07: Peluru Emas

81 28 1
                                    

💎Happy Reading💎

💎🔮💎

Seorang gadis cantik berparas kebulean sedang menyesap minuman mochaccino hangat kesukaannya sambil memandangi pemandangan luar kafe melalui jendela full kaca di sebelahnya. Melihat berbagai variasi rutinitas orang pada pagi hari sudah menjadi cemilan mata baginya. Pandangannya kemudian beralih ke secangkir mochaccino yang sedang diaduk-aduk olehnya. Sekelebat bayangan memori masa lalunya yang kelam selalu muncul dalam ingatannya setiap waktu bahkan di hari Minggu yang seharusnya tenang dan damai ini.

Alea menghela nafas. Dia ingin berdamai dengan segala sesuatu hal yang berkaitan dengan masa lalunya agar memori itu tak kunjung kembali dan ingin memulai kehidupan baru yang lebih baik lagi. Walau dia selalu meyakinkan dirinya sendiri saat mengatakan hal tersebut namun hal itu bertentangan dengan isi lubuk hatinya yang mengatakan ingin membalaskan dendam pada orang itu yang menyebabkan dirinya harus merasakan luka perih setiap kali mengingatnya.

Seperti membaca novel namun halaman terakhirnya kesobek, kita tak akan pernah tahu seperti apa ending dari cerita tersebut. Itu lah yang di rasakan Alea selama ini. Walau dia mengambil keputusan untuk melarikan diri namun dirinya tak akan pernah tahu seperti apa ending dari klimaks masa lalunya. Ending yang masih berstatus abu-abu, tak jelas apakah dapat hitam atau putih. Jawaban itu akan muncul dengan sendirinya jika Alea lebih berani menyelesaikan masalah yang masih menggantung tersebut.

Tinggg....

Suara bel berwarna emas yang tergantung di atas pintu masuk berdenting menandakan ada pengunjung masuk. Tak sengaja netra Alea menoleh ke pengunjung yang terkesan sangat familiar. Alea berpikir sejenak kemudian tersadar bahwa pengunjung itu adalah teman sekelasnya sekaligus juga teman dekat Ghibran.

Tergesa-gesa, Alea segera membuang muka menghadap jendela kaca dengan telapak tangan yang menutupi sebagian wajahnya. Untungnya kedua cowok yang sedang berjalan melewati kursi yang Alea tempati tersebut tak menyadari keberadaannya. Mereka berdua memilih duduk di kursi paling belakang pojok dekat jendela, berjarak satu meja kosong dengan tempat Alea berada.

Sementara di meja lain, Sehun dan Arkan menatap layar ponselnya masing-masing. Tidak ada percakapan hingga seorang pelayan wanita membawa nampan pesanan mereka berisi secangkir Hot Chocolate dan Cappuccino beserta sepiring spaghetti carbonara dan salted egg croissant di taruh ke atas meja mereka.

Setelah pelayan itu pergi, Arkan pun memulai percakapan, "gimana menurut lo tentang perubahan Ghibran?"tanyanya penasaran ingin mengetahui pendapat Sehun mengenai peristiwa yang terjadi semalam.

"Menurut gue wajar aja sih" pendapat Sehun sambil menyesap cappucino miliknya, "Ghibran yang mengidap amnesia sementara pasti ingatannya akan berangsur pulih seiring berjalannya waktu. Jika benar sebelumnya dia seorang hacker pasti respon tubuhnya waktu itu bergerak secara otomatis tanpa bisa di kendalikan. Oh ya menurut lo kemampuan retas Ghibran tadi termasuk ke jenis apa? Apa sejenis sama yang punya lo?"

Arkan termenung dengan mulutnya masih mengunyah sesuap salted egg croissant tadi di santapnya, "dilihat dari kemampuan hacker yang kita lawan itu sepertinya dia Black hat hackers. Yang bisa lawan Black hat hacker cuma White hat hackers dan Grey hat hackers. Mungkin kemampuan Ghibran ada di salah satu dari dua opsi itu" jelasnya.

Sehun mengerutkan dahi saat mendengar istilah yang masih asing di telinganya, " Grey hat? Apa itu?" tanyanya penasaran.

"Grey hat hackers adalah kombinasi kemampuan dari Black hat hackers dan White hat hackers. Di ibaratkan Black hat adalah tombak yang berfungsi untuk menyerang sedangkan White hat adalah perisai yang berfungsi untuk menahan. Grey hat hacker bisa melakukan semua itu. Bisa menahan serangan dan juga bisa menyerang balik. Perkiraan orang yang memiliki kemampuan ini sekitar 2% dari jumlah populasi manusia di bumi. Makanya orang-orang yang seperti ini sering menjadi incaran oknum jahat yang ingin memperkaya diri dengan mencuri data milik badan resmi secara illegal"

"Serem juga ya" Sehun sempat tercengang bahkan sampai menghentikan aktivitas makannya saat mengetahui tentang dunia hacker secara luas, "jadi apa orang yang mempunyai kemampuan Grey hat sama sekali tak ada kelemahan? Apa polisi divisi Cybercrime tak bisa menangkapnya?"

Arkan menggeleng cepat, "gak bisa bahkan bapak gue aja yang udah bekerja sebagai polisi cyber selama 20 tahun tidak bisa menangkapnya. Grey hat hackers itu kerjanya sangat rapi dan keberadaannya mustahil bisa di lacak. Mereka itu lebih mirip seperti angin, walau keberadaanya bisa di rasakan namun tidak dapat di lihat".

"Wow. Menurut lo----" ucapan Sehun terputus saat matanya melihat sekeliling terlebih dahulu untuk memastikan tidak ada orang yang menguping pembicaraan mereka, "apa Ghibran itu beneran Grey hat hackers?" tanyanya dengan suara sangat pelan serta dada bidangnya agak di majukan sampai mentok ke meja agar suaranya bisa terdengar oleh Arkan.

Arkan menghela nafas, "kayaknya enggak deh. Cara kerja dia pas membunuh virus yang dikirim dari hacker gelap itu sama seperti apa yang gue lakuin. Yang gue tahu dari hacker-hacker yang pernah gue temuin di dark web sih katanya cara kerja Grey hat itu sangat unik makanya mereka sering di sebut sebagai peluru emas" jelasnya detail lalu menyantap habis salted egg croissantnya di selingi beberapa tegukan minuman hot chocolate.

Sehun mengangguk paham setelah itu tak ada lagi percakapan di antara kedua pemuda tersebut.

Di meja lain, Alea menguping pembicaraan Arkan dan Sehun bahkan hingga posisi sandaran kursi yang di dudukinya sampai kepentok dengan sandaran kursi kosong yang ada di belakangnya akibat dirinya sering memundurkan kursi agar bisa mendengar percakapan mereka berdua.

Merasa tak ada informasi penting lagi, Alea beranjak dari kursinya meninggalkan minuman mochaccino miliknya yang tersisa sedikit.

Sehun yang terlebih dahulu menyadari keberadaan Alea disana memberi kode pada Arkan untuk melihat arah dagunya. Arkan yang mengerti akan kode tersebut lalu membalikkan badannya dan menoleh ke arah dagu Sehun menunjuk pada sebuah punggung wanita yang sedang di depan meja kasir. Dari warna rambut wanita itu terurai panjang sampai punggung membuat Arkan menyadari pemilik rambut tersebut.

Pandangan Arkan kembali beralih menatap Sehun, "Alea?" tanyanya yang langsung di balas anggukan oleh Sehun.

Arkan beranjak pergi membuntuti Alea yang berjalan terburu-buru. Setelah keluar dari kafe, Arkan masih setia membuntuti Alea berjalan menyusuri trotoar yang di padati ramai pejalan kaki.

Tak berapa lama kemudian, Alea berbelok menuju jalan sepi yang di kelilingi banyak ruko terbengkalai dan hampir semua tembok banyak coretan pillox.

"Ngapain lo ngikutin gue?"

Pertanyaan yang tiba-tiba saja keluar dari bibir tipis gadis bule tersebut seketika membuat sang pemuda yang baru saja ketangkap basah menghentikan langkahnya.

Alea membalikkan badan menatap pemuda bermata elang tersebut dengan tatapan dingin khas-nya. Begitu pun juga dengan Arkan memasang raut datar khas-nya.

"Terjadi peristiwa tak mengenakkan di Gang Parung pada hari Rabu, 10 Mei 2017 pukul 20:35 menit. Yang jadi pertanyaan gue adalah pada saat waktu itu, lo ada dimana?"

Alea sempat terkejut mendengar rincian waktu yang di sebutkan oleh Arkan namun ekspresi terkejut nya itu segera berubah kembali menjadi ekspresi dingin.

"Gue gak mungkin harus mengingat aktivitas yang gue lakuin setiap harinya" bohong Alea nyolot padahal sebenarnya dirinya mengingat apa yang dilakukannya pada saat itu.

Arkan tersenyum miring lalu kedua kakinya maju beberapa langkah mendekati gadis bule yang masih berdiam diri di tempatnya. Meninggalkan jarak 2 inci di antara mereka.

"Apa menurut lo memilih opsi melarikan diri adalah solusi yang terbaik saat lo menghadapi masalah?" Pertanyaan Arkan kali ini lebih di maksudkan menyindir si lawan bicara yang sedang menggertakkan giginya. Alea semakin kesal dengan tingkah Arkan seolah sangat mengenali dirinya.

"Gak usah bertele-tele deh. Maksud lo apa?" Alea semakin tak paham dengan maksud Arkan yang tiba-tiba saja melontarkan pertanyaan tak berdasar sekaligus memojokkannya.

Bukannya menjawab, Arkan justru terkekeh pelan saat melihat ekspresi Alea yang terkesan sedang menutupi sesuatu. Lantas bibir Arkan melontarkan beberapa kata pepatah yang cukup membuat si lawan bicara marah.

"Lo memang bisa memadamkan api tapi tidak dengan asapnya"

1241 cmiiwww. Part terdikit hehe. Untuk part awal genre misterinya dulu ntar romance nya pas di tengah-tengah

EPIPHANY| Jeon Jungkook {On-Going}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang