Sore ini, Zero tetap menjemput aku dengan motor vespa matic warna abu-abu miliknya. Motor yang menemani perjalanan kami selama ini. Biasanya, aku tidak perduli. Aku tidak risau dan menyimpan pertanyaan. Tapi sekarang berbeda. Ada sesuatu yang mengganjal dikepala, meminta jawaban yang pasti. Aku memandang motor Zero dengan lekat sambil menghampirinya.
"Hai."
"Hai." balasku tanpa menoleh padanya.
"Ada apa?"
Aku menggeleng, enggan menjawab. "Tidak ada. Kita pergi sekarang."
"Ada sesuatu yang kamu sembunyikan, Sha?"
Akhirnya aku melihat wajah Zero. "Kamu sendiri bagaimana?"
"Tidak ada."
Aku tersenyum. Kalau Zero tidak mau menyembunyikannya, pasti sejak awal dia akan cerita tentang dirinya sebelum aku tau dari yang lain. "Neisha dan Dame baru pulang. Mereka titip salam."
"Buat aku?"
"Iya. Kata mereka kamu keren."
"Aku gak senang. Beda cerita kalau kamu yang bilang aku keren."
Aku hanya tertawa kecil, kami segera meluncur ke tempat kerja. Tapi kepala ku masih menyimpan sesuatu, mendesak tenggorokkan untuk bertanya pada Zero. Tapi aku tidak bisa langsung tanya, aku cari cara lain supaya Zero yang cerita sendiri.
"Zero, kamu tau semua tentang aku."
Zero melirik dari kaca spion yang masih saja distel supaya bisa lihat aku yang duduk dibelakang. "Itu karena aku suka sama kamu. Jadi aku cari tau tentang kamu."
"Kamu mau cerita semua tentang kamu? Biar gak cuma kamu yang tau tentang aku."
"Kamu mau tau?"
"Iya. Kalau tidak mau cerita juga gapapa."
Zero memelankan laju motornya, kemudian tertawa. "Tapi gak ada yang spesial dari aku!"
"Cerita aja. Aku kan, cuma mau dengar?"
Zero tersenyum, dia kelihatan senang. Wajahnya menyimpan kebahagiaan karena aku ingin tau lebih banyak tentang dia, seolah aku ingin masuk dalam dunianya. Untungnya Zero membukakan pintu dengan begitu lebar. Berbeda dengannya, Zero harus berusaha lebih banyak untuk bisa masuk dalam dunia ku. Karena masih ada yang tersisa disana, yaitu perasaan untuk Rava.
"Aku sering dihukum di sekolah." ujar Zero mulai angkat suara.
"Kenapa?"
"Banyak. Kadang gak ngerjain pr, kadang tidur di kelas, kadang ngusilin teman, kadang juga berantam sama anak kelas sebelah!"
"Bolos sama terlambat gimana?"
"Kalau itu enggak. Karena mama bisa ceramah 2 hari 2 malam kalau dapat panggilan orang tua gara-gara hal itu!"
"Oiya?"
"Terlambat sesekali aja. Kalau bolos, mama gak main-main marahnya. Lebih baik izin langsung sama mama, dari pada pergi sekolah, tapi di sekolah malah melarikan diri."
"Tadi kamu gak terlambat kan?"
"Lupa? Kan tadi aku udah kirim chat."
Aku tertawa, menepuk pelan dahi. "Oiya!"
"Makanya kalau di chat dibalas, Sha."
"Tadi mau balas, tapi bu guru keburu datang."
"Oiya, aku nimbul di dunia 10 november 2004."
Aku mengangguk. Ternyata Zero duluan hadir di bumi. Ini memang informasi penting. Tapi bukan ini tujuan utama permintaan aku supaya dia bercerita. Sepertinya aku harus membawa topik pembicaraan kearah lain. "Kamu hobinya apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ZERO [Completed]
Novela JuvenilAsha: "Aku mencintai sahabatku sendiri. Seharusnya tidak begini, karena hatinya bukan untukku." Zero: "Ela, pacarku. Mereka memperkosanya. Mereka merenggut kecerian, keberanian, dan kewarasan jiwanya." Luka adalah bagian dari perjalanan hidup. Kehad...