43: Kecerobohan Terbesar

44 8 0
                                    

💎Happy Reading💎

💎🔮💎

"J-Joy ber-berlumuran darah"

Langsung saja semua orang di sekitar lapangan tercengang sekaligus menganga mendengar ucapan Windy barusan.

"Kamu ini bicara apa?" Heran pria tua yang berdiri di belakang stand mic karena menganggap anak muridnya ini bicara melantur.

"SAYA SERIUS PAK!! DIA MATI!!"

Windy berteriak kencang menggelegar di seluruh lapangan yang hening dan tak bersuara. Jari jemari cewek itu gemetaran ketakutan. Dia menopang dagu seraya menggigit-gigiti kukunya serta lututnya yang bergetar hebat sehingga hampir saja terjatuh jika saja bu Yenti tidak peka dan sigap menangkapnya saking ia tidak bisa menopang tubuhnya sendiri.

Fokus perhatian berikutnya tertuju pada seorang cowok yang keluar dari barisannya. Dia menghampiri kakak kelasnya yang memasang ekspresi ketakutan setengah mati, "dimana dia?"

"D-di-di toilet lantai 1" jawab Windy gelagapan dengan tatapan menunduk ke bawah serta air mata yang perlahan merembes keluar.

"Kamu mau kemana Ghibran?"

Pemuda bernama Ghibran itu tidak menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh bu Yenti. Dia bergegas pergi ke tempat yang diucapkan Windy.

Reaksi Ghibran barusan membuat suasana lapangan menjadi ricuh oleh ocehan dan bisikan dari semua murid. Bagaimana tidak? Seseorang mengatakan ada salah satu siswi tewas di toilet sekolahnya. Walau notabene si korban adalah anggota geng biang rusuh maka dari itu banyak yang merasakan kesenangan di atas musibah kematiannya. Tetapi ada sebagian juga yang merasa takut sebab sudah ada 2 siswi yang tewas dalam waktu berdekatan.

Efji, Alea, Jenny, Lisa, geng Airin serta teman sejawat Ghibran yang lain pun berbondong lari menyusul ke tempat cowok itu berada.

Ghibran membelalak begitu langkahnya sampai di ambang pintu toilet wanita yang terbuka lebar.

Joy tergeletak di lantai dengan wajah pucat pasi, sepasang mata yang memelotot dan tubuhnya yang dibalut seragam sekolah yang berpadu dengan darah.

Tidak usah ditanya bagaimana keadaan mayatnya. Parah. Selain banyak luka di sekujur tubuh, Joy kehilangan sebelah tangannya di bagian kanan.

Bau amis menyeruak di tambah puluhan liter darah mengalir di atas lantai bagai membentuk danau darah.

Di seberang mayat Joy, ada Yeri yang terduduk lemas bersandar pada tembok. Wajah cewek itu terciprat darah serta satu tangannya memegang pisau berlumuran darah yang diduga sebagai senjata pembunuhan.

Dengan langkah hati-hati, takut terpeleset, cowok itu melangkah masuk dan berjongkok di samping Yeri, "yer, bangun yer!!" Dia menepuk pipi cewek yang sedang tidak sadarkan diri itu berulang kali.

"AAAAAAAAA!!!!"

Berisik sekali. Lisa yang pertama kali datang menyusul Ghibran seketika dilanda syok melihat pemandangan yang ia lihat. Kemudian disusul efji, Alea dan Jenny yang menyusul di belakang.

"Hati-hati!! Awas kepeleset!!" Ucap Ghibran memperingati Lisa yang hendak masuk mengikuti dirinya.

"Iya iya"

"Hei kalian jangan ada yang masuk!!" Larang Lisa ke orang-orang yang ada di belakang dan berlarian mengikutinya.

Cewek berponi itu berjinjit melewati segelimpangan darah yang membasahi lantai lalu berjongkok disamping Ghibran, "apa Yeri yang membunuhnya?" Tanyanya ingin menyentuh pisau yang digenggam Yeri namun secepat kilat Ghibran memukul punggung tangan cewek berponi itu.

EPIPHANY| Jeon Jungkook {On-Going}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang