58. Bertemu kembali?

1.7K 183 4
                                    

Axelyn dan Deral memakan pesanan mereka dengan sangat nikmat. Walaupun, Deral sedikit kesusahan saat makan karena ada Jesslyn dipangkuannya, ia tetap bisa menikmati makanannya.

"Bagi daging nya dong sedikit," pinta Deral kala melihat steak yang Xe makan begitu lezat dengan minyak yang keluar dari daging sapi itu.

Xe memotong kecil steak miliknya kemudian menyodorkan didepan mulut Deral. Dengan senang hati, Deral membuka mulutnya dan melahap daging sapi yang sudah dipanggang itu. Ia memejamkan matanya merasakan sensasi manis dan gurih yang berasal dari daging tersebut.

"Hmm...enak!" Ujar Deral sambil sesekali mengangguk.

Xe meminum air mineral yang ada diatas meja, kemudian mengusap bibirnya dengan tisu. "Ngomong-ngomong tentang steak, gue punya cerita."

"Hm?"

"Dulu..waktu gue umur sebelasan kalau gak salah, gue bareng Chilla sama Mami Papi pergi makan di restauran yang ada di London. Karena memang Papi lagi kerja di London pada saat itu, dan sekalian Gue, Chilla sama Mami ikut sekalian Liburan."

Deral mendengar dengan seksama cerita istrinya.

"Nah, disitu Mami sama Papi pesen steak. Eh, Chilla juga kalau gak salah mesen steak juga. Gara gue gak tau mau mesen apa karena gue gak tau bahasa inggris waktu itu, jadi gue ikutan mesen kayak mereka, yaitu steak. Setelah mesen, gue sama Chilla bilang sama Mami Papi kalau kami berdua mau ke toilet. Setelah kita berdua jalan kebelakang, kita bukannya ke toilet tapi, ke dapur. Disitu, gue liat ada daging banyak kan yang udah dipanggang.  Karena memang gue udah laper banget, gue langsung masukin dagingnya ke tas kecil gue. Satu tangan gue buat masukin ke mulut. Koki yang liat itu terkejut lalu marahin gue pakai bahasa inggris dan gue gak ngerti dia bilang apa, gue cuman jawab yes yes doang. Dan akhirnya mereka nyuruh Mami sama Papi ganti rugi. Gue gak tau berapa yang dibayar Papi, tapi yang jelas itu mahal. Bayangin satu potong steak aja 150 ribuan,  itu gue masukin banyak ke tas gue."

Deral menggeleng merasa geli mendengar cerita Xe yang sedikit memalukan. Terlebih mereka lagi dinegara asing.

"Kok lo tolol bahasa inggris?"

"Kan itu dulu, sekarang gue udah pasif!"

"Harus! Masa udah mau kuliah belum tau bahasa inggris. Gimana nanti kalau gue ada rencana mau tinggal di Inggris kalau lo gak tau bahasa inggris."

"Bacot diperbanyak!" Dengus Xe.

"Lo gak percaya? Bahkan gue juga mau buat Jesslyn sekolah diluar aja."

Xe melotot, "Apaan! Gak! Gak! Gak mau gue. Jesslyn gak boleh sekolah diluar, cukup waktu kuliah aja dia keluar negeri."

"Kampungan banget sih pikiran lo, gapapa kali kalau Jesslyn keluar negeri mulai dari SMA."

"Tapi gue gak ngizinin Jesslyn pergi jauh jauh dari gue!! Awas lo!"

Deral mengangguk saja, kemudian melanjutkan makan pastanya yang tertunda.

"Sini Jesslyn gue pangku, biar lo bisa makan."

"Gapapa. Gue bisa, kok."

Xe mengangguk kemudian mengedarkan pandangan nya, melihat kearah sekeliling Cafe yang sangat bagus desainnya ini. Jujur, ia sangat suka dengan tema dan desain yang ada pada Cafe itu. Karena memang warna dan suasananya membuat dirinya sangat tenang.

Namun, saat asik menikmati nuansa Cafe, mata Axelyn tidak sengaja bersitatap dengan Immanuel, Papanya. Sejenak, Xe terlarut dalam tatapan teduh milik papanya. Tatapan yang membuat Xe nyaman. Namun, itu dulu! Sebelum saat dimana dirinya diusir dari rumah dengan keadaan yang memprihatinkan.

Titik MulaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang