mengedot.
"Rasanya gimana, Xe?" Tanya Deral penasaran, ia mendaratkan bokongnya pada kursi dekat brankar Xe.
"Geli." Jawab Xe seadanya.
Deral mengangguk mengerti, "Kata Dokter, kamu bakalan mudah laper."
Xe mengangguk mengiyakan, buktinya sekarang ia sudah sedikit lapar. Tapi rasa laparnya langsung lenyap ketika melihat wajah anaknya yang sangat cantik. Bibirnya yang mungil, hidung yang mancung, mata yang bulat serta dengan alis yang terukir indah. Namun, senyumnya langsung memudar ketika menyadari sesuatu.
"Kenapa anak gue lebih mirip sama, lo?! Gue gak terima!"
"Lah?? Kan gue bapaknya Xe."
"Ga mau! Harusnya Baby mirip nya harus sama gue. Biar jangan dakjal kayak bapaknya."
Deral tersenyum miring, "Cebong gue memang unggul. Ckck, putri cantiknya papa." Deral mengecup pipi anaknya, sehingga tak langsung wajahnya mengenai, errr--
"Anjir, empuk."
Tuk
Xe memukul kepala Deral yang masih betah mengecup pipi anaknya. Bukan apa-apa, namun anaknya merasa terganggu oleh Deral.
"Kasihan anaknya, jangan digituin." Peringat Xe garang.
"Lo mah!"
"Apa?!"
Deral tersenyum konyol, kemudian menggeleng.
"Eh! Gue mau nanya."
"Apa?"
Xe menghela nafasnya dengan kasar, kemudian berkata dengan ragu. "Papa sama mama dateng?"
Deral yang melihat harapan dimata istrinya langsung mengusap rambut wanita itu pelan. "Walaupun mereka gak datang, setidaknya lo udah berhasil lahirin putri secantik anak kita."
Sudah Xe duga, ia menghela nafasnya pelan kemudian mengangguk mengiyakan perkataan Deral. Ia beruntung. Sangat beruntung. Tuhan masih sayang dengannya, karena Tuhan masih mengizinkannya membuka mata untuk melihat pertumbuhan anaknya nanti. Tuhan masih mengizinkan untuk merawat anaknya dan suaminya.
Padahal, dirinya sudah sangat tidak yakin akan hidup setelah bersalin. Namun, Tuhan sungguh baik masih mau memberikan dirinya kesempatan untuk menjadi seorang Ibu.
Kehormatan dan penghargaan seorang wanita itu bisa menjadi seorang wanita yang sesungguhnya dengan melahirkan seorang anak. Sekarang, Xe sudah menjadi wanita yang sesungguhnya. Xe sangat bersyukur atas anugrah Tuhan.
"Lo mau kasih nama anak kita?"
Xe mengangguk, "Tapi gue kasih nama tengah aja. Kalau nama belakang, lo yang buat."
"Boleh."
Deral menarik nafasnya dalam kemudian, "Jesslyn. Nama itu bagus buat anak kita yang cantik."
Xe tersenyum mendengar nama itu, "Vania. Gue kasih nama itu karena Vania adalah Hadiah dari Tuhan. Karena menurut gue, Baby ini adalah hadiah terindah dalam hidup gue."
"Jadi..?"
"Jesslyn Vania Pra Hasequil."
___________________________
Xe memakan buburnya dengan hikmat, ia menatap Deral yang sedang bermain game disampingnya.
"Lo gak makan?" Tanya Xe menatap wajah sang suaminya itu. Kini, Deral dan Xe sedang duduk diatas brankar dengan bersandar pada dinding. Jesslyn sudah tidur, dan itu membuat Xe dan Deral sedikit lega."Aaa.." Deral membuka mulutnya tanpa menoleh, dikarenakan sedang fokus pada game yang ada di handphone miliknya.
Xe dengan telaten menyuapkan Deral bubur ayam miliknya. Segaja Xe tidak memakan bubur rumah sakit, karena menurutnya itu sangat tidak enak. Dari segala bubur, hanya bubur ayam yang masih terasa nikmat.
Defeat
"Anjing!" Umpat Deral. Ia menyumpah serapahi team nya yang sangat lelet.
"Kalau kayak gini, gue bisa buat group. Aku dan keempat beban." Monolognya sambil memukul hp nya pelan.
"Bukannya Geral jago mainnya ya?" Tanya Xe sambil menyuapkan sesendok bubur lagi ke mulut Deral.
"Beban."
______________
Tq...
Aku balik nugs dlu, byee😆
Rifka
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Mula
Teen FictionPositif. Ah, tidak. Lelaki humor penyimpan sejuta luka itu sebentar lagi akan menjadi seorang ayah. Dimana, malam itu adalah malam tersial untuk kedua insan itu. Penasaran dengan kisahnya? Maka, marilah kita ikuti alurnya dan juga ambil pelajaran d...