Halo, selamat malam semuanya.
Senang dapat menyapa kalian lagi~~~
Memang cukup lama memakan waktu seperti apa yang telah aku jelaskan sebelumnya, akhirnya malam ini extra chapter - The Siblings telah rilis di KaryaKarsa. Terdiri dari 4 chapter yaitu Archie, Haidden, Jeviar dan Yaziel.
Masing-masing chapter terdiri dari lebih 6000 words.Penggalan ceriita
Afterlife: Archie Without Ghaitsa
~~~Archie sudah putuskan bahwa 'Aisa' adalah nama panggilan darinya untuk adik bungsu perempuan satu-satunya.
"Aisa kalau bobo lucu, ya, Ma? Abang gemes banget."
"Aisa, Abang pulang! Hari ini ulangan harian Abang dapet 100, lho! Kalau nanti Aisa udah masuk sekolah, belajar bareng Abang, ya!"
"Mama! Aisa udah bisa tengkurap! Aisanya Abang pinter sekali! Jevi dan Ziel juga, kok! Aiden, Abangnya jangan dipukul dong! Iya, iya. Aiden juga sama pinternya!"
"Aisa, ayo pelan-pelan jalannya ke Abang. Nah, pinter! Selangkah demi selangkah aja, jangan buru-buru, ya, Adeknya Abang. Nanti jatuh, pelan-pelan aja."
"Mama, Abang takut! Aisa ngerangkaknya cepet banget buat ngejar Abang karena nggak Abang kasih permen! Mamaaa! Aisa ngejambak rambut Abang!"
"Aisa, Abang di sini!"
"MAMA, AISA MANGGIL NAMA ABANG TADI! ADEK, COBA ULANG LAGI! APA-APA?! ACHIE? IYA! BENAR SEKALI! INI ABANG ACHIE, ADEEEK! ABANGNYA AISA! HAHAHA~"
~~~
Afterlife: Haidden Without Ghaitsa
~~~~"Hidup seperti mayat takkan pernah membuat adik tercintamu itu bangkit dari kematiannya! Kumohon, berhentilah bertingkah seperti orang idiot begini!"
Berkat teriakan lantang Leonhard, mereka berdua resmi menjadi tontonan orang-orang di sekitar. Haidden juga lantas berhenti melangkah, dia berbalik bersama sorot mata kosongnya. Tidak ada emosi apapun di dalam sana. Akan tetapi begitu Haidden bersuara mengeluarkan isi kepala, Leonhard langsung mematung di tempatnya.
"Kau benar. Adikku tidak akan pernah bangkit dari kematiannya hanya karena aku bersikap seperti orang idiot sekarang ini. Tapi kurasa dia takkan berani protes atau melarangku," Haidden memberi jeda sejenak sebelum melanjutkan lugas. Pendar cahaya matanya makin redup. "Karena dia sudah tahu bahwa apa yang aku lakukan sekarang adalah bentuk kemarahanku kepadanya, Leonhard. Selama satu tahun ini aku tengah marah terhadap anak nakal itu."
~~~
Afterlife: Jeviar Without Ghaitsa
~~~Napasnya memberat, satu-satu dan hangat. Entah karena suhu tubuh Jeviar yang secara signifikan berangsur naik atau memang sebab hawa panas di penghujung sore hari ini. Yang mana saja, untuk ke sekian kalinya, Jeviar menolak mencari tahu. Tidak kala kepala puan kesayangan merunduk membubuhkan kecupan singkat menuju wajahnya. Gerakannya begitu lihai dan memabukkan, mulai dari kening kemudian kelopak mata, lalu hidung mancungnya di hadiahi gesekan gemas di sertai kekehan manis nan pelan, setelahnya berpindah menuju pipi serta dagu. Tidak berhenti di sana saja, sepasang daun telinganya tidak luput dari incaran sang manis. Jeviar makin bergerak tidak nyaman di kursi, namun dia tak ingin semua ini lekas berhenti.
"Ai ... Aisa?"
"Kamu mau aku, 'kan?"
~~~
Afterlife: Yaziel Without Ghaitsa
~~~"Menurut lo, gue bisa jadi obat juga buat mereka, Aisa?"
Satu tarikan napas terhembus berat. Yaziel setengah mati mencari sisa-sisa suara dari ingatan demi ingatan dalam benaknya di tengah-tengah kehampaan yang sudah terlalu lama menemani.
"Dan sejujurnya gue juga bertanya-tanya, Aisa." Memberi jeda sesaat, sebelum ekspresi di warnai luka tersebut tergurat dengan lebih jelas lagi di balik lengkungan lebar yang terukir. "Kalau gue bisa jadi obat mereka, siapa yang bakalan jadi obat gue setelah kematian lo ini, Ghaitsa?"
~~~
HAPPY READING❤️💗

KAMU SEDANG MEMBACA
Story Of Ghaitsa | Zoo Unit
Teen FictionLembaran demi lembaran kisah akan terisi penuh lewat setiap jejak kaki pada kenangan yang diciptakan. Kendati demikian Ghaitsa tidak begitu menikmati hidup 17 tahun seorang gadis versinya. Nomor dua pernah berujar, "Hidup itu seperti kolor. Awalnya...