👑👑👑
Aku berjalan di tengah ramainya ibukota. Setelah membeli rambut palsu dan ramuan pengubah warna manik mata ala kadarnya yang dibuat oleh para penyihir, aku bisa dengan bebas berjalan tanpa merasa dijauhi. Kalau dilihat lagi, aku kok kembali jadi Xienna, ya? Kalau begini sih aku tetap akan dijauhi karena gosip soal Tuan Putri yang menyamar jadi gadis berambut dan bermanik mata coklat menyebar. Tapi, yang punya ciri fisik seperti itu kan bukan cuma Xienna saja. Walau begitu, tetap akan ada satu atau dua orang yang menyadarinya, kan? Terutama putra ketiga Duke Acalore itu.
Yah, mari berharap tidak akan ada yang mengenaliku.
Kakiku melangkah menuju rumah sakit terdekat, tempat dimana para pengguna spirit penyembuh bekerja. Bicara soal rumah sakit dan pengguna spirit penyembuh, kenapa Elea tidak pergi ke sana sejak dulu, ya? Apa karena ia tidak memiliki uang? Tapi, setahuku kehidupan Elea sudah lebih baik sejak RIXSEA didirikan. Jelas kekayaan yang dia punya cukup untuk membawanya ke rumah sakit. Bahkan, rasanya bisa membeli 3 atau 5 rumah sakit hanya dengan secuil hartanya. Jadi, apa yang membuat Elea tidak menyembuhkan gangguan tidurnya? Apa karena penyakitnya itu tidak bisa disembuhkan? Tapi, kalau hanya sekadar menyembuhkan gangguan tidur, pengguna spirit penyembuh level 1 saja bisa melakukannya.
Sebenarnya, apa yang Elea sembunyikan dariku?
Apa mungkin luka itu ia dapatkan dari penganiayaan? Tapi, kalau memang begitu, Elea kan bisa melawan dan melaporkan manusia sialan yang menyiksanya. Elea mungkin memang lemah lembut dan baik hati. Tapi, dia itu tidak bodoh!
Hah! Rasanya kepalaku pusing sekali. Memang sebaiknya aku tidak memikirkan apapun. Lagipula, aku akan segera tahu jawabannya.
Ngomong-ngomong, apa Ian akan datang di hari ulang tahunku yang ke 17 nanti, ya? Waktunya hanya tinggal 1 minggu. Kalau Ian tidak datang, rasanya ulang tahun ke 17 ku akan terasa kurang berkesan. Di usia seperti itu kan biasanya para gadis memberikan potongan kue pertama pada pria yang mereka suka. Aku benar-benar ingin Ian hadir di pesta ulang tahunku nanti. Tapi, apa Ian bisa tiba di kekaisaran dalam waktu sesingkat itu? Keberadaannya saja tidak jelas. Mungkin saja kan Ian berada di kutub utara saat ini. Atau, kembali ke kampung halamannya di Dominic Monster. Atau, malah dia kembali ke Planet Mars. Hah! Tidak ada yang tahu dimana Ian berada selain dirinya sendiri.
Ah, karena sibuk berpikir, aku tak sadar sudah sampai di seberang rumah sakit. Hanya tinggal menyeberang dan aku sudah sampai.
Kakiku melangkah. Mulai menyeberangi jalanan yang ramai akan kereta kuda dan gerobak.
Kira-kira bagaimana cara agar Ian bisa datang ke pesta ulang tahunku nanti, ya? Haruskah aku mengirim penyihir dengan kekuatan teleportasi untuk mencari Ian? Atau, haruskah aku menyuruh pengguna spirit angin level tertinggi untuk berpencar mencari Ian? Atau, bagaimana kalau aku mengirim mereka berdua saja? Penyihir dengan kekuatan teleportasi dan pengguna spirit angin level tertinggi pasti bisa dengan mudah menemukan mereka.
"Awas!"
Tangan kananku ditarik oleh seseorang bertepatan ketika sebuah kereta kuda melintas dengan kecepatan tinggi di hadapanku. Aku tersentak kaget. Karena terlalu sibuk memikirkan orang yang belum tentu memikirkanku, hampir saja aku tertabrak kereta kuda. Untung saja ada orang yang menyelamatkanku.
Ah, dia menarikku ke pelukannya. Dadanya bidang sekali. Perutnya juga keras seperti papan kayu. Orang ini pasti adalah pria yang suka berolahraga. Dan, melihat dia menolongku, artinya dia adalah orang yang baik.
