Renjun bangun dengan wajah yang bengkak dan sedikit pusing. Dia melihat yangyang masih memeluknya dengan erat. Jika mengingat hal semalam, ia rasanya sangat malu dan merasa bersalah. Hanya karena rasa cemburu nya, dia merepotkan banyak orang.
"Mianhe"
Lirihnya mencium kening yangyang pelan agar tak membangunkannya.
Renjun pikir yangyang kelelahan karena harus mengurusnya semalam. Dia tak ingin membangunkan sepupunya.
Merasa ada sesuatu yang menyentuhnya, yangyang terperanjat kaget. Matanya terbuka lebar, dia masih memikirkan hal buruk semalam. Seketika dirinya langsung menegang dan keluar keringat dingin. Membuat renjun panik dan takut. Kenapa respon yangyang seperti itu?
"Hei, gwenchanna?"
Yangyang masih sedikit takut, hal itu bisa dilihat jelas oleh renjun melalui tatapan matanya. Pasti semalam dirinya sangat merepotkan pikir renjun.
"Hiks hiks yangie....."
Lirih renjun khawatir memeluk yangyang hingga membuatnya tersadar kembali.
"Hei, ada apa? Mengapa menangis hmm?"
Yangyang bersikap seolah tak terjadi sesuatu. Dan menganggap semalam adalah mimpi buruknya. Renjun tak boleh tahu hal itu.
"Hiks mianhe hiks aku membuatmu terjaga semalaman. Aku sangat bodoh, aku...hiks....aku...hiks...."
"Uljima"
"Aku tahu bagaimana perasaanmu. Berhentilah menangis, wajahmu sudah seperti sapi gembrot ini". Goda yangyang yang berhasil membuat renjun berhenti menangis.
"Ish moomin, bukan sapi gembrot!"
"Ara"
"Berhentilah menangis. Aku lapar bisakah kau buatkan aku makanan?"
Plaakkkkk
Tamparan keras yang cukup membuat pipi yangyang sedikit linu dia dapatkan saat menggoda renjun.
"Yak! Kenapa memukulku?"
"Aku sedang sedih tapi kau selalu menggoda ku hiks. Aku sebal!"
Rajuk renjun dengan wajah imutnya.
"Aigoo kau lucu sekali. Aku jadi ingin memakan mu saja".
"Yak! Menjauh dariku".
Renjun mendorong yangyang kembali ke ranjang miliknya dan berlari ke dapur untuk menyiapkan makanan untuk mengobati pengarnya.
"Kiyowo, Kau seperti bocah jika seperti itu".
Balas yangyang yang mengikuti renjun ke dapur. Baginya renjun terlihat sangat menggemaskan saat sedang merajuk seperti itu.
Sedangkan di mansion keluaga Na, haechan sangat terkejut melihat wajah seseorang yang sangat ia rindukan. Dengan mata yang bengkak, badan yang semakin kurus, lingkaran hitam dibawah matanya. Haechan masih memandang pria tampan itu. Dia berharap ini bukan sebuah mimpi, dan jika ini mimpi tolong jangan bangunkan haechan sekarang.
"Kau sudah bangun, pudu?"
Tanya pria tampan itu membawa makanan kedalam kamar haechan.
"...."
"Hei, apa ada yang sakit?"
Lanjutnya khawatir karena tak mendapat balasan dari haechan.
Haechan mencubit lengannya pelan, rasanya sangat sakit. Jadi ini bukan mimpi.
"Hei, jangan menyakiti dirimu. Ini aku, maafkan aku, pudu".
Ucap pria tampan itu memeluk haechan dengan lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Na & Liu
FanfictionHello, This is my opini, kalau ada yang tak suka dengan shipper ini mohon jangan menjelekkan satu sama lain. Maafkan juga bila banyak typo nantinya🤭 Semoga kalian yang membaca ikut terhibur dengan cerita cerita yang saya buat. And thank you so muc...