Ronni memijit pangkal hidungnya pusing, semua investor mencabut sahamnya karena perusahaan bermarga Hasequil milik ayahnya itu, ah lebih tepatnya milik Deral Pra Hasequil.
Ia semakin takut nantinya perusahaan satu-satunya akan bangkrut karena persaingan dengan perusahan besar milik Deral. Tentu saja dia kalah, bahkan mungkin perusahaannya hanya 15 persen dengan perusahaan Hasequil yang mungkin seribu persen.
Ronni tidak menyangka, bisa-bisanya dirinya yang menjadi anak satu-satunya, pewaris tunggal dari keluarga bermarga Hasequil itu tapi mengapa bisa anaknya yang mendapat harta warisan yang paling banyak? Sungguh mengesalkan.
"Pa... Papa lagi sibuk?" Tanya Geral sambil menyembulkan kepalanya pada pintu ruangan kerja ayahnya.
"Tidak. Kamu boleh masuk."
Deral mengangguk kemudian melangkah perlahan memasuki ruangan dengan interior hitam putih itu, kemudian ia duduk disofa dekat ayahnya.
"Ada apa? Apakah ada hal yang kau perlukan?"
"Sebenarnya ini gak penting-penting banget sih, Pa. Cuman kayaknya aku mau kasih tau ini."
Ronni mengangkat kedua alasannya menunggu Geral melanjutkan kalimatnya.
"Aku udah kerja disalah-satu bengkel, ya gajinya memang gak seberapa. Cuman tiga ratus per hari."
Ronni yang mendengar itu segera berdecih, "Tiga ratus? Uang apa itu! Kamu tidak lihat Deral?! Anak sialan itu bahkan memilki uang yang lebih dari Papa. Ah mungkin anak itu bisa membeli apa saja yang dia mau!"
Geral menunduk, jujur...sebenarnya ia tidak iri kepada saudaranya itu. Tetapi ia mau Deral kembali menjadi saudaranya seperti dulu. Ia hanya merindukan lelaki itu, tetapi karena gengsinya yang terlalu tinggi, maka itu semua hanya sesuatu yang tertahan diujung tenggorokan.
"Gapapa... Geral nanti bakal nabung buat bangun perusahan."
Ronni tertawa, menurutnya kata-kata putranya itu sangat lucu. Sangking lucunya, ia sampai ingin menangis saja
"Kamu pikir dengan uang tiga ratus ribu buat, apa?!"
"Tidak usah aneh-aneh, mending kamu mengikuti rencana Papa untuk menghancurkannya."
Geral segera menggeleng, ia tidak mau lagi berpura-pura memiliki hati busuk didepan Xe maupun Deral. Dulu saja ia menyekap Xe dihutan karena suruhan ayahnya, karena Ayyara merupakan seorang putri dari teman bisnisnya. Ayahnya takut Xe akan mengganggu hubungannya dengan Ayyara, sehingga lelaki itu nekat ingin menyingkirkan Xe.
Oh, tidak. Bukan berarti dia tidak mencintai Ayyara. Ia cinta bahkan sangat! Hanya saja ayahnya melakukan dirinya sebagai pemain karakter.
"Enggak! Geral enggak mau, Pa!" Bantah lelaki berambut blonde tersebut.
"Tidak bisakah kau menurut?!" Suara Ronni sudah naik satu oktaf. "Kau hanya perlu melukai gadis itu."
"Enggak!"
"Baiklah jika kau tidak mau, aku akan melakukannya."
"Jangan Pa! Dia lagi hamil cucu Papa."
Mendengar itu, Ronni semakin bersemangat. Ini kesempatan yang bagus bukan? Ia bisa saja melakukan kesempatan emas ini untuk kepentingannya.
"Halo tuan... semuanya sudah siap. Gadis ini sudah kami sekap dan...beri sedikit pelajaran."
"Bagus." Lelaki pria paruh baya itu tersenyum kemudian mematikan ponselnya. Ia berdiri dan segera berjalan keluar, tetapi belum sampai tiga langkah, ia berhenti tanpa berbalik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Mula
Teen FictionPositif. Ah, tidak. Lelaki humor penyimpan sejuta luka itu sebentar lagi akan menjadi seorang ayah. Dimana, malam itu adalah malam tersial untuk kedua insan itu. Penasaran dengan kisahnya? Maka, marilah kita ikuti alurnya dan juga ambil pelajaran d...