53: A Triple X

36 7 0
                                    

💎Happy Reading💎

💎🔮💎

Jari jemari Ghibran yang gemetaran menggenggam erat sebuah gelas kaca yang bergoyang-goyang. Perasaan takut tergambar jelas dari ekspresi wajah milik pemuda itu.

Ghibran menekuk lututnya ketakutan dengan pandangan mata kosong mengarah ke layar televisi yang menyala.

Fokus pikiran Ghibran tertuju pada peristiwa yang terjadi beberapa jam yang lalu dimana Tio Darmawangsa alias bapaknya Sehun tewas dibunuh. Namun bagian yang mengejutkannya ialah Sehun yang membunuh bapaknya sendiri.

Berbeda dengan apa yang ia lihat dalam mimpi. Tio dan dirinya tewas di dalam ruang interogasi.

Sekarang Ghibran bisa menghindari kematian yang diramalkan oleh mimpinya tetapi mengapa kematian Tio tidak bisa dihindari??

Pria itu mati dalam hari yang sama tetapi kurun waktu dan tempat kematiannya yang berbeda. Padahal Ghibran sudah berniat mengurungkan pertemuannya dengan Tio agar kematian itu takkan pernah terjadi.

Sementara itu di layar televisi, khalayak reporter berlomba-lomba menyiarkan kasus bar yang sempat ia kunjungi bahkan hampir semua channel dipenuhi oleh berita kasus yang tengah hangat diperbincangkan netizen dalam negeri. Tidak hanya itu, Sehun kini menjadi buronan nomor satu dan keberadaan sahabatnya itu dicari-cari oleh semua penjuru negeri.

Sangat kesal, Ghibran melempar gelas kaca yang ia genggam ke layar televisi itu. Cowok itu tidak bisa berpikir jernih seraya mengacak rambutnya frustasi.

Dia mengambil ponsel dari atas meja dan menelpon seseorang yang saat ini terngiang dalam pikirannya.

💎🔮💎

"Serius!!"

Sehun geregetan sendiri melihat Alea dan Arkan sama-sama terdiam dengan menampakkan ekspresi ragu sambil melempar lirikan satu sama lain. Dari gelagat seolah mengatakan mereka tidak percaya dengan kesaksian yang Sehun berikan.

"Jadi lo tidak sadar dengan apa yang lo lakuin?" Tanya Arkan memastikan indra pendengarannya bekerja cukup baik.

"Gue mohon percaya sama gue" ucap Sehun pasrah dengan keadaan yang ada. Dia juga yakin orang normal mana pun yang mendengar pernyataan dari dia, sudah pasti tidak akan percaya. Namun di sisi lain, Sehun bingung harus memakai upaya apa lagi yang bisa membuat kesaksian darinya supaya terdengar masuk akal jikalau apa yang ia terangkan barusan memang kenyataan yang ada. Terdengar tidak masuk akal namun itulah yang ia lihat dari sudut pandangnya.

Arkan sesekali melirik ke kaca spion depan. Dari pantulan kaca tersebut menampilkan sahabatnya tengah menopang dagu dengan pandangan menatap ke luar jendela. Arkan menghela nafas, "oke oke tenang aja hun. Gue percaya"

"Apa lo pernah meminum alkohol pas disana?" Tanya Alea dari jok depan sambil fokus mengemudi.

Sehun mendengus, "jangankan minum alkohol, gue sendiri aja gak tau bagaimana gue bisa ada di bar dan kenapa gue sampai bisa memegang pistol. Lo tau? Saat gue berada disana, gue terasa seperti habis di hipnotis. Pikiran gue baru tersadar saat gue melihat ayah gue ditembak oleh tangan gue sendiri. Lo bisa bayangkan betapa syok-nya gue kala itu huh?! Sudah kehilangan keluarga ditambah gue harus menanggung pertanggungjawaban atas tindakan yang tidak gue sadari seutuhnya"

Dari jok depan, Alea dan Arkan kembali sama-sama terdiam. Mereka berusaha mencerna baik-baik perkataan Sehun yang lebih cerewet daripada biasanya.

EPIPHANY| Jeon Jungkook {On-Going}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang