👑👑👑
Akhirnya semua makhluk menyebalkan itu pulang juga. Kehadiran mereka rasanya memperpendek umurku. Dan, sepertinya juga membuat tubuhku menjadi belasan kali lebih tua. Lihat saja kerutan dan garis halus di wajahku ini. Ini semua adalah hasil dari kening dan alisku yang terus mengkerut. Padahal mereka hanya tinggal di sini selama seminggu. Tapi, entah mengapa rasanya seperti seribu tahun. Mungkin karena mereka tidak pernah melewatkan waktu satu detik pun untuk menyiksaku.
Para paman itu serius mengenai tidur bersamaku selama tinggal di sini. Para pangeran juga ikut tidur bersama mereka. Begitu pula aku yang masih tidur di atas kasur dari anyaman sulur rambat yang entah mengapa tidak layu. Kaki dan tangan para paman dipenuhi luka sabetan karena kebiasaan buruk mereka ketika tidur selalu menuntun mereka mendekatiku. Alhasil, sulur yang bertugas menjagaku langsung memukul mereka. Anehnya, mereka sama sekali tidak bangun juga tidak kapok untuk terus mendekatiku ketika tidur. Aku pikir itu semua karena mereka gila. Rupanya karena ada dokter ajaib di antara mereka. Spirit Niel rupanya adalah spirit penyembuh.
Dia hanya tinggal menempatkan tangannya di atas luka. Dan! Tada! Luka itu menghilang. Itu semua menjelaskan mengapa Niel membawa kasur biasa. Rupanya karena kekuatan spiritnya tidak bisa digunakan untuk membuat kasur. Aku rasa, para sepupu yang bersembunyi ketika perang antar saudara dulu juga memiliki kekuatan penyembuh.
Aku ingin tahu apa kekuatan spiritku nanti. Para pelayan bilang, kekuatan putri dari Kekaisaran Peranto sangat hebat. Yah, meski sekarang aku menjadi putri Kekaisaran Terium. Tapi, aku masih menjadi bagian dari Peranto. Bisa dibilang aku adalah putri dari dua kekaisaran. Wuah, cita-citaku sebagai pengangguran yang kaya raya akhirnya terwujud. Meski, harus menghadapi manusi-manusia gila sebagai gantinya. Tidak masalah! Selama aku bisa hidup enak.
Kekuatan spirit ratu adalah spirit aura. Dia bisa mengendalikan tanaman dan hewan. Juga bisa bicara dengan mereka. Aku ingin tahu apa yang ratu makan. Pasti menyedihkan harus memakan teman yang bisa bicara.
Aku dengar, kekuatan ratu-lah yang mengembalikan tanah gersang di wilayah Kekaisaran Peranto. Sekaligus membunuh para iblis yang menyebabkan kehancuran di segala tempat. Dua hal itu katanya hanya bisa dilakukan oleh para pengguna spirit aura yang sebelumnya dianggap mitos.
Aku ingin kekuatan hebat seperti itu. Tapi, lupakan soal bicara dengan tanaman dan hewan.
"Aboo!" Aku menggerakkan kedua tanganku ketika seorang pelayan muncul di atas kotak bayiku.
Jika ada pelayan yang muncul, artinya sudah waktunya memberi makan cacing di dalam perutku. Tapi, kenapa dia membawa bantal? Memangnya dia pikir aku makan bantal. Tunggu! Jangan bilang kalau dia mau membekamku dengan bantal itu. Lihat saja seringaiannya itu.
"Hua!!! Hua!!!"
Aku langsung menangis dengan kencang. Pelayan itu langsung panik. Dia melempar bantal itu ke sembarang arah. Lantas dengan cepat menggendongku. Tangannya menepuk punggungku. Berusaha menenangkan bayi yang baru bisa tengkurap.
"Ristel! Ada apa?" Kaisar membuka pintu kamarku kasar.
Aku ingin tau kenapa makhluk ini selalu datang ke kamarku ketika aku menangis. Aku pikir kaisar adalah orang yang sangat sibuk hingga untuk berkedip saja tidak bisa. Tapi, kaisar yang satu ini justru selalu datang ke kamarku ketika aku menangis. Memangnya, suara tangisanku sangat kencang, ya? Apa terdengar sampai seluruh sudut istana? Atau kaisar yang mempunyai kemampuan pendengaran yang bagus?
"Tuan Putri Auristele tiba-tiba menangis. Saya juga tidak tahu kenapa."
Wajah pelayan itu nampak pucat. Aku berhenti menangis. Menatapnya datar untuk sesaat. Lantas, kembali menangis dengan kencang.
Ratu masuk ke dalam kamarku. Wajahnya panik. Para pangeran yang mengekor di belakang ratu juga memiliki settingan wajah yang sama.
Kenapa mereka masih saja bersikap seolah langit akan runtuh ketika aku menangis?
"Kenapa Ristel menangis?"
Ratu mengambil alih tubuhku. Aku langsung diam. Sebenarnya, aku masih ingin menangis. Tapi, katanya bayi akan berhenti menangis ketika berada dalam tangan ibunya. Makanya, aku menghentikan tangisanku. Lagipula, pelukan ratu memang menenangkanku.
"Sa-sa-saya hanya ingin mengganti bantal Tuan Putri sesuai perintah Yang Mulia Ratu. Tapi, tiba-tiba Tuan Putri menangis."
Pelayan itu menundukkan kepalanya. Butiran bening terjun dari kedua matanya. Semua orang menatap bantal yang tergeletak di lantai. Lalu, menatapku.
"Ristel pasti mengira pelayan ini pembunuh, ya?" Kaisar mengusap rambut hitam legamku lembut.
Aku mengangguk perlahan. Para pangeran mengelilingi ratu.
"Ristel tenang saja! Tidak akan ada yang berani membunuh Ristel!" Cedric tersenyum.
"Kakak akan melindungi Ristel!" Alaric membusungkan dadanya.
"Kami akan membunuh semua orang yang berani menyakiti Ristel!" Euclid ikut membusungkan dadanya.
"Serahkan semuanya pada Kakak!" Bervan mengusap rambutku pelan.
"Ristel tidak perlu takut!" Dimitri menggoyangkan kakiku yang tergantung.
Aku menatap para pangeran bergantian. Mereka terdengar sangat serius soal hal itu. Dan, entah mengapa ucapan meraka membuatku tenang.
Aku berganti menatap pelayan itu. Tubuhnya bergetar. Keringat mengalir deras di wajahnya. Bibirnya pucat. Dia jelas takut akan dihukum karena sudah membuatku menangis.
Mendengar cerita para pelayan yang bilang kalau ada banyak orang yang ingin membunuh ratu saat dia masih kecil membuatku ketakutan setengah mati.
"Appu!!!"
Aku menyondongkan tubuhku ke arah pelayan itu. Kedua tanganku lurus ke depan. Ratu tersenyum. Dengan perlahan menyerahkanku ke arah pelayan yang menyambutku. Aku menatap mata pelayan itu. Hanya ada perasaan takut di matanya. Pelayan yang ketakutan hanya dengan berhadapan dengan orang yang dia layani tidak mungkin berani membunuhku.
Aku menyandarkan kepalaku di atas dadanya. Pelayan itu tersenyum. Kaisar dan pangeran menatapnya penuh rasa iri.
"Aboo!"
"Terima kasih Tuan Putri!"
Pelayan itu memelukku erat. Dia bersikap seolah dia tau apa yang aku katakan. Padahal aku sendiri tidak tahu apa yang aku katakan. Kata-kata itu keluar dengan sendirinya dari bibirku.
Suasana kembali seperti semula. Kaisar dan ratu langsung kembali ke pekerjaan mereka sebagai pemimpin negara. Para pangeran kembali ke kelas mereka. Dan, aku kembali bermalas-malasan di atas kasurku yang lembut.
Ucapan para pangeran terngiang di kepalaku. Cedric benar. Tidak akan ada orang yang berani membunuh putri dari dua kekaisaran. Jangankan membunuh, menyentuh pun mereka tidak akan berani. Karena menyakiti sang putri berarti mengajak dua kekaisaran untuk berperang.
25 pangeran gila. 5 paman yang tak kalah gila. 5 bibi yang sama gilanya. Seorang kakek yang entah gila atau waras. 5 kakak laki-laki super gila. Dan, dua orang tua yang sangat kuat. Semua itu sudah cukup untuk membuat siapapun tak akan berani menyakitiku.
Aku tersenyum simpul. Senang rasanya mendengar bahwa ada yang melindungiku di sini. Aku jadi tidak takut pada apapun lagi. Bahkan, pada bayangan di balik tirai jendelaku.
Tunggu! Bayangan?!?!
"Kembali kalian! Tolong aku!"
Bayangan itu melompat. Kabut asap memenuhi kamarku. Aku menutup kedua mataku. Bersiap untuk kemungkinan terburuk. Sosok dibalik kabut asap itu menyeringai. Aku meneguk ludah.
Kurasa aku akan mati untuk kedua kalinya.
"Selamat tinggal dunia!"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Only Princess✔ [Sequel BOTP]
Fantasy[Bukan Novel Terjemahan - END] Aku hanyalah siswi sma biasa yang menghabiskan waktu dengan bermalas-malasan. Aku mati karena terpeleset kulit pisang. Dan, ketika aku bangun, 7 orang aneh melihat ke arahku. Kalian siapa?!?! Aku dimana?!?! Bayi!!! A...