17: Tembakan

65 17 1
                                    

🔮Happy Reading🔮

🔮💎🔮

Duarrr...

Peluru perak menancap di lingkaran target berwarna kuning bernilai angka 9.

"Shit" umpat seorang pemuda tampan saat mengetahui tembakan ke-5 nya lagi-lagi tidak menembus ke lingkaran target kecil berwarna hitam dimana posisinya yang paling tengah.

"Wow keren bang Satya" puji seorang pemuda dibelakangnya yang mengenakan seragam SMA lengkap dengan jaket almameternya.

Orang yang di panggil Satya itu berkacak pinggang dengan tatapan lurus ke depan ke arah papan target berdiri dengan jarak 20 meter di hadapannya, "dalam jarak segini aja gak pernah menembus lingkaran hitam, belum bisa dibilang keren".

Satya menengok ke belakang dimana tempat seseorang yang sudah ia anggap sebagai adiknya duduk disana, "Ghibran, lo mau coba nembak?"tawarnya.

Ghibran melongo. Dia ragu akan kemampuannya dalam bidang ini karena dia sama sekali belum pernah menembak pakai pistol maupun senapan, "kagak deh palingan juga ntar gue cuma malu-maluin doang" tolaknya.

"Loh kata teman-teman lo, katanya lo itu serba bisa dalam segala hal"

"Jangan dianggap serius omongan mereka bang! Mereka cuma berlebihan" muak Ghibran ketika tau kebiasaan teman-temannya itu selalu melebih-lebihkan bakatnya saat menceritakan pada orang lain.

Satya terkekeh, "yaudah kalau gitu coba dulu aja" dia menghampiri tempat Ghibran duduk dan mengulurkan senapan yang dipegangnya kepada pemuda berumur 17 tahun itu.

Ghibran pasrah. Dia menerima senapan yang diberikan oleh Satya. Dia berdiri mensejajarkan posisi kakinya dengan posisi papan target. Sedangkan Satya duduk di sebuah kursi kayu, tempat dimana Ghibran duduk sebelumnya dan memperhatikan postur Ghibran menembak.

Ghibran mengangkat senapannya dan mengokangnya. Dia memfokuskan penglihatannya pada lingkaran hitam kecil sebagai sasaran utama targetnya. Mata Ghibran berwarna kecoklatan memicing, menyelaraskan searah dengan pembidik senapannya. Merasa sudah siap. Sembari menahan nafas, ia pun melepaskan tembakan pertama yang disusul oleh hentakan angin saat mata peluru berwarna perak tersebut meninggalkan laras senapan.

Peluru itu melesat dengan cepat dari senapannya, diikuti dengan bau mesiu yang tercium jelas oleh si penembak.

Ghibran tercengang sendiri ketika peluru yang ditembaknya barusan menembus ke lingkaran hitam sesuai targetnya.

"Baru percobaan pertama udah langsung kena target kayaknya memang benar apa yang dikatakan teman-teman lo" celetuk Satya seraya bertepuk tangan dari tempat ia duduki.

Tidak. Bantah Ghibran dalam hati. Dia meragukan hal tersebut. Jika teman-teman memujinya karena baik dalam melakukan olahraga, pengetahuan dan bidang lainnya. Hal itu karena dia melalui masa latihan. Tapi untuk hal yang baru pertama kali dicobanya namun bisa melakukan dengan baik, dia menjadi mempertanyakan identitas dirinya sendiri.

Sensasi saat memegang senapan tadi sama persis seperti mempertahankan data milik Ayah Mark yang hendak dicuri oleh hacker tak di kenal. Merasa seperti pernah melakukan namun tak pernah terekam di ingatan.

EPIPHANY| Jeon Jungkook {On-Going}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang