*****
Aku menatap anak laki-laki _yang kini berjalan menuju toko roti di ujung gang_ dari dalam kereta kuda. Ada bekas ungu di lengan kanannya akibat ulah pemilik toko buah yang memukulnya dengan gagang sapu. Aku ingin sekali menyembuhkan anak itu. Kebetulan, aku memakai kalung yang berisi kekuatan spirit penyembuh milik Paman Niel. Tapi, sepertinya anak itu terlalu sulit didekati.
Manik mata merahnya yang kembali berubah jadi emas menatap barisan kue di etalase toko. Anak laki-laki itu mengusap ujung bibirnya yang berair. Kelihatan jelas kalau dia sangat lapar.
Tangan anak itu merogoh saku celananya yang kumal.
Kosong. Dia tidak punya satu sen pun uang. Manik matanya berubah menjadi biru. Ia kembali menatap barisan kue itu. Pemilik toko yang mengetahui jika ada anak laki-laki aneh yang menatap kuenya dengan penuh nafsu langsung menendangnya.
"Pergi kau! Dasar budak!"
Anak laki-laki itu terjatuh berdebum di atas tanah. Ada bekas telapak sepatu di pakaiannya. Ia meringis. Berusaha menahan rasa sakit di perutnya.
Dengan tertatih ia bangkit dan berjalan menuju toko roti lain. Kembali menatap hamparan roti di etalase toko.
Aku menebar pandanganku. Masa iya, di antara ribuan orang yang melewati jalanan ibukota, sama sekali tidak ada yang mau menolong anak laki-laki itu. Dia jelas sangat kelaparan. Lihat saja itu! Dia mengusap perutnya yang jelas terasa melilit.
Tidakkah ada yang merasa iba padanya? Aku yakin anak laki-laki itu tidak akan menolak meski hanya diberi roti kering sisa semalam. Sebenarnya, hati orang-orang di sini terbuat dari apa, sih? Apa karena anak itu punya cap budak di punggung tangannya. Makanya, tidak ada yang mau menolong. Tapi, mau budak atau bukan, dia tetaplah seorang manusia.
Anak laki-laki itu menatap seorang pria bangsawan separuh baya yang keluar dari toko roti. Ada banyak roti di tangannya. Pria dengan perut buncit itu malah menendangnya.
"Jangan merusak selera makanku!"
Count Fiert, akan aku pastikan bisnis sutranya bangkrut besok. Toko buah, kue dan roti itu juga akan merasakan hal yang sama. Memang hak mereka mau memberi makanan atau tidak pada anak itu. Tapi, bukan hak mereka untuk menendang dan memukulnya. Karena, mau bagaimana pun anak itu tetaplah manusia yang bisa merasakan sakit.
Manik mata anak itu kembali berubah jadi merah. Ia menatap Count Fiert tajam. Dengan cepat ia mengambil sebuah roti dan melarikan diri.
"Hei!! Pencuri!! Hentikan pencuri itu!!"
Beberapa orang ksatria kekaisaran yang bertugas menjaga keamanan ibukota langsung dengan sigap mengejar anak itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Only Princess✔ [Sequel BOTP]
Fantasy[Bukan Novel Terjemahan - END] Aku hanyalah siswi sma biasa yang menghabiskan waktu dengan bermalas-malasan. Aku mati karena terpeleset kulit pisang. Dan, ketika aku bangun, 7 orang aneh melihat ke arahku. Kalian siapa?!?! Aku dimana?!?! Bayi!!! A...