Kalau pergi kerja di perjalanan memakan waktu sekitar lebih dari 15 menit, pulangnya malah bisa sampai rumah kurang dari 10 menit. Abang memarkirkan motornya di garasi sedang aku langsung melenggang masuk rumah, tidak sabar buat menerjunkan badan ke kasur.
Baru saja pejamkan mata dua detik, abang membuka pintu kamar tanpa mengetuk. Suatu kebiasaan agak menyebalkan yang melekat pada dirinya, yang buat tambah sebal ketika urusannya sudah selesai tapi pintu kamar gak kembali ditutup seperti semula. Makanya kalau habis mandi aku selalu mengunci pintu untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan.
"Gak makan?"
Aku masih mempertahankan mata yang terpejam, "Nanti."
Setelah mendapat jawaban bukannya pergi, aku merasakan bang Pratama turut duduk di kasur. "Lagi ada masalah ya?"
Aku menggeleng, "Cuma capai."
"Kalau gitu berhenti aja kerjanya."
Mataku seketika terbuka, membalikkan posisi badan yang telentang jadi tengkurap. Aku melirik wajah bang Pratama layaknya elang yang lagi cari mangsa, "Enak aja!"
"Habisnya waktu di jalan dari kafe sampai rumah, wajahmu lesu banget. Kayak habis kalah tawuran."
Aku melempar bang Pratama dengan bantal, "Aku gak pernah tawuran. Memangnya abang, yang waktu sekolah dulu hampir tiap bulan babak belur?"
Bang Pratama menangkis bantal dengan mudah, dia tertawa karena teringat akan kenakalannya semasa remaja. Ayah itu sering dipanggil ke sekolah karena ulah bang Pratama dan teman-temannya yang suka cari masalah.
"Bang," aku memanggilnya ragu, tapi aku pengen bertanya pada seseorang tentang sesuatu yang mengusik pikiranku. Mungkin bang Pratama bisa membantu. Hanya saja, aku tidak mau abang tau masalah yang tengah melanda hidupku. Jadi, aku memilih alternatif lain dengan cara sedikit mengarang cerita.
"Apa?"
"Aku lagi bingung, nih. Temanku ada yang curhat, tapi aku gak tau gimana kasih solusi untuk dia!"
"Temanmu? Neisha atau Dame?"
Aku tersenyum sambil menjawab asal, "Neisha."
Neisha dan Dame adalah teman dekatku di sekolah. Neisha dari keluarga yang serba punya, ayahnya seorang pilot dan ibunya pramugari. Anak pertama dari dua bersaudara. Tubuhnya tinggi dan putih seperti sang ibu, kalau coba jadi model majalah mungkin dia akan lolos tanpa seleksi. Rambutnya selalu berubah layaknya bunglon setidaknya sebulan sekali, kadang warna hitam, coklat, karamel, biru, hijau, abu-abu, sampai merah mudah. Sama seperti warna matanya yang selalu tertimpa lensa supaya lebih mempesona. Neisha cukup populer, penampilannya juga mampu menarik perhatian banyak pria. Tapi sejak kecil dia diajarkan untuk tetap berada di jalan yang lurus dan tidak neko-neko, berasal dari keluarga yang menanamkan sikap dan perilaku yang baik.
Kalau Dame wanita perantauan dari Medan yang agak tomboy, keterbalikan dari Neisha. Tinggal bersama nantulangnya di Jakarta. Anak terakhir dari 5 bersaudara. Rambutnya yang hitam bergelombang selalu di kuncir kuda. Si ceria yang paling suka minum jus alpukat di kantin, bahkan kami sering diminta pesan minuman yang sama supaya dia bisa minta. Tapi bukan teman namanya kalau tidak membuatnya kesal, karena kami belum pernah mengikuti kemauannya untuk turut minum jus alpukat.
Jangan tanya mereka kemana waktu liburan semester begini, kenapa tidak jenguk ayah yang sedang sakit? atau kenapa kami tidak menghabiskan liburan besama? Jawabannya karena mereka punya kesibukan masing-masing untuk memanfaatkan masa liburan. Neisha sedang berlibur ke Singapura, sedang Dame pulang ke kotanya.
"Kenapa dia?" tanya abang, aku mulai kembali bercerita.
"Jadi gini, dia lagi bingung. Dia jatuh hati sama sahabat laki-lakinya, tapi ternyata sahabatnya itu sudah punya cewek. Jadi, dia memutuskan berhenti berharap dan melangkah maju ke depan untuk meninggalkan perasaan yang tak terbalas."
![](https://img.wattpad.com/cover/283012426-288-k443819.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ZERO [Completed]
Roman pour AdolescentsAsha: "Aku mencintai sahabatku sendiri. Seharusnya tidak begini, karena hatinya bukan untukku." Zero: "Ela, pacarku. Mereka memperkosanya. Mereka merenggut kecerian, keberanian, dan kewarasan jiwanya." Luka adalah bagian dari perjalanan hidup. Kehad...