Happy reading!!
***
Deral duduk dikantin, ia memakan baksonya dengan lahap, tidak peduli akan tatapan seorang wanita yang terus mengawasinya.
Setelah satu minggu Deral beristirahat untuk pemulihan, sekarang ia sudah dapat bersekolah walaupun masih berobat jalan.
"Enak banget ya baksonya, manis." Kata Deral sembari menggigit bakso besarnya.
Mereka semua menoleh menatap Deral bingung, "Bakso mana yang manis? Kayaknya lidah lo buta rasa, deh." Sahut Turbo bingung.
"Mana ada buta rasa, gini amat punya temen." Kata Geral menyahut perkataan Turbo.
"Iya anjir, bakso gue manis, kaya There."
Uhuk
Kedua perempuan itu sama-sama tersedak.
Theresia meraih air mineral kemudian meneguknya hingga tandas, ia menunduk untuk menyembunyikan rona merah dipipinya.
Sama halnya dengan Xe, wanita itu mendengus dalam hati. Lagian untuk apa ia marah? Kenapa dirinya harus marah ketika Deral menggombal di depannya? Bukannya itu biasa aja? Tapi... kenapa hatinya merasa tidak suka?
"Kenapa? Malu?" Tanya Deral sambil mengangkat wajah Theresia.
Gadis itu menggeleng pelan, "Em-- A-aku mau ke toilet, dulu."
"Gue temenin."
"Enggak!" Dengan cepat Theresia membantah, bukan itu yang dia mau. Hei, dirinya ingin kabur dari situasi rumit ini. Sungguh sangat malu saat Deral menggombalinya didepan mereka. Bahkan sekarang mata teman-teman Deral masih berpusat kearahnya.
"M-maksudnya enggak perlu, a-aku bisa sendiri."
Deral menggeleng dengan tegas, "Gue temenin." Kata lelaki itu dengan penuh tekanan disetiap kata.
"Tapi--"
"Sst...Nggak usah ngebantah, ayok!"
Deral berdiri kemudian menggenggam tangan Theresia, mereka berdua mulai melangkah meninggalkan kantin.
Diam-diam Deral tersenyum didalam hati, sungguh sangat puas dirinya saat melihat wajah merah Xe. Memang tujuannya itu, ia ingin melihat bagaimana reaksi wanita itu.
***
"Gue boleh nebeng, nggak?"
Geral meminum air mineralnya rakus, ia melirik Xe dengan ekor matanya, kemudian mengangguk.
Xe tersenyum senang, ia ikut mendaratkan bokongnya disamping Geral. "Capek banget, ya?" Tanyanya sembari memperhatikan wajah Geral yang dibanjiri oleh keringat.
"Capek banget malah, ini kita lagi main basket, bukan mau rebahan."
Xe menyengir, "Mana tau 'kan." Katanya tak mau kalah.
"THERESIA!"
Suara itu? Suara berat itu sangat sangat familiar di telinga keduanya. Mereka sama-sama menoleh kearah suara, bahkan seluruh siswa siswi ikut menatap kearah lelaki yang sedang berteriak itu.
Gadis yang merasa namanya dipanggil segera menghentikan langkahnya, ia bergeming ditempat, ingin mendengar apa yang ingin dikatakan lelaki itu lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Mula
Teen FictionPositif. Ah, tidak. Lelaki humor penyimpan sejuta luka itu sebentar lagi akan menjadi seorang ayah. Dimana, malam itu adalah malam tersial untuk kedua insan itu. Penasaran dengan kisahnya? Maka, marilah kita ikuti alurnya dan juga ambil pelajaran d...