69: Last Memory

10 3 0
                                    

❄️Happy Reading❄️

❄️☃️❄️

Pada dini hari, lima mobil polisi datang beramai-ramai ke gedung SMA Garuda setelah menerima kabar laporan dari dua orang saksi mengenai kericuhan yang terjadi di dalam gedung sekolah yang tak lagi terpakai itu.

Para polisi tersebut kemudian berpencar ke setiap ruangan demi mencari barang bukti dari insiden yang mereka selidiki. Lalu dua orang dari mereka bertugas mencari tahu keterangan lebih lanjut dari dua orang saksi yang melaporkan, sedang menunggu di dekat pagar yang menjulang tinggi itu. Mereka ialah seorang kakek-kakek berusia sekitar 70-80 tahunan dan seorang pria yang mengenakan baju khas satpam.

"Apa benar kalian yang memanggil polisi?"

"Betul----uhuk uhuk" jawab cepat kakek itu terbatuk-batuk seraya berjalan tergopoh-gopoh, dibantu oleh pak satpam disampingnya.

"Kalau boleh tau, bolehkah anda jelaskan bagaimana kronologinya?"

"Saya tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi" alih pak satpam menjawab, dia menoleh ke pria renta itu sebentar, "awalnya, saya bertemu dengan kakek ini berputar-putar di dekat sini. Lalu saya menghampiri dia dan menanyakan alasan mengapa dia masih berkeliaran saat tengah malam, di depan sekolah terbengkalai pula. Kemudian dia menjawab bahwa dia sedang menunggu seseorang yang ada di dalam sana dan tak kunjung keluar. Dia bilang ada suara ribut, karena khawatir, dia memaksa saya untuk menelpon polisi"

"Benarkah itu, kakek?"

"Hah??" Kakek itu lantas mendekatkan daun telinganya ke polisi yang bersuara barusan.

Melihat gelagat telinga kakek itu yang sepertinya agak budek, polisi itu pun menekankan kata-kata yang ia ucapkan secara perlahan, "BE-NAR-KAH KA-KEK SE-DANG ME-NUNG-GU O-RANG DI DA-LAM SA-NA?! Jelasnya disertai bahasa tubuh dan jari panjangnya menunjuk gedung SMA itu.

Rupanya otak kakek itu sangat cerdas hingga bisa menangkap maksud dari bapak polisi tersebut, "iya uhuk--uhuk--- saya menunggu anak muda yang masuk ke dalam gedung itu. Uhuk--- tadinya saya mau menyusul tetapi saya lihat di dalam sana ada orang-orang menyeramkan. Uhuk-- uhuk---- sa- saya tidak berani. Saya menunggu tidak jauh dari sini, menunggu dia sampai keluar dan memberikan ini"

Kedua polisi itu memandang satu kantong plastik bening berisi macam-macam gorengan.

"Uhuk--- tdinya saya mau memakannya bersama dengan anak muda itu. Tetapi dia tidak keluar-keluar setelah gorengan ini terlalu dingin untuk dimakan"

Semua orang disana mendadak memasang raut prihatin, melihat bagaimana kaki kakek itu menggigil dan gemetaran. Tidak terbayang seberapa lama kakek itu menunggu sosok anak muda yang ditunggunya sejak lama.

"Duduk dulu yuk. Kalau lapar, dimakan saja gorengannya. Sepertinya kakek dari tadi sudah keroncongan" ucap polisi yang berumur lebih muda dan sejak tadi diam membisu. Dia tidak tega melihat tangan kakek itu yang ia simak sedang mengelus-elus perut. Kakek itu pasti kelaparan, apalagi menunggu di bawah dinginnya malam yang seperti ini. Dirinya saja yang memakai seragam lengkap merasakan hawa dingin, bagaimana dengan pria tua itu yang mengenakan pakaian tipis dan sandal jepit seadanya.

"Tidak nak----uhuk--uhuk-- saya mau menunggu dia" ucap pria tua renta tetap bersikeras.

"Percuma, saya sudah membujuknya dari tadi" sela bapak satpam setelah lelah membujuk dengan sikap keras kepala si kakek.

EPIPHANY| Jeon Jungkook {On-Going}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang