Saat ini jaemin-jeno sedang berada di sebuah restaurant bergaya china milik renjun. Jeno berharap dia bertemu dengan sang pemilik. Karena beberapa hari kemaren setiap jeno makan disini tak menemukan renjun dimanapun. Biasanya renjun akan berdiri di depan meja kasir. Jeno sedang sibuk berfikir, apa lukanya belum sembuh? Apa dia sakit lagi? Atau terjadi sesuatu padanya? Pikiran jeno berubah menjadi khawatir jika memikirkan pemilik restaurant ini.
Sedangkan jaemin, sudah menunggu pemilik restaurant untuk memarahinya karena sudah menipu jaemin. Harga dirinya masih sedikit terluka jika mengingat hal itu. Segitu jelek kah jaemin dimata wanita itu? Tidak, harga dirinya terluka saja mengingat wanita itu tak tertarik pada jaemin.
"Selamat siang, ada yang bisa kamu bantu?"
"Kami ingin memesan ini, ini dan ini." Tunjuk jeno pada beberapa menu disini.
"Baiklah tuan, tunggulah dengan nyaman. Kami akan segera menyiapkan pesanannya."
"Bisakah, kami bertemu dengan pemilik restauran ini?" Tanya jaemin dan langsung mendapat pelototan mata oleh jeno.
"Maaf, ada keperluan apa ya tuan?"
"Kami memiliki beberapa keluhan sebelumnya. Kami ingin bertemu dengan pemilik restaurant sekarang!".
"Baik, kami akan memanggil pemilik restoran ini. Saya permisi dulu".
Setelah salah satu pegawai pamit memberi tahu renjun, jeno kalang kabut dengan tindakan jaemin. Sedangkan Jaemin meyakinkan jeno agar percaya saja dengan caranya. Jaemin yakin seratus persen bahwa pemiliknya akan datang menemui mereka.
Sejujurnya jaemin juga jengah setiap hari jeno bercerita bahwa hatinya hampa tak melihat renjun di restauran ini. Selain itu jaemin juga merindukan senyum cerianya wanita yang berani membohongi jaemin.
"Selamat siang"
"Maaf sebelumnya, ada komplain tentang hal apa ya memanggil pemilik resto ini?" Tanya renjun dengan lembut
Jaemin menoleh ke arah wanita itu. Dia emosi, apa pelayan tadi tak menyampaikan pesannya? Dia sudah menegaskan ingin bertemu pemilik resto bukan kepala pelayan disini. Sedangkan jeno yang melihat renjun menghampirinya menjadi salah tingkah. Hatinya berdegup dengan kencang, wajahnya sudah merah dan bibirnya tak berhenti tersenyum melihat renjun dengan jarak sedekat ini.
"Saya bilang ingin bertemu pemilik resto ini!" Bentak jaemin
"Saya pemilik restonya, tuan".
"Kamu jangan bohong, aku tahu kau hanya kepala pelayan disini. Sekarang panggil bos mu kesini. Cepat!"
Renjun dan jeno seketika bingung. Ada apa dengan jaemin? Pemiliknya sudah dihadapannya? Apa renjun terlihat seperti pegawai di resto miliknya sendiri?
"Maaf tuan, saya pemiliknya"
"Kau jangan bohong! Sudah sana panggilkan wanita itu!"
"Saya tahu kamu mungkin pegawai kepercayaannya. Cepat panggilkan dia. Bos mu itu sudah berani menipuku?"
"Apa?" Terkejut jeno mendengar ucapan jaemin
"Saya tidak pernah membohongi pelanggan saya, tuan. Saya pemilik resto ini".
"Apa dia sedang bersembunyi? Dia rupanya tahu aku sedang kemari?"
"Tuan! Bisa anda jelaskan apa yang anda maksud?"
"Jaem, dia pemilik restonya" bisik jeno yang masih bisa didengar oleh renjun.
"Jangan bercanda jen! Lo gimana sih? Katanya lo suka sama pemilik resto ini? Kenapa lo gak ngenalin dia sih. Bukan dia jen!".
KAMU SEDANG MEMBACA
Na & Liu
FanfictionHello, This is my opini, kalau ada yang tak suka dengan shipper ini mohon jangan menjelekkan satu sama lain. Maafkan juga bila banyak typo nantinya🤭 Semoga kalian yang membaca ikut terhibur dengan cerita cerita yang saya buat. And thank you so muc...