32: Pertengkaran

47 10 0
                                    

💎Happy Reading💎

💎🔮💎

"Udah gue bilang kan Davian gak mungkin ikut andil dalam rencana kakaknya!!"

Daritadi Alea terus menerus membela pacarnya dari tuduhan atas kasus itu membuat Jenny merasa resah sendiri karena cewek bule yang berumur lebih tua darinya itu dari dulu selalu mengandalkan perasaan daripada logika.

"Lo tau sendiri kan, Jen. Davian orangnya kayak gimana!!" Sambung Alea lanjut membela.

Jenny mengangguk malas, "iya iya" dia mendongakkan wajah cantiknya ke atas dan berhadapan dengan langit yang memunculkan sedikit cahaya oranye.

Arkan kebingungan melihat interaksi antara Alea dan Jenny yang kelewat akrab seperti layaknya sahabat daripada disebut rekan bisnis.

Arkan memandang kedua cewek itu bergantian dengan sebelah alis tebalnya dinaikkan, "apa sebelum terlibat dengan kasus itu, kalian berteman dekat?"

Sontak, kedua cewek itu menoleh ke Arkan dan saling berpandangan kini giliran Alea yang menjelaskan, "hooh. Sebelum kasus itu terjadi, kita memang sangat akrab bahkan sama Davian juga"

Arkan mengangguk paham tetapi masih ada hal yang mengganjal di pikirannya, "tapi lo beneran yakin kalau Ghibran adalah salah satu dari si kembar?" Tanyanya kurang yakin.

Jenny mengangkat bahu, "entahlah. Tapi jika benar maka kita harus temukan kembarannya terlebih dahulu sebelum Ghibran sadar tentang identitasnya dan tau kalau dia punya kembaran"

"Masalahnya kita harus temukan kembarannya dimana?" Tanya Arkan gemas.

"Gue gak tau" jawab Jenny ngegas, "mana Ghibran amnesia lagi. Dia gak ingat secuil pun masa lalunya"

Seolah ada lampu bersinar terang di dalam otaknya. Ide cemerlang mendadak terlintas dalam pikiran Arkan, yang mungkin ide itu akan jadi petunjuk.

Arkan menegakkan punggungnya dari sandaran kursi, "oh iya gue mau nanya" mata elangnya menampilkan tatapan serius dan bertopang dagu seperti gaya detektif di buku komik, "apa Davian yang kalian kenal adalah seorang hacker?"

Kedua cewek itu kembali berpandangan dan Jenny menyenggol sikut Alea karena cewek bule itu yang paling mengenal dekat Davian.

"Umm kalau Davian sih bisa main komputer" jawab Alea ragu, "tapi gue gak tau kalau dia hacker atau bukan"

"Kalau Devan gimana?"

Alea menunduk dan mengepalkan tangan di atas paha. Dia selalu emosional ketika mengingat kembali kejadian naas itu, "Gue gak kenal Devan. Tapi gue pernah ketemu dia sekali waktu gue lihat dia membunuh orang tua gue"

"Waktu itu lo sendirian kan?"

"Iya"

Aneh.

Benar-benar aneh.

Pasalnya, jika Alea menyaksikan kejadian orang tuanya dibunuh oleh psikopat itu. Lantas kenapa Devan tidak sekalian membunuh Alea saja agar tidak ada saksi. Apalagi Alea melihat wajah psikopat itu. Gak mungkin kan psikopat itu kasihan pada Alea?. Sampai kapan pun orang yang mempunyai jiwa psikopat tidak mungkin menggunakan hati nurani untuk melancarkan aksi bengisnya.

Bagi orang yang memiliki penyakit kejiwaan jelas Alea hanyalah seekor domba yang tinggal menunggu ajal saat singa sebentar lagi akan menerkamnya.

Jenny mengusir Arkan yang sedang melamun , "sono lo pulang" cewek itu merapikan rok bagian belakangnya yang kelihatan mengerut dan menggendong ranselnya, "gue balik duluan ya kayaknya bentar lagi gerbang mau dikunci"

EPIPHANY| Jeon Jungkook {On-Going}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang