Happy Reading!!
[Part ini tidak sad-!]***
Deral tertawa pelan, "Gue seharusnya sadar sih, bukan malah sakit hati gini."
"Ngapain? Kamu banyak kelebihannya kok."
Deral mendongak menatap Theresia yang juga sedang menatapnya, sesaat mereka melakukan kontak mata yang cukup lama. Mata lembut itu seperti menghipnotis Deral, yang memang membutuhkan ketenangan.
"Contohnya apa?"
"Kamu itu baik, senyum kamu tulus banget. Trus tatapan kamu juga tajam, tapi tajamnya nyenengin."
"Dih? Yakin?"
Theresia mengangguk mantap.
"Bohong! Kelebihan gue ada lagi."
"Apa?"
"Gue ganteng."
Gadis itu tertawa nyaring. Untung lah dia datang kesini, kalau tidak, mungkin saja moodnya tidak akan berubah seperti ini.
Tadi ia habis di marahin oleh Papanya karena telat makan siang, cukup kalian tau, jika Theresia adalah gadis yang tidak ingin di bentak.
"Bener 'kan?"
"Pede banget."
"Kok jadi pede, sih? Kan bener."
"Iya, kak Deral itu ganteng banget."
"Jangan panggil Kak, berasa tua banget gue. Panggil biasa aja."
Theresia membenarkan letak kacamatanya, kemudian tersenyum penuh arti. "Makasih ya, Kamu udah buat mood aku balik lagi."
Deral membalas senyuman tulus itu, "Cama-cama, jangan lupa kalau besok mau jengukin bawa buah tangan. Jangan kaya orang miskin ya cantik."
Theresia menepuk dahinya, "Hehehe, maaf, Aku lupa."
Deral menggeleng seraya berdecak, "Kasihan mana masih muda lagi."
"Jadi, Kamu udah gak sedih lagi, nih?" Theresia bertanya sambil meraih sebuah apel kemudian menggigit dan mengunyahnya.
"Enggak. Lagian untuk apa aku sedih, memang bener kok."
Gadis berkacamata itu menghentikan kunyahan nya, "Kadang aku kesel banget sama kamu. Kenapa kamu terus aja ngerendahin diri, seolah-olah kamu itu paling rendah di bumi ini."
"Y-ya mau gimana lagi? Gue kan jarang dipuji, jadi agak gimana gitu,"
"Kata siapa? Aku aja sering di bully gara-gara penampilan, tapi aku tetep percaya kok, kalau aku ada kelebihannya."
Deras berdecak kagum, "Memang beda, ya kalau orang pinter sama orang bego cari pendapat."
"Tuh kan! Kamu ngerendah lagi."
Gadis itu merengut kesal.
***
"Hati-hati."
Deral mengangguk, kemudian degan hati-hati ia mulai melangkahkan kakinya.
"Susah."
"Kamu tinggal angkat trus seret, jangan di paksain."
"Tapi kaki gue kaya kaku banget, apa gue lumpuh ya?"
"Enggak! Itu efek dari kecelakaan aja."
"Re! Re! Kecoa!!"
"Mana?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Mula
Teen FictionPositif. Ah, tidak. Lelaki humor penyimpan sejuta luka itu sebentar lagi akan menjadi seorang ayah. Dimana, malam itu adalah malam tersial untuk kedua insan itu. Penasaran dengan kisahnya? Maka, marilah kita ikuti alurnya dan juga ambil pelajaran d...