03. USG

9.9K 817 46
                                    






"Apasih, Pa?!"

"Geral!" Desis Ronni.

"Sejak kapan kamu membangkang seperti ini? Papa udah bilang, jangan dekat dengan, Deral! Lihat! Kamu jadi pembangkang seperti dia!"

"Gak ada sangkut pautnya, Pa! Papa tuh aneh banget tau, Deral itu abang Geral. Anak Papa juga, kenapa Papa kaya bedain Geral sama Deral?"

"Tidak Papa bilang! Anak sialan itu tidak anak saya!" Setelah mengatakan hal itu, Ronni langsung pergi melenggang dari kamar putra kesayangannya tersebut.

Geral mengusap wajahnya kasar. Ia tidak mau merayakan ulang tahunnya sendiri, Deral itu seperti paruh nyawanya. Bayangkan saja mereka berada dalam rahim yang sama, jika Deral sakit, maka Geral juga sakit. Begitu juga sebaliknya, jika Deral bahagia, maka Geral juga ikut bahagia.

***

Deral memejamkan matanya erat, ia mencengkeram dadanya kuat. Tadi, sewaktu ia akan kedapur untuk mengambil air putih, telinganya tidak sengaja mendengar keributan dari dalam kamar Geral. Karena rasa penasarannya yang sudah tingkat akut, ia memilih untuk menguping. 

Dan siapa sangka karena rasa penasarannya yang terlalu tinggi hingga membuat hatinya sakit saat mendengar Ronni menghinanya.

Seharusnya tadi ia tidak usah menguping. Lihat sekarang, siapa yang sakit, dirinya kan?

"Dia tidak anak, Papa."

"Anak Papa itu cuman kamu, cuman kamu Geral!"

"Seharusnya dulu dia tidak lahir! Dia pembawa sial dikeluarga ini."

Deral menghela nafas pelan. Saat mendengar Ronni akan keluar, segera Deral berlari kearah kamarnya. Mendadak hausnya hilang begitu saja.

Dan disini lah ia, duduk dilantai pojok kamar sambil memeluk kedua lututnya. Kepalanya mendongak menatap langit-langit kamarnya.

"Gue memang pembawa sial, bahkan gue udah ngerengut kesucian, Xe."

"Gimana kalau Papa sama Mama tau? Mungkin gue bakal dibunuh sama mereka."

Deral terkekeh pelan, ia menunduk kemudian mengusap air matanya yang turun begitu saja. "Gue memang pantes mati, karena gue pembawa sial."

Deral memejamkan matanya, dan tak lama kesadarannya pun hilang dijemput oleh alam mimpi.





***

"Kenapa, lo?"

Deral menggeleng pelan, "Gue gak papa,"

"Alah sok gapapa, muka lo lusuh banget kaya gak disetrika," kata Turbo sedikit mengejek, sengaja memancing Deral.

Deral mengangkat kepalanya, "Mana mungkin! gue ganteng gini. Mau gimana pun muka gue, gue tetep ganteng,"

Turbo tersenyum dalam hati, Deral memang orangnya humoris. Bahkan laki-laki itu bisa membuat temannya yang sedang ada masalah tertawa.

Mereka tidak tau saja bahwa sebenarnya masalah Deral yang paling berat, hanya saja laki-laki itu pandai menutupinya dengan sifat humor, khas Deral.

"Sok aja lo,"

"Biasalah,"

Tidak lama dari situ, Geral datang dengan wajah kusutnya. Laki-laki itu melemparkan sebuah kartu, seperti kartu undangan. Turbo, Deral, dan Ken sama-sama mengangkat sebelah alisnya sambil menatap Geral bingung.

Sedangkan Geral, laki-laki itu menggaruk tengkuknya yang tiba-tiba saja gatal. Ia melirik sekilas kepada Deral.

"Lo pada dateng, gue ultah."

Titik MulaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang