52. Berhasil

3.8K 367 31
                                    


"Lama banget pulang nya.." Xe cemberut, ia menatap sebal Deral yang sedang berjalan kearahnya.

Deral tersenyum mengejek, "Lo kangen, ya??" Tanyanya dengan wajah mengejek.

"Gak!! Gak sudi!" Xe berdecih kemudian memalingkan wajahnya menatap air kolam.

Deral duduk disamping Xe sambil merangkul wanita itu, dan Xe juga ikut menyenderkan kepalanya pada bahu Deral.

Mereka terdiam, sama-sama menatap air kolam yang tenang. Sama-sama  bergelut dengan pikirannya masing-masing.

"Gue kangen sama Mama.." lirih Xe.

Deral mengelus bahu wanita itu pelan, "Besok kita temuin, mau?" Xe menggeleng lesu.

"Gak mau, nanti gue di hina lagi."

Deral menghela nafas pelan, "Tunggu hati kamu siap, baru kita kesana."

"Heem.."

Tunggu! Kenapa perutnya terasa mulas?

Xe melepaskan rangkulan Deral, kemudian menatap lelaki itu intens. "Ral...p-perut gue sakit." Rintihnya sambil meremas baju lelaki itu.

"Ha? Anak gue mau brojol?"

Deral ikutan panik, ia segera menggenggam tangan Xe kuat. "Masih bisa berdiri?"

Xe menggeleng keras, "enggak, hiks.. sakit, a-ayoo bego!! Jangan ikutan panik! Hiks"

"Xe tenang, ini mungkin bukan hari lahirnya anak gue."

Xe semakin meremas kuat kaos hitam yang Deral kenakan. "Ini waktunya," Xe menangis lantaran tak kuat menahan sakitnya. Matanya terpejam erat dengan bibir yang digigit kuat.

"G-guee takutt.."

Deral menatap intens wajah kesakitan Xe, tiba tiba saja hatinya merasa sakit dan bersalah melihat peluh yang ada diwajah istrinya. Ia menggeleng pelan, tidak saatnya merasa bersalah. Yang penting sekarang ia harus membawa Xe ke rumah sakit.

Tangannya membopong Xe dan sedikit berlari kebawah menuju garasi.

"Pak Tomo! Tolong siapkan mobil, segera!!"

Pak Tomo yang sedang asik meminum kopinya langsung kaget melihat Deral memggendong Xe terburu-buru.

"I-iya, Tuan.." Tomo ikut berlari dan segera menyiapkan mobil. Deral masuk dan membaringkan Xe disampingnya. Tangannya mengusap kepala Xe pelan, sesekali menghapus air mata wanita itu.

"Apa yang sakit??"

"P-perut gue sakit banget,"

Mendengar itu Deral segera mengusap perut Xe pelan. "Harus kuat, ya?"

"Gak yakin.." lirih Xe sambil menatap wajah tampan Deral dari bawah.

"Ga boleh gitu, lo harus kuat. Demi gue sama anak kita, setelah lo lahiran gue bakal buat pesta pernikahan kita lagi yang lebih mewah. Sambil ngerayain kelahiran anak kita." Deral mengecup kening Xe penuh dengan hikmat.

"M-mama.."

"Sabar sayang, kita udah nyampe." Deral menatap keluar. Tadi dia sudah menelepon dokter pribadinya untuk bersiap siap, nampak dari mobil ada beberapa perawat yang membawa brankar dorong.

Begitu Deral turun dari mobil, perawatan langsung sigap membawa brankar itu dan mendorong Xe masuk ke dalam ruang persalinan.

"Dok,, lakuin yang terbaik. Berapapun akan saya bayar."

"Iya Tuan. Kami akan lakukan sebaik mungkin, Tuan boleh masuk untuk menemani Nona untuk melakukan persalinan."

Deral mengangguk, tangannya tak pernah lepas dari genggaman Xe. Wajah wanita itu dipenuhi keringat dan bibirnya semakin memucat. Itu semua membuat Deral semakin khawatir dengan keadaan fisik Xe yang lemah.

Titik MulaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang