66.

1.1K 97 0
                                    

Xe mengerjapkan matanya beberapa kali, mencoba menyesuaikan dengan cahaya lampu yang berada tepat diatas wajahnya. Wanita beranak satu itu melenguh pelan sembari meregangkan tangannya. Matanya menyipit menatap baby Jesslyn yang juga masih anteng tidur.

"Ral.." panggilnya dengan suara serak, namun tidak ada sautan dari sipemilik nama. Tangannya segera meraih ponsel yang berada disamping bantal dan segera menghubungi Deral.

Tidak perlu menunggu waktu lama, panggilan segera terhubung.

"Kenapa?" tanya Deral diseberang.

"Gue baru inget kalau temen temen uda datang tadi, gue ma--" ucapan Xe terpotong kala Deral memotong katanya.

"Bentar"

tut tut

Panggilan diakhiri secara sepihak oleh Deral membuat Xe mendengus kesal. Tak lama pintu kamar terbuka memperlihatkan sosok tegas yang menjadi suaminya saat ini.

"Udah bangun?" tanya Deral sambil melangkah mendekati ranjang, Deral segera mendudukan bokongnya tepat disamping Xe yang masih berbaring.

"Hm" gumam Xe dengan mengucek ucek matanya yang terasa berat, mungkin efek terlalu lama tidur.

Deral mengelus kepala Xe pelan, "Jangan diucek gitu, nanti perih." katanya sambil menahan tangan Xe yang akan kembali menggosok matanya.

"Pergi ganti baju, mereka udah dibawah semua nungguin Lo." suruh Deral sambil mengangkat badan Xe agar duduk.

"Iya."

"Cuci muka juga.."

"iya"

"Yaudah pigi!" Kata Deral karena tidak melihat pergerakan dari Xe.

"Kode mau digendong?" Deral tersenyum tengil, ia menggosok kedua tangannya dengan lidah yang membasahi bibirnya. "Yaudah hayuk Gue anterin ke kamar mandi."

Xe mendengus dengan lirikan singkat yang ia berikan kepada Deral, "Mesum, Lo!"

"Halal loh ini, Sayang."

"Peyang pala, Lo!"

Deral terkekeh gemas, kenapa bisa selucu ini istrinya??

"Udah ah, sana kamar mandi!"

Xe berdehem sambil beranjak dari tempat tidurnya dan berjalan memasuki kamar
mandi untuk mencuci wajahnya.

"Apasih anjay!! Punya gue!" Turbo berteriak marah memperebutkan goreng tempe yang tadi Ken beli atas permintaan Rea. Jadi kini, tiga couples yang begitu serasi itu sedang berada di ruang makan, lebih tepatnya dimeja makan memakan gorengan yang Ken beli sambil menunggu tuan rumah bergabung.

"Serakah Lo!" Geral mengalah dengan melempar plastik gorengan yang tinggal dua itu tepat mengenai dada Turbo.

"Itu makan! sekalian plastiknya!" sungut Geral menatap datar kearah Turbo yang sedang tersenyum senang menatap goreng kesukaannya sudah berada ditangannya.

"Jangan gitu ah, itu kan ada dua. Kalian bagi satu satu, aja," kata Chilla sambil menatap Turbo tajam.

"ahh tapikan Yang, ini tinggal dua. Mana cukup di Aku."

"Udahla, kaya anak kecil aja. Kasih ke Geral satu!"

Turbo menggeleng tidak mau, inikan goreng kesukaannya. Tidak mungkin ia mau berbagi, apalagi dengan Geral.

"Cih, ga mau gue makan punya Lo! Mending Go-food." Geral menatap sinis kearah Turbo yang seperti anak kecil yang tidak mau makanannya diambil oleh orang lain.

"Dari tadi kek."

"oohh, jadi gitu. Sedih banget ga bisa nginep bareng." kata Ayyara sambil menatap Rea prihatin setelah mendengar cerita dari wanita itu, bahwasanya Ken melarang Rea untuk menginap di rumah bersama karena alasan baby Queen yang cengeng, ditambah lagi Rea yang tidur tidak bisa diam, alias sangat berantakan.

"Makanya Lea lagi malahan sama Ken! Kesel banget tau! masa cuman Lea aja yang ga ikut nginep baleng.. " Rea melirik singkat kearah Ken yang juga sedang menatap kearahnya datar.

"Gapapa sih, lagian Ken jugakan kaya gitu karena dia sayang sama Lo!"

"Ayyala ih.. ngelti ga si lasanya jadi Lea?!! kesel gamau tau!" Rea melipat kedua tangannya didepan dada tanda bahwa dirinya sedang marah.

"Lo beruntung tau ga Re, karena Ken sesayang itu sama Lo. Dia care sama Lo, dia ga mau nanti Lo ga nyaman. Itu aja.."

"Tau ah! Lea kalau lagi malah ga boleh diajak ngomong."

Melihat itu, Ken terkekeh gemas dan mengusap wajah Rea dengan satu tangannya membuat Rea melotot dan melempar tatapan maut yang sialnya begitu lucu dimata Ken.

"Lucu."

"Lici" cibir Rea dengan membuat wajahnya sejelek mungkin.

"Ga heran." gumam Ken menatap Rea, "Diakan Rea, istri Lo." Ken terkekeh kembali mendengar gumaman nya sendiri.. bisa bisanya dia jatuh sejatuh jatuhnya masuk dalam perangkap hati gadis yang sama sekali tidak masuk dalam kriteria wanita kesukaannya.

"Pusing punya bini selucu ini." Ken mencubit pipi Rea gemas.

"Lama amat anget-angetannya!" seru Turbo kala melihat Deral dan Axelyn yang berjalan kearah mereka lalu duduk dikursi tepat didepannya.

"Halal, bro!! yang masih pacaran shut up aja, mingkem cuman dibawa jalan ke taman. Bawa ke KUA dong" Deral terkekeh sinis saat melihat wajah dramatis Turbo, memang dirinya begitu savage sekali.

"Uda pada makan?" tanya Xe menatap mereka yang menggeleng secara bersamaan.

"Gimane mau makan, tuan rumahnya aja ga nyambut kita. Biasanya ya setau gue kalau ada yang bertamu ke rumah minimal disambut, disiapin minum terus basa basi ditawarin makan." kata Turbo sambil menatap Deral sinis, ternyata lelaki itu masih memiliki dendam terselubung kepada nya. Padahal kemarin hanya perkara bakso, namun berdampak sangat panjang.

"Masalahnya kalian itu ga diundang!" sinis Deral masih merasa kesal atas kehadiran teman temannya yang tidak tau diri.

"Udah ah, pesen aja pesen. Ga sempat masak gue" celetuk Xe dengan tangan yang meraih ponselnya bersiap membuka aplikasi makanan siap saji yang juga siap diantar.

"Yauda, Geral aja yang pesen." kata Chilla tersenyum tengil menatap Geral yang terdiam sedari tadi.

Geral menggeleng dengan mata melotot menatap Chilla, "Ga ah!! ga punya duit gue.." jawabnya seadanya.

"Pesen doang, elah..kan COD!"

"Ga punya kuota, asu!"

"Sini hapenya, biar disambungin ke wifi rumah." Xe menyodorkan tangannya hampir menerima hape milik Geral, namun langsung dicegah Deral dengan memukul tangan kembarannya yang sedang menyodorkan handphone miliknya.

"Gak!! mandiri sana, isi sendiri. Paswordnya, satu sampai delapan." kata Deral melirik singkat Geral yang mendengus kesal.

Geral segera memasukkan kata sandinya, namun tidak dapat terhubung karena paswordnya salah. "Ga bisa."

"Satu sampai delapan?" tanya Deral yang diangguki oleh Geral.

"Satu sampai delapan, lho.."

"Iya!! liat ini!" Geral menunjukkan handphone nya dengan menekan angka satu sampai delapan.

Deral tertawa pelan, "Satu sampai delapan."

"Lo liat sendiri kan ga bisa!" Geram sudah hatinya yang begitu polos diadu dengan sikap tengil Deral yang mendarah daging.

"Sini ah!"

Deral merebut ponsel Geral dan segera memasukkan sandi paswordnya, dan tak butuh waktu lama, wifinya tersambung membuat Geral ingin sekali membunuh Deral saat melihat kata sandi yang Deral masukkan. Ternyata kata sandinya bukan satu sampai delapan dalam bentuk angka, namun satu sampai delapan dalam bentuk huruf. Sangat membuat naik darah!

Tidak heran lagi melihat sikap Deral yang begitu tengil!

Titik MulaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang