Princess 49

3.1K 508 3
                                    

👑👑👑

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

👑👑👑

Kedua mataku mengerjap. Sel di otakku bekerja. Mengolah kejadian yang baru saja terjadi. Berusaha mengambil kesimpulan.

Aku masuk ke dalam portal cahaya dan mendapatkan mimpi indah juga mimpi buruk. Saat mimpi buruk itu hampir aku akhiri, seorang anak laki-laki usia 12 tahun yang aku lihat di antara celah portal muncul. Langsung menghinaku. Aku memukul kepalanya karena merasa marah. Dia kemudian pingsan dan tiba-tiba berubah jadi seekor naga berwarna perak? Dan, sekarang, naga itu masih rebah di hadapanku.

Aku meneguk ludah.

Naga perak di depanku ini sebesar gunung. Tidak! Aku tidak melebih-lebihkan. Dia memang sebesar itu. Sisik peraknya mengkilat begitu diterpa cahaya lampu kristal yang menggantung di dinding dan mulut gua. Sisik sebesar tubuh sapi dewasa itu menyelimuti seluruh tubuh sang naga. Nampak seperti baju zirah yang kokoh dan kuat. Ekornya yang panjang bisa membelah gunung menjadi dua bagian hanya dengan sekali pecut. Cakarnya yang tajam juga runcing jelas akan dengan mudah menyobek tubuh manusia jadi dua bagian. Sayapnya yang jika dibentangkan bisa memeluk sebuah gunung,terlipat. Lidahnya yang terpotong dua seperti lidah ular menjulur keluar. Matanya setengah terbuka, setengah tertutup. Kedua tangan mungil dan kakinya lurus ke samping.

Dibandingkan naga, dia lebih mirip cicak yang sedang santai setelah makan nyamuk seharian. Penampilan naga yang pingsan ini jelek sekali.

Tapi, kalau anak tadi memang seekor naga. Mana mungkin dia bisa pingsan hanya dengan sekali pukul? Apa jangan-jangan kekuatan superku adalah pukulan? Tidak! Pukulan mana bisa disebut kekuatan. Kecuali, jika aku bisa memberikan pukulan berdentum pada lawan. Dimana, ada api atau air yang mengisi pukulan itu. Kalau hanya pukulan biasa, sih, guru matematika dulu paling ahli soal memukul siswa nakal.

Tunggu!!! Menurut sejarah kekaisaran sebelah, bukankah naga adalah perwujudan dari Dewa yang sangat mereka hormati. Kalau sampai keluarga besar di Kekaisaran Peranto tahu jika putri satu-satunya mereka baru saja memukul kepala Dewa, apa yang akan mereka lakukan padaku? Walau, aku adalah anak kesayangan. Tapi, Dewa ini jelas lebih disayang.

Tapi, masa Dewa sekecil ini, sih? Dewa mana yang umurnya 12 tahun? Aku pikir selama ini Dewa mirip dengan manusia. Hanya saja, jika laki-laki, mereka memiliki janggut putih dan rambut panjang seiras yang menjuntai. Lalu, di tubuh mereka ada kain putih dengan ornamen berwarna emas yang menutupi separuh bahu mereka. Menjuntai hingga ke bawah. Persis seperti baju pesta dengan model one shoulder dress di kehidupan lamaku.

Dan, kalau Dewi, mereka memakai baju dengan warna yang sama. Hanya saja, modelnya mirip kaus singlet yang menjuntai hingga ke bawah. Ada bros emas berbentuk sesuai dengan kekuatan mereka di bahu dan pusar.

Setelah itu, cahaya terang menyelimuti tubuh mereka. Siapapun yang melihatnya akan merasa tenang dan damai. Sekali mereka bicara, seluruh dunia akan diam dan menyimak dengan takzim. Belum lagi, aura penuh wibawa yang memancar dari tubuh mereka.

Tapi, ternyata, pikiranku salah. Dewa tidak seperti yang aku bayangkan. Juga tidak mirip seperti apa yang ditulis di buku dongeng anak atau naskah drama.

Dewa di hadapanku jelas adakah seorang anak laki-laki usia 12 tahun yang berubah jadi naga setelah kepalanya dipukul. Lemah sekali! Aku benar-benar tidak percaya kalau dia adalah seorang Dewa yang selalu diagungkan.

"Ugh!!!" Naga perak itu mengerang.

Tangan kanan mungilnya mengusap kepalanya. Naga perak itu perlahan bangkit. Kepalanya hampir menyentuh atap gua. Menabrak lampu kristal yang entah terbuat dari apa.

Aku mendongak. Naga ini sangat besar. Aku merasa sangat kecil. Seperti sebuah tunas mungil di hadapan pohon raksasa.

Kakinya yang bisa menampung puluhan hingga ratusan rumah itu bisa melumatkanku dengan sekali injak.

Aku meneguk ludah.

Apa naga ini akan membunuhku karena aku sudah memukulnya dan membuatnya pingsan? Kalau memang begitu, maka, tamatlah riwayatku.

Aku memang bisa mengalahkan seorang anak usia 12 tahun dengan tangan kosong. Tapi, itu adalah kejadian sebelum anak itu berubah jadi seekor naga sebesar gunung.

Aku tidak mungkin memanjat tubuh naga itu dan memukul kepalanya lagi.

Mau punya kekuatan pun, aku tak yakin bisa mengalahkan naga ini. Jangankan untuk mengalahkan, membuatnya bergeser barang 1 langkah pun pasti sangat sulit.

"Hei! Ristel!" Manik mata perak itu menatapku tajam.

Aku meneguk ludah. Kepala naga itu menunduk. Menahan cahaya lampu kristal menyiramku. Hingga beberapa puluh meter ke depan. Tak ada lantai gua yang menerima cahaya lampu.

Aku kembali meneguk ludah. Kedua tanganku terkepal.

Karena terlalu takut dan kaget, aku jadi lupa satu hal. Para naga sudah menjalin janji dengan Kekaisaran Peranto. Perjanjian itu membuat naga manapun tidak bisa menyakiti keturunan Peranto. Apapun masalahnya. Karena aku juga termasuk keturunan Peranto, maka, aku aman. Naga ini tidak akan berani menyakitiku.

Aku mengepalkan tangan kananku di udara, "Apa?!?! Kau mau ku pukul lagi?!" Manik mataku menatap naga itu tajam.

"Aduh! Bar-bar sekali!"

Splash!!!

Naga perak itu mengecil. Kembali berubah wujud menjadi anak laki-laki usia 12 tahun dengan rambut perak panjang dan manik mata yang seiras dengan rambutnya.

"Siapa yang kau sebut bar-bar?!" Tanyaku tanpa mengubah ekspresi wajahku.

Naga itu mengangkat tangannya. Sedetik kemudian, dia menyentil dahiku, meninggalkan bekas titik berwarna merah di sana, "Tentu saja kau, Kecil! Siapa lagi memangnya?"

Aku mengaduh kesakitan. Mengusap dahiku yang terasa berdenyut.

Mataku memelotot, "Apa yang kau mau dariku, naga sialan?"

"Hey! Kau tahu kan naga itu siapa?"

"Hmmm," aku menerawang udara. Berpikir,  "Bawahan Peranto." Ucapku datar sembari menatap anak laki-laki itu dengan wajah polos.

Anak laki-laki itu menghembuskan nafas.

"Kenapa harus aku yang menerima nasib buruk, ini!" Lirihnya pelan.

"Apa yang kau mau dariku? Kembalikan aku pada kakak-kakakku!"

"Kau memang menganggap naga sebagai suruhan Peranto, ya?"

Aku menatap anak itu datar. Dia ini tuli atau bodoh, sih? Aku kan sudah menjawabnya tadi.

"Hah! Sebaiknya langsung ke intinya saja! Aku ini orang yang sibuk!"

Anak itu menatapku tajam, "Baiklah! Aku juga tidak sudi menatap wajahmu lebih lama!"

Dia kemudian menundukkan kepalanya. Tangan kanannya berada di atas dada.

"Perkenalkan! Aku Charolais Liel Mars, putra pertama dari Dewa Perang, Mars!"

Mars? Dewa perang? Bukankah itu nama sebuah planet tetangga bumi? Apa jangan-jangan aku sebenarnya masuk ke dalam tubuh bayi di planet lain? Tapi, tanamannya ada yang mirip dengan tanaman di bumi, kok. Walau, ada banyak hewan dan makhluk hidup lain yang terbilang aneh. Aku masih yakin kalau aku ada di bumi zaman dulu.

Apa dewa juga menikah dan punya anak? Kalau memang begitu, mereka menikah dengan siapa, dong? Penduduk bumi? Dan, kalau Charolais atau siapalah itu adalah putra dewa perang, artinya, masih ada dewa lain, dong? Apa mereka juga mempunyai wujud naga dan terikat dengan Peranto?

"Aku akan menjadi spiritmu!"

Spirit? Maksudnya spirit seperti spirit para pangeran dan penduduk kekaisaran lain?

Tunggu?! Spirit berasal dari naga?!

The Only Princess✔ [Sequel BOTP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang