Princess 69

2.3K 387 0
                                    

👑👑👑

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

👑👑👑

Aku mengajari para pangeran cara memakan kuaci yang benar. Walau mereka bodoh saat di awal, sekarang sudah tidak lagi. Mereka sudah berkembang menjadi cukup pintar. Bervan bahkan menemukan cara untuk menikmati kuaci dengan nyaman. Yaitu, dengan cara mengupas puluhan kuaci. Mengumpulkannya. Dan, memakannya dalam sekali suap. Aku bahkan tidak pernah kepikiran dengan cara itu di kehidupan lamaku dulu. Mungkin, karena aku tidak cukup sabar untuk mengupas dan mengumpulkan banyak kuaci. Malah, sebenarnya aku tidak pernah makan kuaci. Alasannya karena sampah yang dihasilkan lebih banyak daripada apa yang bisa aku makan. Ditambah, menghabiskan banyak tenaga.

Karena itu, aku sudah memesan alat pengupas kuaci dari penyihir kontruksi. Untuk para bangsawan, akan dicat dengan warna emas dan diberi tambahan hiasan permata palsu yang terlihat seperti asli. Sementara, para rakyat akan dicat perak dengan hiasan dari pita.

Alat itu akan berbentuk kotak kecil. Di dalamnya akan ada lubang dengan berbagai ukuran. Dari yang kecil sampai terbesar. Tentu saja sesuai dengan ukuran kuaci yang ada. Para konsumen hanya tinggal memasukkan kuaci ke dalam lubang dengan ukuran yang sesuai. Setelah itu, kulit kuaci akan masuk ke dalam kotak pembuangan yang ada di bagian paling bawah dari alat. Sementara, isinya akan keluar dari lubang yang ada di depan kotak.

Dengan begitu, siapapun bisa dengan mudah memakan kuaci tanpa harus repot mengupasnya. Aku akan mengajukan hak paten atas mesin pengupas kuaci itu atas nama Ellea agar tidak ada yang membuat mesin itu selain Ellea.

Aku sebenarnya tidak tahu, apakah para penyihir kontruksi bisa membuat alat yang sesuai dengan apa yang aku harapkan atau tidak. Tapi, melihat mereka bisa membuat istana dan aula raksasa dalam waktu yang terbilang singkat, membuat kotak kecil ini jelas bukan masalah.

Aku sudah mengirim rancangan alat itu pada mereka. Dan, aku harap jawabannya sesuai dengan harapanku.

"Rasanya enak, sayang!" Kata ratu sembari mengunyah kuaci dengan anggun.

Aku tersenyum.

Berbeda dengan kelima putranya yang bodoh. Ratu sangat hebat dalam mengupas kuaci. Orang yang waras dan gila memang memiliki kapasitas otak dan cara berpikir yang berbeda.

"Terima kasih, ibu!"

"Darimana Ristel tau kalau biji bunga matahari bisa dimakan?" Tanya kaisar.

Dia baru memakan satu atau dua buah kuaci. Entahlah! Aku tidak tahu apa alasannya. Apa karena makanannya tidak sesuai dengan lidah kaisar. Atau, karena dia sedang menjaga tekanan darah tingginya agar tidak kumat. Atau, dia tengah menjaga wibawanya sebagai mantan kaisar. Tapi, Alaric, si kaisar baru saja tidak menjaga wibawa. Ah, aku lupa kalau dia memang tidak punya wibawa sedari tadi. Dia dengan santai menghisap kulit kuaci untuk mengeluarkan rasa gurih dan asin di dalamnya.

"Ah, di buku ditulis kalau biji bunga matahari mengandung vitamin E yang banyak. Jadi, Ristel berpikir, bagaimana caranya agar vitamin E itu bisa masuk ke dalam tubuh tanpa  harus membuat biji bunga matahari menjadi masker. Dan, saat membuka bijinya, ada bagian berwarna putih di dalamnya. Saat Ristel mencobanya, rasanya ternyata lumayan. Ristel juga tidak keracunan. Begitulah ceritanya  ayah!" Aku tersenyum.

Untunglah aku sudah menyiapkan jawaban atas pertanyaan ini. Tidak aku sangka ternyata benar-benar akan ditanya begitu.

"Ristel jenius sekali!"

"Wuah, adik kakak pintar!"

Aku menggaruk pipiku. Senang rasanya karena mendengar pujian setelah bekerja keras. Walau, yang memujiku adalah orang seperti kelima kakakku.

"Laure, minta pelayan untuk bawakan toples ini ke ruang kerjaku!" Perintah kaisar pada Laure yang entah sejak kapan sudah berdiri di ambang pintu.

Laure menundukkan kepalanya dengan takzim.

"Ayah akan memakan kuacinya sambil bekerja. Terima kasih, Ristel!" Kaisar mengusap kepalaku lembut sebelum akhirnya kembali ke ruang kerja.

Yah, walau sudah jadi mantan kaisar, tetap ada satu dua pekerjaan yang harus ayahku lakukan.

Rupanya masakanku sesuai dengan selera ayah. Aku pikir dia tidak suka. Aduh! Kaisar dan kelima kakakku kan memang suka masakanku. Mau aku memasak racun pun akan tetap mereka makan sambil memujiku.

"Alaric, kembali bekerja! Kembar, kembali latihan! Dimitri, kembali belajar! Dan, Euclid, kembali mencari!" Perintah kaisar pada kelima kakak laki-lakiku.

Mereka mengangguk. Beranjak. Satu-persatu mengusap kepalaku lembut sebelum pergi. Wajah mereka nampak sedih. Tapi, tidak ada satu pun dari mereka yang menentang perintah ayah. Itu karena menentang mantan kaisar sama dengan bunuh diri.

"Ristel mau main dengan ibu?" Tanya ratu sembari tersenyum.

"Ah, Ristel mau sekali main dengan ibu. Tapi, Ristel harus bertemu dengan teman-teman. Mari bermain setelah Ristel selesai!" Kataku balas tersenyum.

"Baiklah! Selamat bersenang-senang, sayang!" Ratu mengusap pipiku lembut.

Aku tersenyum. Mengecup pipi ratu sebelum akhirnya pergi.

Aku berlari menuju kamarku. Mengambil toples kuaci yang sudah aku siapkan. Dan, berlari menuju taman bunga istana. Teman-temanku sudah menunggu di sana.

Aku tiba di sana dengan nafas yang teratur. Entah sudah berapa kali aku berlari hari ini. Aku benar-benar lelah. Menjadi seorang putri kekaisaran seharusnya tidak melelahkan seperti ini.

"Tuan Putri, anda terlihat lelah!" Kata Xera nampak khawatir.

"Apa anda baik-baik saja, Tuan Putri?"

"Anda mau minum, Tuan Putri?"

Aku terduduk di atas rumput. Mendengar mereka kembali memanggilku 'Tuan Putri' membuatku merasa makin lelah. Ini semua adalah salah Alaric. Dia mengancam akan memusnahkan keluarga teman-temanku jika mereka masih dengan tidak sopannya memanggilku 'Nona Auristele'. Walau aku sudah menjelaskan ribuan kali jika akulah yang meminta mereka memanggilku begitu, Alaric tetap keras kepala.

Argh! Kepalanya itu bahkan lebih keras dari baja.

"Aku baik-baik saja!" Aku tersenyum.

Setelah istirahat selama beberapa detik, aku merasa jauh lebih baik.

"Silakan meminum ini, Tuan Putri!" Ellea menyodorkan teh di depanku.

Aku tersenyum. Menerima cangkir teh itu. Menyesapnya. Rasanya hangat. Ellea mengambil kembali cangkir teh di tanganku dan meletakkannya di atas meja tak jauh dari kami.

Aku berdiri. Tak lupa mengusap gaunku yang sedikit kotor karena aku duduk di atas rumput tanpa alas.

"Ellea, aku punya kabar baik!"

"Kabar apa, Tuan Putri?" Tanya Ellea bingung.

Keempat temanku yang lain juga terlihat bingung.

"Ini akan jadi bisnis paling terkenal di kekaisaran!" Aku mengangkat toples berisi benda berwarna hitam yang menggerombol itu ke atas. Cahaya matahari yang menyentuh permukaan toples kaca menambah kesan seperti cahaya yang turun dari surga.

"Benda apa itu?"

"Terlihat aneh."

"Memangnya itu bisa dimakan?"

"Apakah itu racun, Tuan Putri?"

Pyar!! Pancaran cahaya surgawi itu hancur. Berganti dengan kegelapan yang menyelimuti toples dan diriku.

Tega sekali mereka mengatakan kalau kuaci yang dibungkus toples secantik ini adalah racun.

Aku pikir mereka akan kagum. Ternyata reaksi mereka malah menyakitkan untuk didengar.

The Only Princess✔ [Sequel BOTP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang