Festival Bintang Emas juga hari ulang tahunku yang pertama akhirnya tiba. Pesta ulang tahun super megah itu hanya akan dihadiri oleh keluarga Kekaisaran Terium dan Kekaisaran Peranto alias hanya keluarga saja. Kaisar memang masih belum ingin mengekspos wajahku ke hadapan umum. Mungkin, hal itu akan terjadi saat pesta perayaan kedewasaan Alaric nantinya.
Aku memang tidak tahu apapun soal kehidupan sebagai seorang putri kekaisaran. Tapi, aku tahu sedikit soal adat kekaisaran, secara umum tentunya.
Pangeran pertama akan menjadi kaisar saat usianya menginjak 18 tahun. Jika pangeran pertama mati, maka pangeran kedua akan menjadi kaisar. Jika pangeran kedua juga mati, pangeran ketiga yang akan menjadi kaisar. Yah, aku rasa Kekaisaran Peranto punya banyak cadangan kaisar. Jadi, tidak masalah jika aku mengusir sebagian dari para pangeran.
Setiap bangsawan juga akan mengadakan pesta debutante alias perayaan kedewasaan saat berusia 12 tahun. Mereka akan memulai debut mereka sebagai bangsawan dan biasanya akan menerima banyak lamaran.
Setiap bangsawan juga punya pelayan bahkan ksatria pribadi yang melayani dan menjaga mereka 24 jam. Semua ksatria bahkan sampai mengucap sumpah setia. Dimana, sumpah itu membuat mereka harus terus menuruti ucapan majikan mereka. Meski, jika sang majikan meminta mereka untuk membangun candi dalam satu malam atau terbang di atas langit ke delapan.
Aku rasa, nantinya aku juga akan punya pelayan dan ksatria pribadi. Aku jadi tidak sabar untuk segera tumbuh besar. Aku akan meminta pelayanku untuk membuat makanan enak setiap hari. Lalu, menyuruh ksatria pribadiku untuk mengusir kelima pangeran dan 25 sepupuku yang gila beserta orang tua mereka. Dan, jangan lupa soal kakekku.
Ah, bicara soal mantan kaisar itu, dia masih belum kembali. Entah apa yang dia lakukan hingga lupa dengan 36 cucunya yang akan segera berpesta di aula.
Para pelayan sudah lama sibuk mempersiapkan diriku sejak fajar menyingsing. Aku pikir, siksaan pada festival dimana aku sudah bisa tengkurap adalah siksaan paling kejam di dunia. Rupanya, masih ada yang lebih kejam. Sudah 6 jam para pelayan mengganti gaunku.
Gaun berkerah bulat dengan bagian bawah mengembang.
Gaun tanpa kerah dengan renda memenuhi bagian bawahnya.
Gaun selutut dengan hiasan penuh akan mutiara hitam.
Gaun selutut dengan bagian bawah yang menjuntai.
Gaun katun yang biasa aku pakai setiap hari.
Semuanya sudah aku jajal.
Sialnya, barisan gaun di dalam lemari itu masih belum berkurang setengahnya. Padahal, sudah ada tumpukan gaun setinggi 10 meter di pojok kamar. Kaisar sepertinya ingin aku tampil melebihi kata 'sangat sempurna'.
Padahal, aku yakin, dilihat dari sikap mereka selama ini, mau aku pakai gaun dari sampah pun mereka tetap akan memujiku. Jadi, untuk apa aku menjajal semua gaun yang ada?!?!
Hah!!! Mau protes pun percuma.
Aku sudah mencobanya tadi. Dan, berakhir dengan para pelayan yang diancam akan dipecat. Daripada aku hidup dengan rasa penyesalan seumur hidup karena membuat para pelayan tak bersalah kehilangan pekerjaan mereka, lebih baik aku diam dan membiarkan mereka menyiksaku.
"Bagaimana dengan gaun merah ini?" Seorang pelayan mengangkat gaun mungil berwarna merah, mengembang dengan pita berbentuk bunga besar memenuhi bagian pinggang hingga kaki.
Aku menatap jijik gaun itu. Entah siapa yang membuatnya. Tapi, yang jelas aku yakin kalau butiknya gagal total. Sapi saja bahkan menolak melihat gaun itu. Bagaimana mungkin aku sudi memakainya.
"Gaun kuning ini juga bagus! Bagaimana menurut anda, Tuan Putri?"
Aku menatap gaun kuning selutut dengan taburan permata yang bisa membuat seseorang buta karena kilauannya. Aku menggeleng dengan tegas.
Kenapa mereka selalu saja memberikan gaun dengan bentuk dan model yang aneh?!?! Lebih baik aku pakai daun saja!
Para pelayan terus membuatku menjajal gaun yang sebenarnya tak perlu dijajal. Aku adalah putri dari kaisar dan ratu yang tampan dan juga cantik. Lihat saja kelima pangeran yang tampan itu. Sudah jelas aku juga cantik. Jadi, mau pakai kantong plastik pun aku akan tetap cantik.
7 jam berlalu, para pelayan akhirnya berhenti menyiksaku. Gaun dengan kerah bulat selutut berwarna hijau berhiaskan bunga hidup buatan ratu akhirnya menghentikan penderitaanku.
"Tuan Putri, saatnya merapikan rambut anda!"
Atau mungkin tidak.
Para pelayan itu mengangkat sisir, ikat rambut, pita, dan benda aneh lain yang mereka gunakan untuk merapikan rambut yang bahkan jumlahnya bisa dihitung jari ini.
Bukankah ini sangat lama? Seorang pengantin kerajaan di dunia lamaku saja tidak membutuhkan waktu sebanyak ini untuk berdandan. 7 jam untuk memilih baju dan entah berapa jam lagi untuk merapikan rambut. Belum lagi dengan riasan wajah dan memilih sepatu. Aku rasa, aku akan menghabiskan waktu seumur hidup hanya untuk pesta ini.
Seorang pelayan menuangkan minyak rambut di atas kepalaku. Sementara, pelayan lain meratakan minyaknya. Bau bunga mawar menyeruak ke seluruh kamarku. Beberapa menit kemudian, rambutku menjadi sangat lembut dan licin hingga semut pun tergelincir. Jika aku punya punya kesempatan untuk kembali ke kehidupan lanaku, aku akan membawa minyak rambut ini dan menjadi orang kaya di duniaku. Sayangnya, kesempatan seperti itu tidak akan datang.
Pelayan lain menyisir rambutku yang sebenarnya tak perlu disisir. Seorang pelayan mulai mengikat rambutku. Aku diam dan duduk dengan tenang.
Dua jam kemudian, ikatan rambut itu selesai. Kini, hanya tinggal memilih sepatu dan merias wajahku dengan tipis. Sepatu warna hijau dengan bunga mungil di ujungnya menjadi pilihan yang sempurna untuk gaunku. Bubuk berwarna putih yang sudah jelas adalah bedak ditepuk di wajahku. Cairan merah yang terlihat seperti blush on cair membuat pipiku menjadi merona. Lipstik tanpa warna menjadikan bibir merahku semakin lembab.
Aku akhirnya siap untuk berpesta setelah menghabiskan waktu 12 jam hanya untuk berdandan.
Tuan Putri Auristele sangat cantik!"
"Anda benar-benar cantik!"
"Saya merasa seperti melihat seorang malaikat!"
"Tuan Putri kami bersinar seperti cahaya matahari pagi yang hangat!"
"Kulit anda seputih salju. Manik mata anda sebiru samudera. Benar-benar sempurna!"
Aku menatap pantulan bayanganku di cermin. Nampak seorang bayi mungil dengan pakaian seperti daun tengah duduk di kursi bertabur permata. Manik matanya bersinar, memantulkan cahaya lampu kristal. Rambut hitam legamnya tergerai hingga ke pundak. Kulitnya yang halus dan juga putih nampak seperti kain sutra yang lembut. Pipi tembamnya mirip seperti tupai yang menyembunyikan kacang. Bibir tipisnya yang berwarna merah nampak sangat cantik.
Para pelayan itu tidak melebihkan pujian mereka. Aku memang terlihat sangat cantik. Kualitas bibit dari kaisar dan ratu memang tidak bisa diragukan lagi. Kalau saat bayi saja sudah secantik ini, aku yakin kalau saat besar nanti aku bisa dinobatkan sebagai wanita tercantik di negeri ini. Atau bahkan di seluruh penjuru bumi dan alam semesta.
"Hehehehehe....."
Aku menatap bayangan diriku layaknya tatapan tante girang terhadap pria muda yang tampan. Para pelayan tersenyum. Nampak senang karena pelanggan kecil mereka puas dengan hasil jerih payahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Only Princess✔ [Sequel BOTP]
Fantasy[Bukan Novel Terjemahan - END] Aku hanyalah siswi sma biasa yang menghabiskan waktu dengan bermalas-malasan. Aku mati karena terpeleset kulit pisang. Dan, ketika aku bangun, 7 orang aneh melihat ke arahku. Kalian siapa?!?! Aku dimana?!?! Bayi!!! A...