Aku mengangkat kepalaku. Menatap wajah pria yang bak malaikat di mataku. Tatapan penuh kekagumanku berubah menjadi datar ketika melihat pria yang menolongku adalah Charolais. Iya, dewa perang yang kini berusia 23 tahun itu turun ke bumi lagi dengan sosok manusia berupa laki-laki berambut pirang dengan manik mata kuing. Tapi, walau usia manusianya adalah 23 tahun. Usia asli Charolais kan 23.000 tahun. Wajah terkadang memang menipu, ya.
Apa dia tahu kalau aku adalah Tuan Putri? Tapi, aku kan sedang dalam penyamaran. Mana mungkin dia tahu kalau gadis yang ia tarik tangannya ini adalah gadis terhormat? Tapi kan pria yang memelukku ini adalah seorang dewa. Masa dia tidak menyadari penyamaran yang murahan ini? Aku saja bisa menyadari penampilan Charolais yang jelas sangat berbeda dari tampilan aslinya.
Ah, benar juga! Kenapa aku bisa tahu, ya? Apa karena terlalu sering bertemu jadi sampai hafal dengan wajahnya? Tapi, aku kan baru beberapa kali bertemu dia. Aduh! Bodo amat, sih!
"Hei! Anak Dewa! Kau ini mesum, ya?" Kataku sedikit judes. Mataku tetap menatap Charolais yang melempar tatapan tajam pada pengemudi kereta kuda yang semakin menjauh.
Batas laju kereta kuda adalah 35 km/jam. Sementara, kecepatan kereta kuda tadi adalah 50 km/jam. Si kusir itu juga jelas bersalah.
"Memangnya itu ucapan yang tepat untuk orang yang sudah menyelamatkanmu?" Tanyanya.
Aku menatap Charolais datar, "Memangnya aku harus bilang apa? Kau kan memelukku. Bukan menolongku."
Charolais menatap kedua tangannya yang ada di bahuku. Dia dengan cepat melepaskannya. Aku berjalan menuju seberang jalan sebelum ada kereta kuda lain yang menabrakku. Charolais mengekor di belakangku.
"Kau ini seorang penguntit, ya?" Tanyaku.
"Mulutmu ini tidak dilengkapi penyaring kalimat, ya?"
"Memangnya aku membutuhkannya?"
"Sangat butuh!"
"Kau kemari hanya untuk menghinaku?" Tanyaku lagi.
Kesan pertamaku saat bertemu dengan Charolais sudah sedikit buruk. Bahkan, setelah 11 tahun lamanya pun tetap sama. Salah dia sendiri kenapa menyebalkan! Berani sekali dia membuat ilusi Bervanku jadi gila. Itu benar-benar tidak bisa dimaafkan!
"Kau mau kemana?" Tanya Charolais.
"Bukan urusanmu!" Jawabku ketus.
"Ke rumah sakit, ya?"
Aku menatapnya. Dia sebenarnya menebak atau memang sudah tahu? Tapi, aku kan belum bilang mau kemana. Ah, rupanya karena aku berhenti di depan rumah sakit.
"Kalau sudah tahu sebaiknya jangan bertanya!"
"Kau ini ketus sekali!"
"Kau juga menyebalkan sekali!"
"Dasar berhati sempit!"
Aku mengepalkan tangan kananku. Dia ini sebenarnya dewa atau iblis, sih? Entah kenapa rasanya kesabaranku seperti terhisap. Ingin sekali aku memukul wajah tampannya iti. Tapi, sayangnya dia terlalu tinggi. Aku yang hanya setinggi 1,5 meter ini hanya bisa menatap wajah pria yang lebih tinggi 30 cm dariku tanpa bisa menyentuhnya. Yang ada dia malah menangkap tanganku dan membantingku duluan sebelum aku bisa menyentuh wajahnya.
Ah, bicara soal wajah, Charolais yang berusia 23 tahun sekarang jauh lebih tampan. Apa karena dia seorang dewa, ya? Tapi, kenapa saat dia menyelamatkanku tadi, aku malah marah, ya?
Padahal, kalau Ian yang melakukannya, aku yakin kalau aku akan langsung pingsan.
Apa ini adalah perbedaan antara pria yang disukai dan pria menyebalkan yang sedikit dibenci?
Aku menatap Charolais yang sedikit tersentak. Dia bersikap seolah dia bisa membaca isi hatiku saja.
Dasar dewa aneh!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Only Princess✔ [Sequel BOTP]
Fantasy[Bukan Novel Terjemahan - END] Aku hanyalah siswi sma biasa yang menghabiskan waktu dengan bermalas-malasan. Aku mati karena terpeleset kulit pisang. Dan, ketika aku bangun, 7 orang aneh melihat ke arahku. Kalian siapa?!?! Aku dimana?!?! Bayi!!! A...