46: Selingkuh

43 7 0
                                    

💎Happy Reading💎

💎🔮💎

Kaki seorang pemuda merosot lemas di lantai setelah melihat berita di layar televisi yang tergantung di langit-langit kafe.

Jefri juga sempat tercengang menyaksikan berita semua orang di keluarga Sanjaya meninggal di tempat.

Aksi tersebut diduga sebagai perampokan karena semua harta serta mobil dan motor di rumah itu hilang. Namun yang mengherankannya adalah salah satu organ dari semua korban menghilang. Ada korban yang kehilangan ginjal, jantung, paru-paru, kaki, lengan hingga bola mata. Berdasarkan perhitungan, total korban berjumlah 10 termasuk pembantu, satpam dan bodyguard.

Terlepas dari rasa keterpurukan, Ghibran bangkit berdiri. Tanpa izin terlebih dahulu, dia langsung berlari keluar dari kafe mengundang sejuta tanda tanya yang ada di benak Udin melihat tingkah aneh rekan kerjanya.

"Loh? Ghibran lo mau kemana?"

Udin hendak menyusul Ghibran namun langkahnya dicegah oleh Jefri, "udah biarin aja dia" cegah Jefri menahan pundak Udin.

"Tapi----"

"Keluarga yang ada di berita tadi adalah keluarganya Ghibran" sela Jefri memberitahu.

Lantas mulut Udin menganga lebar, "innalillahi" dia menutup mulutnya yang terbuka lebar dengan telapak tangan. Dia merasa prihatin pada musibah yang terjadi pada keluarga rekan kerjanya.

Di sisi lain, angin malam dingin yang berhembus dan menusuk kulit tidak dapat menghentikan pergerakan Ghibran untuk menemui tempat tinggal orang tua angkatnya.

Setelah keluar dari taksi, buru-buru Ghibran berlarian ke rumah lamanya yang dikerumuni oleh sekumpulan wartawan, polisi dan ambulance disana.

Himpitan dan desakan dari segerombolan wartawan menghalangi langkah Ghibran yang menyelip sana sini untuk menghampiri mayat yang sedang diangkut oleh para pria berseragam putih.

Sekilas, netra Ghibran melihat mayat seorang bocah laki-laki dengan luka parah berbaring di atas bangsal. Mayat itu segera akan dimasukkan ke dalam mobil ambulance.

"Raka"

"Raka!!"

Teriakan Ghibran tenggelam oleh suara-suara bising dari jepretan kamera dan wartawan yang sedang rebutan melontarkan pertanyaan pada pihak polisi yang sedang menyelidiki. Himpitan yang semakin keras membuat kaki pemuda itu kelimpungan dan terjatuh di tengah-tengah kerumunan.

Ghibran harus menahan sakit ketika tangan, punggung dan kakinya terinjak-injak oleh para wartawan. Pasokan oksigen yang ia hirup terasa sangat menipis. Sekuat tenaga yang tersisa, dia berusaha bangkit kembali lalu menyingkirkan wartawan yang menghalangi jalannya.

"Raka!!"

Namun sayangnya ambulance terakhir yang mengangkut jasad Raka telah meninggalkan pekarangan rumah lamanya.

Jangkauan ambulance itu masih ada di depan mata membuat semangat cowok itu tidaklah memudar. Dia berlari kencang mengejar ambulance itu.

"Raka!"

"Raka!"

Sampai di belokan jalan. Akibat kurang hati-hati menyebabkan kaki cowok itu tersangkut oleh tali rafia dan membuat tubuhnya jatuh tergeletak di jalanan beraspal.

Dengan posisi tengkurap, manik cowok itu kelihatan pasrah memperhatikan mobil ambulance itu semakin menjauh kemudian hilang dari pandangan.

"Raka" gumamnya pelan, "dasar bodoh" rutuknya mengutuk diri sendiri yang terlihat lemah.

EPIPHANY| Jeon Jungkook {On-Going}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang