54: Life Goes On

27 8 0
                                    

💎Happy Reading💎

💎🔮💎

"Kita mau kemana?"

Selepas dari villa, Arkan dibuat kebingungan karena Alea menyetir mobilnya ke arah yang berlawanan dengan arah rumah Arkan yang sesuai dijanjikan sebelumnya.

"Temenin gue ngopi!! Capek banget"

Arkan terkekeh, "oalah udah capek toh rupanya" ucapnya menggunakan logat bahasa daerah.

"Plis!! Lo mending ngomong seperti yang biasa aja. Gak cocok banget sumpah kalau lo ngomong medok begitu" komentar Alea menatap lurus ke jalan.

"Iya dah iya. Terserah lo aja"

3 menit berselang.

Sunyi.

Untuk mengisi kecanggungan yang ada. Arkan beralih berkutat dengan layar segi panjang yang berada di bawah air conditioner. Dia sibuk menggonta ganti saluran radio untuk mencari siaran musik yang ia ingin dengarkan. Namun sialnya, semua saluran radio justru malah meliput berita Sehun yang membuatnya semakin bete sampai akhirnya tangan pucat milik Alea memukul tangan Arkan agar menghentikannya.

"Jangan diotak-atik mulu" berang Alea memicing, "nanti rusak radio gue"

Arkan mengacak-acak rambutnya tidak tenang, "mustahil banget njir Sehun bunuh bapaknya sendiri!!"

"Iya! Gue juga tau, Arkan. Tapi gue mohon lo tenang dulu oke?!" Bujuk Alea menenangkan pikiran cowok bermata elang itu, "kita bisa cari kejelasan dari kasus ini bersama-sama"

Arkan memijat pelipisnya. Entah faktor geregetan atau kelelahan yang menyebabkannya tersulut emosi tiba-tiba, "gue pengen istirahat" Arkan menyandarkan kepalanya di sandaran jok sambil memejamkan rapat matanya.

"Apalagi gue" ucap Alea menambahkan. Mengingat posisi cewek itu tengah mengemudi. Jujur, Alea sendiri juga merasakan badannya sudah pegal-pegal sedari tadi seolah meminta dirinya untuk beristirahat. Namun apalah daya jika perutnya kini meminta asupan nutrisi, terpaksa ia harus menuruti permintaan perutnya terlebih dahulu.

"Yaelah segala tutup lagi" Alea mendesah kecewa melihat kafe yang ia tuju malah tutup di saat ia sedang membutuhkan.

Masih dalam keadaan setengah tersadar, Arkan membuka sedikit matanya untuk mengintip, "oh jadi lo ngincer kafe ini?"

Alea manyun, "padahal dessert disana enak-enak semua. Gue sering makan bareng kenalan gue" curhat cewek pucat itu membayangkan betapa enaknya rasa pannacotta yang ia nikmati terakhir kali.

"Kenalan lo itu doinya Lukas kan?"

Alea mengerut bingung, pasalnya ia tidak terlalu berminat mengetahui urusan orang lain, "heum. Gue gak tau. Gue gak pernah nanya"

"Yaudah kalau tutup mending ke Paradise cafe aja" Arkan melipat tangannya di atas perut, "perut gue mana keroncongan dari tadi"

"Paradise cafe? Kafe yang lo ajak kemaren itu? Kafe teman lo kan?"

"Dia teman sekelas kita astaga" Arkan menepuk jidatnya, mengakui betapa anti sosialnya Alea saat di sekolah bahkan sampai tidak mengenal teman sekelasnya sendiri.

"Karena gue gak kenal dia maka dia bukan teman gue" bela Alea tak mau kalah.

Arkan terkekeh, "serah dah" dia dengan iseng menyentil kening Alea.

"Heh!! Jangan sentil-sentil gue!! Jari lo penuh kuman"

Arkan pasang muka julid, "gak usah sok higienis!! Kening lo juga jadi sangkar bakteri"

EPIPHANY| Jeon Jungkook {On-Going}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang