👑 👑👑
Aku benar-benar tidak percaya dengan pemandangan yang baru saja ditangkap bola mataku. Di depan sana. Di dalam sebuah ruangan berukuran 6 × 4 meter _dengan kasur dua tingkat, lemari kayu besar, meja serta kursi yang terdiam di sudut kamar_ beberapa mayat tergeletak begitu saja. Tubuh yang sudah terbujur kaku itu dipenuhi darah yang mengering. Darah tidak hanya menyelimuti tubuh dingin itu. Tetapi, juga berceceran di lantai. Bau amis darah dan anyir dari bangkai yang hampir membusuk menusuk hidungku.
Manik mataku bergetar. Aku menatap ngeri pemandangan di depanku. Ini benar-benar mengerikan. Sebenarnya, sejak kapan mereka mati? Dan, kenapa tidak ada yang menyadari hal ini? Ah, bau amis dan anyir ini memang tidak tercium dari luar. Begitu aku membuka pintunya, barulah bau tak sedap itu menyerang hidungku dengan begitu kuat.
"Tuan Putri? Apa yang terjadi pada anda?" Tanya seorang petugas keamanan Wisma Amour, Irena, sembari berjalan ke arahku.
Aku menatap Irena. Wajahku nampak begitu ketakutan. Irena mengulurkan tangannya. Aku menerima uluran tangan itu. Kakiku gemetaran. Tapi, aku bisa berdiri karena Irena membantuku.
"Ugh! Bau apa ini?" Tanya Irena sembari menyumbat hidungnya dengan kanan kanannya. Alisnya mengkerut. Irena menatap kamar di depanku yang pintunya sedikit terbuka. Aku ingin sekali mengatakan apa yang aku lihat di balik pintu itu. Tapi, sungguh. Aku begitu takut bahkan hanya untuk sekadar bernafas. Kedua bibirku rasanya tertutup begitu rapat.
"Apa mereka membawa sampah ke kamar lagi?" Tanya Irena kesal sembari mendorong pintu kamar.
Deg! Wajah Irena pias. Dia sama ketakutannya denganku. Gadis berusia 26 tahun itu menatap beberapa mayat di depannya tak percaya. Aku juga menatap mereka.
Ah, aku baru sadar kalau wajah salah satu mayat itu ada yang hancur. Aku bahkan tidak tahu apa jenis kelamin mereka. Yang jelas, kalau dilihat dari tinggi, merekaa adalah 2 orang dewasa, 1 remaja dan 2 anak-anak.
"Apa yang terjadi di sini?" Tanya Irena dengan nada suara yang bergetar.
Aku menggeleng. Aku juga tidak tahu apa yang terjadi. Begitu aku sampai di sini dan mendorong gagang pintu, pemandangan mengerikan itu sudah menyambutku.
"Saya akan menghubungi Pangeran Keempat! Tuan Putri, anda pasti terkejut! Saya akan mengantar anda ke ruang istirahat." Kata Irena.
Aku mengangguk. Irena memeluk pundakku. Kemudian membawaku menjauh dari kamar itu. Aku dan Irena berjalan menuju ruang istirahat yang ada di gedung kecil di tengah taman. Gedung itu adalah satu-satunya gedung yang tidak bisa dimasuki sembarangan orang. Karena, gedung dengan 2 lantai dan 10 kamar itu adalah tempat para anggota keluarga kekaisaran atau bangsawan beristirahat ketika melakukan kunjungan.
Selama dalam perjalanan menuju gedung, kepalaku terus terngiang dengan kejadian tadi. Wajah yang hancur. Darah yang menggenang. Bau amis dan anyir yang menusuk hidung. Mereka terus menghantui kepalaku. Aku benar-benar takut.
"Tuan Putri! Saya tahu kalau Tuan Putri begitu takut. Tapi, percayalah pada saya! Semuanya akan baik-baik saja!" Kata Irena sembari tersenyum.
Gadis ini kan bekerja di bagian rumah sakit wisma. Jadi, pemandangan mengerikan tadi sudah biasa baginya. Irena pasti pernah menghadapi hal yang lebih buruk dari hal ini. Misalnya, seperti penghuni wisma yang bunuh diri dengan menusuk lehernya karena terlilit hutang.
Irena menyentuh bahuku. Sebuah cahaya hijau muncul dan merambat ke seluruh tubuhku. Detak jantungku yang semula kencang perlahan melambat. Begitu pula dengan ingatan yang terus berkelebatan di kepalaku. Aku jadi merasa lebih tenang.
Ini adalah kekuatan lain dari spirit penyembuh.
"Terima kasih, Irena!"
"Sama-sama! Saya harap Tuan Putri tidak melihat kejadian tadi!" Kata Irena.
Begitu aku dan Irena sampai di gedung peristirahatan, Irena langsung memintaku untuk merebahkan diri di atas kasur. Dia juga meminta koki dapur untuk membuatkan teh hijau dan makanan manis untuk membuatku jadi lebih tenang sekaligus memperbaiki suasana hatiku. Sementara aku beristirahat, Irena segera menulis surat dengan stempel berwarna merah di amplopnya. Warna stempel merah berarti ada hal mendesak yang harus ditangani langsung oleh kekaisaran. Berkat warna stempel itu, Dimitri sampai di Wisma Amour dalam waktu 5 menit. Padahal, setidaknya butuh waktu hingga 1 jam untuk sampai kemari karena memang jaraknya yang cukup jauh dari istana kekaisaran.
Bersama Dimitri, datang beberapa ksatria yang memiliki spirit mata dan udara sesuai yang diminta Irena. Tugas para ksatria itu jelas adalah untuk menyelidiki apa yang terjadi.
Pemilik spirit mata memiliki kemampuan untuk melihat lebih teliti dan detail dibandingkan orang biasa. Mereka bisa melihat suatu benda dengan begitu jeli. Misalnya, satu helai rambut denganpanjang yang 1 mm lebih pendek di antara rambut lain yang ada di kepala. Atau, sebutir gula di antara gundukan garam. Mereka pasti akan dengan mudah mencari petunjuk atas apa yang terjadi di kamar tadi.
Pemilik spirit udara sendiri bisa mendengar suara dari ratusan bahkan ribuan km. Tergantung seberapa tinggi level mereka.
Dengan bantuan ksatria pengguna spirit udara dan mata, kakak keempatku itu pasti bisa dengan mudah memecahkan kasus ini.
"Ristel! Ristel baik-baik saja, kan?" Tanya Dimitri dengan wajah cemas.
Aku mengangguk. Tersenyum, "Ristel baik-baik saja! Hanya sedikit terkejut!" Kataku sembari memeluk Dimitri.
Dimitri balas memelukku, "Kakak akan segera memecahkan kasusnya! Ristel berbaring di sini saja sampai kakak kembali, ya. Kakak sudah menempatkan ratusan ksatria terbaik kita di depan sana untuk menjaga Ristel."
Aku tersenyum. Kalau situasinya lebih baik, aku pasti sudah menceramahi Dimitri karena memerintah ksatria untuk menjaga adiknya yang memiliki 7 kekuatan spirit ini. Tapi, karena situasinya begitu buruk, aku hanya bisa menerima bantuan Dimitri.
Aku mempererat pelukan pada Dimitri, "Terima kasih, kakak! Segeralah kembali, ya!"
Dimitri mengusap punggungku, "Kakak akan segera kembali, Ristel!"
Aku tersenyum. Dimitri melepaskan pelukannya. Ia dengan gagah melangkah ke gedung tempat keluarga itu tewas.
Hanya butuh waktu 10 menit bagi Dimitri dan pasukannya untuk mendapatkan petunjuk. Dan, 5 menit bagi mereka untuk menangkap pelakunya.
Keluarga yang tewas itu adalah tunawisma yang datang ke wisma ini 2 bulan lalu. Mereka dikenal begitu pendiam dan anti sosial. Itu sebabnya tidak ada yang menyadari ketidakhadiran mereka di ruang makan atau tempat lainnya. Keluarga itu dinyatakan tewas karena dibunuh oleh Marquiss Frank. Alasannya, karena keluarga itu memiliki banyak hutang padanya. Marquiss Frank membunuh mereka dengan menggores pergelangan tangan mereka sehingga nampak seperti bunuh diri. Tapi, sang ayah melawan ketika hendak dibunuh. Dia bergelayutan di tangan pembunuh bayaran yang diperintah Marquiss Frank. Hal itu membuat wajahnya terbentur ujung ranjang sehingga menimbulkan luka yang parah. Dalam keadaan kesakitan karena luka itu, dia kemudian dibunuh.
Untuk melunasi hutangnya, Marquiss Frank memgambil spirit stone mereka. Walau merupakan seorang tunawisma, keluarga itu memiliki level spirit angin yang cukup tinggi. 4. Cukup untuk menjadi seorang ksatria.
Kasus itu kemudian ditutup setelah Marquiss Frank dijatuhi hukuman mati sesuai aturan yang berlaku.
Tapi, siapa yang menduga kalau itu bukanlah akhir tetapi permulaan dari semuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Only Princess✔ [Sequel BOTP]
Fantasy[Bukan Novel Terjemahan - END] Aku hanyalah siswi sma biasa yang menghabiskan waktu dengan bermalas-malasan. Aku mati karena terpeleset kulit pisang. Dan, ketika aku bangun, 7 orang aneh melihat ke arahku. Kalian siapa?!?! Aku dimana?!?! Bayi!!! A...