57: Koma

23 8 1
                                    

💎Happy Reading💎

💎🔮💎

"Bajingan brengsek"

Baru juga datang, Arkan langsung membuat situasi gaduh dengan meninju pipi Ghibran yang sedang menunggu di depan ruang ICU.

Sontak keempat anggota efji lainnya melerai pertengkaran mereka agar tidak semakin sengit. Erwin dan Mark menahan pergerakan Arkan yang sedang emosi dan melakukan pemberontakan sedangkan Cahyo dan Lukas menahan Ghibran untuk tetap tenang dan tidak membalas perlakuan Arkan.

"Lo kenapa sih njir? Baru juga datang udah kayak orang lagi kesetanan" keluh Mark yang sedang kesusahan menahan tubuh Arkan untuk diam.

"Psikopat itu!!" Arkan melotot marah sambil menunjuk-nunjuk ke arah Ghibran yang berada di balik punggung Lukas dan Cahyo, "buat apa psikopat itu kemari hah?! Pasti dia yang buat Sehun celaka!! Apa hasrat haus darah lo masih belum puas setelah MEMBUNUH IBU GUE HAH?!"

Setelah Arkan mengucapkan hal yang mencengangkan barusan, semua orang disana menoleh bersamaan ke arah Ghibran, tak terkecuali dengan Alea. Cewek bule itu menatap Ghibran pasrah. Sia-sia saja upaya ia menghindari pertemuan antara Ghibran dan Arkan.

"Berhenti bicara hal yang gak masuk akal"

Berbeda dengan Arkan yang tersulut emosi. Ghibran tetap diam dengan tenang, nampak tidak terpancing dengan tuduhan yang Arkan lontarkan.

"GAK MASUK AKAL LO BILANG?" Kekuatan Arkan yang mendadak muncul 3x lipat lebih besar mampu menepis Erwin dan Mark yang sedang menghadangnya lalu dia menarik kasar jaket yang Ghibran kenakan, "dasar pembunuh!! Apa lo pikir kematian ibu gue juga gak masuk akal dan hanya lelucon hm?! APA LO PIKIR GUE GAK TAU DOSA APA YANG LO LAKUIN DI MASA LAMPAU HUH?!"

"Stop, Arkan!!" Bela Cahyo mendorong Arkan menjauh, "gak usah asal tuduh lo njir"

"Mending lo diem aja deh, hyo. Lo gak tau apa-apa"

"Lo yang gak tau apa-apa, Arkan. Kalau Ghibran berniat mencelakai Sehun lantas kenapa dia harus repot-repot membawa Sehun kesini"

"Apa?"

Dokter yang menangani Sehun baru saja keluar dari ruangan ICU. Sontak semua pasang mata beralih menoleh serempak ke arahnya.

"Paman, bagaimana keadaan Sehun?" Sambar Mark pada dokter yang merupakan rekan dari ayahnya.

"Saat ini dia sedang terbaring koma. Untunglah dia mendapat penanganan dari anak ini terlebih dahulu sehingga nyawanya berhasil terselamatkan" puji dokter itu pada sikap cekatan dari Ghibran. Dia kembali teringat dengan penampilan Ghibran yang mengenakan pakaian compang-camping karena baju yang dikenakan oleh pemuda itu digunakan untuk membalut luka di dada temannya.

"Kira-kira sampai kapan sadarnya, dok?" Tanya Lukas mode serius.

"Entahlah. Tergantung dari kondisi pasien itu sendiri. Jika semakin membaik maka kemungkinan dia akan siuman lebih cepat dari perkiraan"

Mark sedikit membungkuk berterima kasih, "makasih ya paman"

"Ya Mark, sama-sama. Kalau begitu, saya permisi dulu"

Setelah dokter itu berlalu pergi. Cahyo melirik Arkan dengan memasang senyuman remeh, "bagaimana? Udah puas?" Sindir Cahyo bermaksud menyinggung Arkan yang ngomel-ngomel tidak jelas sekaligus menuduh orang sembarangan.

Arkan peka terhadap sindiran yang Cahyo berikan untuknya. Bibir cowok itu tercetak sebuah smirk, "ghib, kenapa lo bisa bertemu sama Sehun? Secara kalian semua tau lah, Sehun sampai sekarang masih jadi buronan polisi bahkan gue dan Alea mengamankan Sehun di villa pribadi yang letaknya jauh dari sini. Apa yang membuat Sehun nekat pergi kesini hingga dia tidak mempedulikan semua resikonya? Gak mungkin lo bertemu dengan dia secara kebetulan kan, ghib? Apa kalian berdua membicarakan sesuatu yang serius?" Pancing Arkan menyudutkan Ghibran sebagai tersangka.

EPIPHANY| Jeon Jungkook {On-Going}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang